Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

drhansAvatar border
TS
drhans
Melted Heart
MELTED HEART

Perundungan dapat terjadi pada siapa saja. Entah karena nasib sial, hukum sebab-akibat atau karena memang pantas diperlakukan seperti itu, tetapi yang jelas, Lee Hae Won selalu menghadapi kesehariannya dengan banyak kesulitan dan masalah.

Lahir akibat kehamilan yang tak diinginkan oleh dua orang remaja yang masih bersekolah menengah atas dan terpaksa menikah muda, menyebabkan Hae Won kecil akrab dengan pertengkaran kedua orang tuanya.

Akibat mama muda yang stres dengan keluarga kecilnya dan kesulitan ekonomi, Hae Won menjadi tempat pelampiasan kemarahan sang mama.

Semakin bertambah menjadi, ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Sang mama yang semakin stres, harus bekerja susah payah demi menghidupi dirinya dan putri yang dibencinya, tak pernah lepas mengomeli dan menghukum sang putri belia.

Akibatnya, Hae Won kecil tumbuh menjadi anak pendiam, selalu ketakutan dan sangat tidak percaya diri.

Celakanya, dalam pergaulan dengan teman-teman sekitar rumahnya dan di sekolah, perlakuan yang diterima Hae Won tak lebih baik.

Ejekan, diperlakukan tak adil bahkan hukuman fisik acap diterima dirinya tanpa dapat membalas dan membela diri.

Hae Won menjadi sangat tertekan dan sampai suatu ketika, ia memberontak dan melawan ketidak-adilan itu.

Hae Won remaja berubah menjadi gadis yang nakal, pemberontak, pembuat keributan dan pencari masalah.

Segala usaha dari guru-gurunya ataupun mamanya, baik secara persuasif, peringatan, skorsing, hukuman bahkan sampai ancaman, sudah tak mempan baginya.

Hae Won tumbuh dan hidup sesuai kemauan sendiri. Konselor dan guru agama secara rutin berusaha membimbing Hae Won, tetapi sifat liar Hae Won sulit dikendalikan.

Seiring dengan bertambah usia, Hae Won menjadi lebih 'tenang'. Ia tidak seliar dahulu, asal tidak 'diganggu'.

Herannya, daya tarik seksual Hae Won bagi lawan jenisnya sangat besar. Banyak pria tergila-gila dan berusaha mendekati Hae Won.

Hae Won tak pernah serius menanggapi, tetapi juga seakan memberi hati kepada sekian banyak orang. Akhirnya banyak yang patah hati, bahkan mendendam kepada Hae Won. Sementara yang bersangkutan tak ambil peduli. Ia bagai burung pipit yang hinggap di sana-sini, terbang bebas sesuka hati.

Ada seorang pemuda tampan, teman kuliah Hae Won bernama Sung Min, yang berperawakan tenang dan sabar. Dia termasuk sedikit dari banyak lelaki yang tak berusaha menguber Hae Won. Walau juga terpikat dengan kecantikan Hae Won, Sung Min terlalu malu untuk sekedar menyapa Hae Won.

Herannya, justru Hae Won yang lebih dahulu berusaha mendekati dirinya. Akhirnya, setelah pendekatan Hae Won yang cukup lama, keduanya sepakat jadian menjadi sepasang kekasih.

Walau singkat, Hae Won benar-benar merasa bahagia. Ia benar-benar merasakan dicintai secara tulus dan diperhatikan oleh seseorang. Orang yang benar-benar baik dan peduli kepadanya.

Sayangnya hubungan mereka tak dapat langgeng. Orang tua Sung Min yang berasal dari keluarga berada, merasa Hae Won dengan latar belakang keluarga yang berantakan, tak layak menjadi calon menantu.

Mereka mengancam Sung Min untuk segera memutuskan hubungan dengan Hae Won.

Hae Won yang belakangan mendengar tentang keberatan orang tua Sung Min kepada dirinya, timbul kembali sifat berangasannya. Dengan berani ia melabrak kedua orang tua Sung Min di rumah mereka. Tentu, kedua orang tua itu bertambah tak suka dan berang.

Saat itu juga, mereka mengultimatum sang anak, memilih mereka atau Hae Won. Sung Min menjadi serba salah. Ia merasa berat hati bila harus putus dengan Hae Won, sedangkan untuk menjadi anak durhaka ia tak berani.

Akhirnya, Sung Min 'kabur' keluar negeri, dengan alasan melanjutkan sekolah. Meninggalkan Hae Won dengan hati penuh luka.

***

Rasa marah dan tak menerima mengapa nasibnya sedemikian buruk, Hae Won berubah menjadi seorang pendendam sejati.

Ia akan membalas semua orang yang memperlakukannya dengan buruk. Semua orang adalah musuhnya. Hidupnya sehari-hari dipenuhi dengan kebencian. Terutama kepada kaum lelaki dan wanita berusia sepantaran mamanya.

