- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Benarkah Orang Ateis Itu Pinter-Pinter?


TS
.nona.
Benarkah Orang Ateis Itu Pinter-Pinter?

Kembali lagi dengan thread kontroversial, penuh dengan hujatan dan semua ini bersumber dari seorang guru yang cukup gembul.
Kali ini kita akan membicarakan tentang ateis, kalau dari literasi mungkin sudah banyak yang paham kalau Ateisme adalah paham yang menyangkal sama sekali keberadaan Tuhan karena tidak dapat dibuktikan secara empiris ataupun logis akan keberadaan-Nya.

Namun yang kita bahas kali ini adalah kenapa orang ateis kok pinter-pinter?
Dalam banyak kasus, orang yang lebih cerdas banyak menjadi ateis karena mereka bisa mandiri secara intelektual, sebenarnya kasus seperti ini sudah muncul sejak zaman Romawi dan Yunani Kuno.
Anggapan bahwa orang cerdas cenderung Ateis ini juga dikemukakan Edward Dutton dari Ulster Institute for Social Research di Inggris, dan Dimitri Van der Linden dari Rotterdam University di Belanda, dalam sebuah artikel di Evolutionary Psychological Science jurnal Springer.

Maka, Dutton dan Van der Linden berpendapat bahwa agama harus dianggap sebagai suatu naluri atau domain berkembang yang terpisah. Nah, anggapan seperti ini sesungguhnya tak terlalu relevan karena agama itu interpretatif juragan.
Hal ini juga dibantah oleh Elaine Howard Ecklund, sekaligus direktur pendiri Program Studi Agama dan Kehidupan Publik, Rice University.
Menurut Ecklund, lebih dari setengah ilmuwan di India, Italia, Taiwan, dan Turki mengidentifikasi diri sebagai orang religius. Jadi, sains dan agama dapat hidup berdampingan dan mendukung satu sama lain.

Lantas apa yang menyebabkan ateis di peradaban modern abad 20, dari tahun 1900-1999 ini mulai tumbuh subur?
"Secara tidak langsung memang perkembangan teknologi sains, tapi garis besarnya akibat perang idiologi yang berlangsung"
Contoh,
Ada seorang anak yang belajar berhubung TS muslim, maka contohnya memakai agama yang TS yakini. Dimana anak itu belajar di pesantren, lalu belajar banyak hal ilmu seperti bahasa Arab, Nahwu shorof, tata Balaghah dan lain sebagainya. Selama 20 tahun lulus lalu keluar dari pesantren dengan ilmunya.
Tapi diluar pondok, hatinya mulai tergoncang dengan banyak godaan seperti lihat ketidak adilan, melihat perang, bahkan mulai teracuni dengan wanita seksi, main tik tok, politik cebong kadrun dan sebagainya, hingga timbul di pikirannya banyak pertanyaan! Bila anak ini berteman dengan seorang ateis selama 1 tahun, bisa saja terkontaminasi dan anak ini menjadi ateis radikal dan menghujat agama. Kenapa bisa seperti itu?

Jadi dalam dirinya mengalami goncangan yang luar biasa, secara mendadak dalam kehidupannya dan revolusioner. Mungkin kalau diberikan kesempatan untuk belajar kembali ilmu agama, anak ini dapat kembali ke agamanya dalam keadaan yang lebih bijak karena cara berfikirnya lebih kompromistis.
Jadi dalam hal ini, biasanya yang mengaku ateis ini anak-anak muda karena melihat agama itu dari perspektif yang sempit, yang melihat sesuatu dalam rasionalisme yang kering.
Melihat agama itu tidak hanya bisa dibuktikan dari benar dan salahnya saja juragan, namun lebih besar daripada itu.

Jadi, ateis ini tumbuh subur karena ketika ia mempertanyakan Tuhan tentang keadaan yang ia alami. Maka kalau dalam keadaan perang, pasti tingkat ateis akan tinggi karena mereka merasa dirugikan, tidak diuntungkan sebab banyak kehilangan dari harta benda, saudara, orang tua dan sebagainya. Atau mengalami sakit, banyak lika liku hidup penderitaan hingga akhirnya iman tergadaikan.
Hal ini yang membuat orang bisa berpindah-pindah keyakinan agama, atau sama sekali tidak beragama dan menjadi ateis.
Pada dasarnya manusia bila hidupnya diuntungkan, biasanya orang tersebut akan lebih banyak bersyukur kepada Tuhan.

Jadi kesimpulannya ateis muncul bukan karena berfikir secara rasional atau pintar, tetapi karena ada pengaruh emosional.

Sumber klik, klik, klik, klik






ushirota dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.4K
31


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan