MEMORIES

Semua orang mentertawakan Kairul, setiap kali ia mengeluarkan dan memakai handphone-nya. Gawai-nya itu, entah produksi tahun berapa dan prototipe yang mana, yang jelas, handphone-nya sangat besar, berat, berbentuk kotak, dengan antena yang tebal dan panjang dan tidak akan muat di saku/kantong celana. Benar-benar barang legendaris. Hebatnya, sang gawai masih berfungsi dan dapat dipakai sebagai alat percakapan.

Beberapa temannya sudah sangat sering menyarankan ia untuk memensiunkan gawai itu dan membeli yang baru, bahkan ada yang sampai membelikan handphone baru (karena mengira Kairul tak sanggup beli atau terlalu pelit untuk membeli), tetapi semuanya ditolak dengan halus oleh Kairul.

Suatu kali, Kairul menjadi begitu panik ketika mendadak handphone-nya tak dapat berfungsi lagi seperti biasa. Ia segera mencari teknisi untuk memperbaiki. Hampir semua teknisi yang diminta, mengatakan tak sanggup memperbaiki. Alasannya, sudah tak ada onderdil untuk pengganti kerusakan pada gawai tersebut. Sedangkan pusat servis resmi merek gawai tersebut, sudah lama tutup.

Sampai akhirnya, salah seorang teknisi menyarankan ia untuk berburu suku cadang dari gawai sejenis di pasar-pasar loak/seni.

Setelah perburuan yang memakan waktu lama dan memakan biaya yang jauh lebih besar (dibanding ia mengganti dan membeli handphone baru, yang tipe tercanggih sekalipun), akhirnya Kairul mendapat juga suku cadang yang diperlukan. Gawainya berfungsi kembali.

Teman-temannya yang mengetahui sepak-terjang Kairul geleng-geleng kepala, tak mengerti. Di belakang Kairul, gosip-gosip tak sedap mulai tersiar. Akhirnya, semua orang menganggap Kairul aneh.

Sebenarnya, apa yang membuat Kairul begitu mencintai handphone-nya, sampai-sampai melakukan hal tak logis itu?

Suatu kali, di saat konseling acara retreat kantor, ada seorang teman yang mengajukan pertanyaan seputar masalah handphone ini.

Awalnya, Kairul terdiam lama. Teman yang mengajukan pertanyaan merasa tak enak hati dan hampir saja membatalkan dan menarik pertanyaan itu, sampai ketika Kairul pelan-pelan menjawab dengan suara tercekat.

Kairul bercerita bahwa handphone ini adalah hadiah ulang tahun dari almarhum istrinya yang sudah meninggal belasan tahun lalu.

Di dalam gawai itu, tersimpan rekaman suara istrinya, yang merupakan peninggalan satu-satunya yang dapat mengingatkan Kairul kepada sang istri.

Istri yang selama hidupnya agak ditelantarkan oleh Kairul. Sampai kejadian, sang istri meninggal dalam kecelakaan mobil.

Handphone itu ada bersama sang istri ketika kejadian dan sempat merekam pembicaraan terakhir sang istri. Pembicaraan yang membuatnya sangat menyesal, menyesal sampai sekarang.

Saat itu, Kairul sedang terlibat hubungan dengan wil (wanita idaman lain). Sang istri rupanya mengetahui. Tetapi, dalam pembicaraan di handphone itu, ia tak menyalahkan Kairul sampai detik-detik terakhir hidupnya, malah berpesan agar Kairul menjaga hidupnya dengan baik.

Itu yang membuat Kairul, terus merasa bersalah dan berusaha terus mengenang sang istri, yang ternyata begitu baik kepadanya. Makanya, dengan cara apapun, ia akan berusaha terus mempertahankan handphone tersebut.

***

Saudara, penyesalan selalu datang terlambat. Kita tak dapat mengubah masa lalu. Biarlah yang sudah berlalu, menjadi kenangan kita saja.

Jangan terus hidup di masa lalu. Jangan berandai-andai, bahwa kita dapat membalikkan waktu dan memperbaiki yang sudah berlalu.

Hiduplah untuk saat ini. Hiduplah dengan penuh keberanian. Sadarlah. Apa yang kita perbuat sekarang, akan mempengaruhi masa depan kita, bukan masa lalu.

Semuanya tergantung pilihan kita bagaimana melaluinya. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai yang baru.

Masalahnya adalah Anda mau dan bersedia atau tidak untuk melangkah dan menatap ke depan?

Salam semua. Be happy. Gbu.