Hidupnya sekarang dicurahkan untuk bekerja, bekerja dan bekerja. Dalam kurun waktu 10 tahun, Hae Won mulai sukses. Butik-butik pakaiannya lumayan laris. Kekayaannya bertambah dengan cepat.

Hae Won yang sekarang, bukan lagi Hae Won yang dahulu, selalu dilecehkan orang. Ia seorang pebisnis sukses yang percaya diri. Sekarang, justru Hae Won yang banyak melecehkan orang dan memandang rendah semua orang.

Sejak merintis bisnis sendiri, Hae Won sudah tak mau tinggal serumah dengan mamanya. Awalnya ia memilih menyewa sebuah apartemen kecil.

Seiring dengan keberhasilan usahanya, Hae Won membeli rumah yang cukup besar dan ditinggali seorang diri.

Walau super-sibuk, tetapi diwaktu-waktu ia mengalami kesendirian, Hae Won acapkali merasa sedih dan kesepian. Harta yang dikumpulkan tak dapat mengisi kekosongan hatinya.

Hae Won acapkali kesulitan tidur. Selain itu, seringkali dalam tidurnya yang singkat, ia bermimpi buruk. Obat-obat penenang dan obat tidur menjadi akrab dengan dirinya. Semakin banyak ia menelan pil penenang, semakin nyaman ia merasa. Hae Won bisa melupakan segalanya sesaat.

Hari demi hari dilalui dengan kekelaman hidup. Walau nampak tegar di luar, jiwa Hae Won sebenarnya tersusun dari serpihan-serpihan retak yang setiap saat bila tersentuh akan hancur berkeping-keping tanpa sisa.

Suatu hari, secara tak terduga, muncul Sung Min di hadapan Hae Won, setelah sekian tahun menghilang tanpa berita.

Walau masih tampan, wajah Sung Min mengguratkan kesedihan yang mendalam. Selama bertahun-tahun masa pelariannya, Sung Min bergumul antara melupakan Hae Won dan melanjutkan hidupnya atau kembali menemui Hae Won, meminta maaf dan mohon pengampunannya.

Sung Min tak pernah bisa memutuskan, sampai akhirnya, sang mama mendadak memanggilnya pulang. Papanya sekarat.

Sekembalinya ke tanah air, Sung Min baru berani berpikir untuk menghubungi kembali Hae Won. Dan agaknya, kali ini, sang mama tak lagi menentang kemauan sang anak. (Sang mama sudah mendapat kabar bahwa Hae Won sekarang sudah menjadi seorang wanita sukses dan kaya).

Hae Won tentu terkejut. Terkejut bercampur sedih-senang-marah-gembira menjadi satu. Di satu sisi, ia ingin menyambut gembira dan menerima kembali kehadiran Sung Min. Di lain sisi, Hae Won belum yakin dengan tekad dan keputusan yang diambil oleh Sung Min.

Hae Won tak mau dan tak bisa menerima penolakan dan penyesalan lagi di kemudian hari. Hae Won bertanya kepada Sung Min apakah ia benar-benar mencintai dirinya dan bersedia berkorban bagi dirinya.

Sung Min dengan mantap dan yakin, menjawab ya. Hae Won mengeraskan hati dan meminta Sung Min membuktikan ucapannya dengan meninggalkan kedua orang tuanya selamanya, hidup bersama dengannya dan tak pernah meninggalkan dirinya lagi.

Sung Min yang ditodong seperti itu menjadi gagap dan sulit menjawab. Mana mungkin ia meninggalkan kedua orang tuanya, apalagi papanya dalam kondisi sekarat.

Akhirnya, sekali lagi, ia meninggalkan Hae Won dengan diam dan wajah pucat pasi.

Walau dalam hati menjerit ingin meminta Sung Min kembali, Hae Won bergeming.

***

30 tahun berlalu...

Hae Won memeriksakan dirinya ke dokter karena keluhan sakit kepalanya semakin menjadi.

Selama bertahun-tahun, setiap hari ia tak pernah terbebas dari sakit kepala. Semakin lama semakin menghebat.

Berbagai macam obat sakit kepala sudah dikonsumsinya. Bukan hanya satu-dua butir, tetapi bisa sekaligus 10 butir sekali tenggak.

Beberapa hari terakhir, sakit kepalanya terus mengganggu walau ia sudah minum obat. Itu sebabnya ia berobat hari itu.

Dokter meminta ia dirawat agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, salah satunya melalui pemindaian kepala, tetapi Hae Won menolak. Ia meminta dokter agar memberikannya obat yang lebih kuat.

Saat baru beberapa langkah meninggalkan ruang praktek dokter, Hae Won terjatuh tak sadarkan diri.

***

Hae Won tersadar dan membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling. Ia berada dalam ruang rawat pasien. Selang infus melekat pada lengan kirinya.

Hae Won mencoba bangkit duduk, tetapi sebentar kemudian ia berbaring lagi. Kepalanya terasa berat dan pandangannya seolah berputar.

