Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Goodbye... My Husband
Goodbye... My Husband


[Jangan bercanda kamu, Dek. Baru sekali kita melakukannya setelah satu tahun aku tak pulang ke rumah.]

Deru napasku kian memburu, setelah membaca pesan Mas Rangga di aplikasi hijau. Sungguh, kecewa yang begitu mendalam. Aku memberinya surprise, berharap dia akan bahagia dan lebih mencintaiku. Namun, nyatanya, dia malah meragukan kesetiaanku.

Klunting... Tanpa membuka aplikasi, notif pesan itu telah terbaca.
[Coba testpack ulang, Dek.]

Dengan sigap, segera membalas pesan Mas Rangga. [Mas, aku sudah testpack selama lima hari ini. Dan hasilnya pun sama. Satu kali saja, jika Tuhan berkehendak, kita bisa apa.]

Tik... Tok... Tik... Tok...
Hati ini semakin gelisah menunggu balasan dari Mas Rangga. Kuusap pelan air mata yang jatuh di pipi, mencoba menguatkan hati. Tangan ini mendekap erat putri kecilku yang masih berusia delapan belas bulan, mencari kekuatan dari malaikat kecil. Air mata terus mengalir, tak terbendung lagi.

***

Sudah dua hari, Mas Rangga menghilang bagai ditelan bumi. Saat ditelepon pun, dia mematikan sambungannya, padahal Naya terus saja merengek karena merindukan Ayahnya. Semua yang terjadi ini salahku, andai aku tetap melakukan program KB saat itu.

"Ah... Menyesal pun percuma, bagaimana pun aku akan menghadapi resikonya," batinku.

Bagaimana nasib Naya? Dia masih membutuhkan kasih sayang sepenuhnya, tapi kini harus terbagi.

Klunting...
Gegas aku mengambil gawai di atas nakas, dan membuka pesan masuk.

[Dua hari, aku mencoba berdamai dengan hati, berusaha percaya dengan keadaan. Namun, hati ini masih tak yakin, masih ada setitik keraguan. Dan akhirnya, aku hampir menyerah memikirkan semua ini. Bahkan, aku tak bisa menerima kehamilanmu.]

Degh... Tanganku bergetar, detak jantung seakan berhenti sejenak.

[Lalu, apa mau kamu sekarang?] Entah kenapa, rasa hormat dan cintaku luruh saat ini juga.

[Aku, akan menerima kamu, tapi tidak dengan janin itu.] Pesan balasan yang terasa begitu menyakitkan.

Tak tahan dengan apa yang ditulis Mas Rangga, aku berjalan keluar meninggalkan Naya yang tertidur pulas. Langkah kaki menuju dapur, mengambil segelas air untuk menenangkan diri. Kemudian, memencet tombol menelepon Mas Rangga. Tanpa mengucap salam, langsung saja memberondong Mas Rangga dengan semua pertanyaan.

["Maksud Mas, aborsi? Aku harus membunuh anak kita? Atau aku harus apa? Katakan saja! Aku ingin menyelesaikan masalah ini sekarang juga," tanyaku pada Mas Rangga di ujung telepon.

"Iya, gugurkan saja!" Teriak Mas Rangga, membuat telingaku berdenging.

"Terimalah kenyataan ini, Mas! Kita akan lakukan test DNA saat dia lahir nanti, agar kamu bisa percaya, kalau janin ini adalah darah dagingmu."

"Percuma! Bagaimana kalau hasil test mengatakan dia bukan anakku? Sama saja aku buang-buang duit untuk membiayai segala kebutuhannya."

"Astaghfirullah... Mas meragukan kesetiaanku?" Suaraku mulai bergetar menahan tangis.

"Keputusanku sudah bulat, aborsi saja! Satu minggu, aku memberimu waktu untuk berpikir."

"Bukan aku yang harus berpikir, Mas! Kamu yang harus merenung, aku pastikan, kamu akan menyesal."]

Mas Rangga mengakhiri sambungan telepon, dada semakin terasa sesak. Aku menyandarkan tubuh di sofa, menatap langit-langit rumah mewah ini. Menangis adalah cara melepas amarah dalam hati. Suami yang dulu selalu ada, kini telah berubah seiring berjalannya waktu. Kesetiaan yang selalu aku jaga, hari ini dipertanyakan olehnya. Aku menyudahi drama ini, saat mendengar tangisan Naya di dalam kamar.
spay21Avatar border
spay21 memberi reputasi
2
641
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan