Sajak Penyesalan dan Harapan

Dahulu...
Mereka merawat dan membesarkanku dengan penuh ketulusan. Dijaganya aku dengan segenap hati dan perasaan. Ditempanya aku dengan kasih-sayang tiada tara.
Keindahan dan kemolekan tubuhku menjadi daya pikat setiap mata yang memandang. Aku bak berlian berkilau-kilau hingga setiap mata yang menatap silau akanku.
Kilau pesonaku bak butiran ratna mutu manikam
Hingga dia datang dan membuat hidupku berantakan dan terlihat suram. Dibuainya aku dulu, dirayunya hingga terperangkap dalam pesona kata-kata dan lihainya puisi-puisimu. Aku rapuh, mudah terpedaya oleh rupa dan kata. Hingga tenggelamlah aku dalam dekapan semu dan penuh kefanaan.

Dia...
Yang kuanggap sebagai tamu menorehkan luka pilu hingga membiru
Merah darahku yang tercecer menjadi saksi atas terkoyaknya kesucianku, hilangnya sebuah kehormatan yang hanya terbalut sebuah selaput tipis yang kau sobek dengan mudahnya.
Hidup dalam belenggu dengan ratap pedih berwindu windu
Menjadi pemuas nafsu di bawah kaki para serdadu
Direngkuhnya aku buas, bagai singa-singa lapar tak merindukan bongkah daging-daging segar, melahpnya tak ada satupun yang luput bahkan tulang-belulangnya sekalipun.

Kutelan setiap getir dan pahit kehidupan
Tiada lelah bertahan dari setiap himpit yang menghujam
Hingga kebebasan akhirnya aku dapatkan dari derita sebuah penindasan
Agar aku bisa membasuh luka dan kembali bangkit tuk menatap masa depan
Kuarungi jalan penuh duri, kulangkahkan kaki yang tertatih letih. Di sudut batas tatapanku, linangan jatuh air mataku membekas, sayu menyayat kelopaknya. Pada bibir yang komat-kamit kan sesal kubersedu-sedan. Hanya sepi yang berhias menanti kutemani

Kini....
Setelah kau tahu dan mengenalku...
Akankan masih ada setiamu untukku...?
Sebab aku tak butuh lagi janji janji semu ataupun basa basimu...!
Aku tak butuh kata-katamu yang seperti madu, namun hanya sebatas narasi tanpa realisasi.
Jadi jika masih ada pedulimu maka rawat aku "tanah surgamu"

Jejak kelam;
"hilangnya permata jingga di negeri para dewata"