Hae Won memejamkan mata. Saat itu terdengar langkah kaki masuk dan suara orang bercakap.

"Bagaimana dengan kondisinya, Dok? Berbahayakah? Tolong Dok, biar bagaimana caranya, tolong bantu sembuhkan dia. Saya mohon dengan amat sangat, Dok."

Suara laki-laki yang berkata itu terdengar sedih mengiba dan bergetar menahan emosi.

Hae Won merasa kenal dengan suara itu. Ia tetap memejamkan matanya dan berusaha mendengar percakapan selanjutnya.

Sebuah suara lain, yang tampaknya seperti suara dokter, berkata, 'Maafkan saya, Pak. Kami sudah berusaha semampunya. Tumor otak ibu Hae Won sudah demikian besarnya dan telah menyebar ke mana-mana. Kami tak dapat mengangkat tumor tersebut atau melakukan tindakan radikal karena beresiko sangat besar. Yang dapat kami lakukan hanya mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh nona Hae Won. Selebihnya, kita hanya bisa berdoa memohon Sang Ilahi memberikan mukjizat-Nya'."

" Ya, Dok. Tolong diusahakan sebaik mungkin. Terima kasih, Dok." Suara yang satu lagi menyahut. Kemudian terdengar suara langkah meninggalkan ruangan.

Hae Won terkejut setengah mati mendengar percakapan dua orang itu. Ia memang mencurigai ada sesuatu yang terjadi di dalam tubuhnya, tetapi ia tak menyangka penyakitnya sudah sedemikian parah.

"Ah biarlah, toh hidupku juga tak berarti apa-apa bagi siapapun. Tak akan ada orang yang akan kehilangan dengan kepergianku."

Saat berpikir seperti itu, ia mendengar suara isak perlahan di dekatnya. Suara tangis laki-laki yang tadi bercakap dengan dokter.

Siapa dia?

Mengapa ia terdengar begitu sedih?

Hae Won yang penasaran memaksa membuka mata. Walau terasa berputar dan sakit, samar-samar ia melihat sesosok pria tua sedang duduk di sebelah ranjang pasiennya, menundukkan kepala dan terlihat menangis sesungukkan.

Seiring dengan makin jelasnya pandangannya, Hae Won melihat pria tua yang rambutnya hampir memutih semua, bertubuh ringkih dan terlihat bahunya bergoyang-goyang mengikuti irama tangisnya.

Pria itu agaknya menyadari bahwa Hae Won sedang memperhatikan dirinya, maka ia menghentikan tangis, berusaha mengatur napas dan akhirnya mendongakkan kepala menatap Hae Won.

Pria tua itu ternyata Sung Min. Ia terlihat jauh lebih tua dibandingkan usianya. Wajahnya terlihat penuh dengan gurat-gurat kesedihan dan penderitaan. Tetapi, Sung Min berusaha tersenyum di hadapan Hae Won, walau lebih tepatnya terlihat meringis.

Hae Won terkejut. Mengapa banyak sekali terjadi perubahan pada Sung Min? Mengapa ia terlihat begitu menderita?

Hae Won merasa iba. Perasaannya yang telah membeku sekian puluh tahun lalu kepada Sung Min mencair, perlahan terasa hangat.

Rupanya, selama puluhan tahun ini, Sung Min tak pernah melupakan Hae Won sedikitpun. Ia memang tak berani menghubungi Hae Won, tetapi ia selalu memantau setiap perkembangan Hae Won dari kejauhan.

Ia juga memilih hidup sendiri tanpa pasangan karena rasa keterikatannya dengan Hae Won tak dapat diputuskan. Walau menderita, ia rela melakuannya.

Beberapa hari lalu ketika ia melihat Hae Won berobat ke dokter, ia sudah sangat cemas. Apalagi ketika Hae Won mendadak jatuh pingsan.

Untungnya, ia berada tak jauh dari Hae Won sehingga dapat menyanggah Hae Won sebelum jatuh. Ia pula yang meminta Hae Won dirawat dan menunggui siang-malam.

Hae Won menjadi sangat terharu mendengar cerita Sung Min. Hatinya yang membeku, perlahan-lahan mulai meleleh. Di dunia ini ternyata masih ada seorang Sung Min yang begitu memperhatikan dan menyayanginya.

"Ah betapa bodohnya aku selama ini. Maafkan aku, Sung Min," air mata Hae Won menetes satu demi satu.

Keduanya akhirnya berpelukan bahagia...

***

Saudara, janganlah mengeraskan hati dan selalu berpandangan negatif kepada orang lain.

Setiap kesulitan dan pencobaan yang kita hadapi, bukanlah akhir dari segalanya. Tuhan akan selalu menolong kita melalui perantaraan orang lain, baik yang kita kenal maupun tidak.

Hidup ini indah, jangan kita sia-siakan setiap kesempatan yang diberikan Tuhan agar kita meraih kebahagiaan. Sambutlah dengan pelukan hangat...

Salam semua. Be happy. Gbu.
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
255
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan