Kaskus

News

najmasabila2343Avatar border
TS
najmasabila2343
Karakter Sejarah Sastra Indonesia pada Periode (1945-Sekarang)
Perubahan terjadi pada periode 1942-1945 atau masa pendudukan Jepang yang melahirkan warna kegelisahan, pelarian, dan peralihan. Sedangkan warna perjuangan dan pernyataan diri di tengah kebudayaan dunia tampak pada periode 1945-1953 dan selanjutnya warna pencarian identitas diri sekaligus penilaian kembali terhadap warisan leluhur tampak menonjol pada periode 1953-1961. Sedangkan, pada periode 1961-1968 yang tampak menonjol adalah warna perlawanan dan perjuangan mempertahankan martabat, sedangkan sesudahnya tampak warna percobaan dan penggalian berbagai kemungkinan pengucapan sastra.

Berikut adalah ciri khusus dari periode (1945-1961), (1961-1971), (1971-1989), dan (1989-Sekarang).

1.     Periode (1945-1961)

Pada periode ini  masa dimana karya sastra seperti puisi, novel, cerpen dan drama berkembang dengan pesat dan karya sastra ini lebih realis dari pada periode sebelumnya karna dampak dari perang, selain itu karya sastra pada masa ini lebih mengarah pada pengalaman hidup dan gangguan social-politik-budaya yang terjadi pada bangsa ini.

Sastrawan pada periode ini adalah Chairil Anwar “Deru Campur Debu, Kerikil Tajam yang Terempas dan yang Putus”. Charil bersama Asrul Sani dan Rivai Apin menulis Tiga Menguak Takdir. Sastrawan lainnya ialah Idrus “Dari Ave Maria Jalan Lain ke Roma”, Achdiat K. Miharja “Atheis”, Sitor Situmorang “Surat Kertas Hijau dan Dalam Sajak”, Pramudya Ananta Toer “Keluarga Gerilya, Perburuan, dan Mereka yang dilumpuhkan”, Moctar Lubis “Jalan Tak Ada Ujung, Tak Ada Esok, dan Si Jamal)”.

 

2.     Periode (1961-1971)

Pada periode ini yang dimana  banyaknya gangguan masalah muncul di masa pemerintahan soekarno, yang pada saat ini banyaknya permasalahan masyarakat dan pertentangan diantara Sastrawan terjadi untuk golongannya masing-masing. Karena dampak dari itu corak sastra beragam adanya seperti, beride keislaman (Lesbumi), Ide kenasionalisan (Lesbumi), ide rakyat (Lekra), dan ada yang bebas mengabdi kemanusiaan.

Sastrawan pada periode ini adalah W.S. Rendra “Blues untuk Bonie, Balada Orang-orang Tercinta”, Toto Sudarto Bachtiar “Suara”, Nugroho Noto Susanto “Hujan Kepagian dan Tiga Kota”, Ramadhan K.H. “Priangan si Jelita”, Trisnoyuwono “Lelaki dan Mesiu”, Toha Mochtar “Pulang”, B. Sularto “Dombadomba Revolusi”, dan Subagyo Sastrowardoyo “Simphoni”.

 

3.     Periode (1971-1989)

Pada periode ini banyaknya karya-karya yang populer dan banyak juga percobaan sastra di dalam sastra. Pada periode ini munculnya puisi dalam 4 jenis gaya yaitu puisi lagu, puisi lirik, puisi imajinasi, dan mentera. Dalam puisi ini mempermasalahkan kemiskinan, sosial, pengangguran, dan cerita-cerita rakyat.

Sastrawan pada periode ini adalah Umar Kayam “Priyayi, Sri Sumarah, Bawuk”, Gunawan Mohamamd “Asramaradana”, Taufiq Ismail “Tirani”, Bur Rasuanto “Mereka Telah Bangkit”, Sapardi Djoko Damono “Dukamu Abadi”, Abdul Hadi WM “Meditasi”, Sutardji Calzoum Bachri “O, Amuk, Kapak”, Linus Suryadi “Pengakuan Pariyem”, Iwan Simatupang “Merahnya Merah, Ziarah, dan Kering”, J.B. Mangun Wijaya “Burung-burung Manyar”, Budi Darma “Olenka”, dan N.H. Dini “Pada Sebuah Kapal dan Dua Dunia”.

 

4.     Periode (1989-Sekarang)

Periode ini diwarnai dengan karya-karya sastra seperti, cerpen, puisi, drama, dan novel dengan tema sosial-politik yang berlatar belakang reformasi. Pada tahun 1998 banyaknya karya-karya sastra dilahirkan. Selain itu, penyair-penyair pada periode ini yang pada awalnya jauh dari tema social-politik sekarang banyak yang memilih tema tersebut.

Sastrawan pada periode ini adalah Ayu Utami “Saman dan Larung”, Seno Gumira Ajidarma “Atas Nama Malam, Sepotong Senja untuk Pacarku, dan Biola Tak Berdawai”, Dewi Lestari “Supernova 1 : Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, Supernova 2.1 : Akar, dan Supernova 2.2 : Petir”, Raudal Tanjung Banua “Pulau Cinta di Peta Buta, Ziarah bagi yang Hidup, Parang Tak Berulu, dan Gugusan Mata Ibu”, Habiburahman El Shirazy “Ayat-ayat Cinta, Di atas Sajadah Cinta, Ketika Cinta Berbuah Surga, Pudarnya Pesona Cleopatra, Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2, dan Dalam Mihrab Cinta”, dan Andrea Hirata “Laskah Pelangi, Sang Pemimpi, Maryamah Karpov, dan Padang Bulan dan Cinta dalam Gelas”,

 

Tinjauan Pustaka

Erowati, Bahtiar. (2011). Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah.

 

0
920
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan