

TS
mayangannasya
Fetisisme: Penyimpangan Seksual Sedari Remaja, dan Cara Mengatasinya

Masa remaja dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada masa mencapai usia dewasa secara hukum. Remaja mempunyai tiga tahap tumbuh kembang yang terdiri dari fisik, psikologis, dan intelektual. Tumbuh kembang remaja berbeda berdasarkan kematangan psikososial dan seksual pada tahapan awal, pertengahan, dan lanjut. Salah satu karakteristik remaja yang khas adalah rasa ingin tahu yang tinggi dan perilaku berisiko. Perilaku berisiko ini yang akan berdampak pada permasalahan kesehatan remaja. Permasalahan kesehatan remaja dipicu oleh perkembangan teknologi dan informasi serta perubahan gaya hidup. Remaja sebagai kelompok yang rentan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi terutama permasalahan terkait seksualitas, HIV dan AIDS, serta NAPZA (Junaedi, 2016). Seksualitas adalah masalah utama dalam kondisi kesehatan reproduksi remaja. Rata-rata usia remaja di Indonesia berusia 17 tahun sudah melakukan hubungan seksual. Hasrat seksual yang dirasakan remaja berbeda-beda. Karena memiliki hasrat yang berbeda-beda, tak jarang terjadi adanya penyimpangan seksual. Penyimpangan seksual adalah segala bentuk penyimpangan seksual baik arah, minat, ataupun orientasi seksual(Rambe & Hidayat, 2021). Seseorang dengan kondisi ini disebut parafilia. Parafilia sendiri adalah bentuk penyimpangan seksual dimana seseorang berperilaku tidak semestinya. Parafilia sering terjadi pada pria dan dimulai dari masa remaja akhir atau dewasa awal. Salah satu contoh parafilia yang sedang marak akhir-akhir ini adalah fetisisme (Nihayah et al, 2021).
Apa itu fetisisme?
Berasal dari bahasa Portugis, "Fetico" yang dimaknai sebagai "sihir" atau "sulapan". Kata ini mempunyai makna bahwa adanya ketergantungan seseorang pada suatu bagian tubuh maupun benda mati sebagai cara untuk memperoleh gairah seksual maupun mencapai ejakulasi. Fetisisme adalah dorongan, fantasi, dan perilaku yang merangsang secara seksual yang melibatkan penggunaan benda tidak hidup dan tidak lazim. Fetisisme dapat dimulai dari usia remaja hingga dewasa. Seseorang dengan kondisi seperti ini disebut dengan 'Fetishistic' atau 'FetishDisorder' (Saiffudin, 2022).
Bagaimana gejala fetisisme?

Para penderitanya berperilaku misalnya bersetubuh dengan mayat, kotoran, dan sebagainya. Benda-benda yang digunakan tersebut dipuja dan dicintai secara berlebihan. Dengan benda tersebut, penderita mendapatkan kepuasan seks dengan cara mencium, memeluk, membelai, dan terkadang juga digunakan untuk masturbasi (Junaedi, 2016). Jenis barang yang digunakan biasanya adalah cenderamata dari orang yang dicintai oleh penderita yang telah meninggalkannya, telah meninggal, atau yang penderita kagumi secara diam-diam. Barang-barang tersebut dapat berupa apa saja antara lain pakaian, pakaian dalam, sapu tangan, selembar foto, rambut, dan lain sebagainya. Selain itu dapat pula berupa organ tubuh non seks lain seperti kepala, kuku, kaki, lengan, dan sebagainya.
Apakah fetisisme termasuk kedalam penyimpangan seksual?
Perilaku fetisisme ini merupakan termasuk dalam salah satu penyimpangan seksual karena pencapaian orgasme dan kenikmatan seksual nya ditempuh dengan cara non seksual. Hal tersebut karena adanya ketidak wajaran seksual pada seseorang, seperti perilaku dan fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada orgasme bukan melalui relasi dari hubungan kelamin. Selain itu, juga bertentangan dengan norma tingkah laku seksual yang ada pada masyarakat pada umumnya (Junaedi, 2016).
Apa penyebab fetisisme?
Penyebab fetisisme antara lain karena adanya perasaan infantil yang diikuti dengan rasa yang agresif. Hal tersebut sering kali diakibatkan dari sifat asosial dan juga dibayangi oleh kecemasan-kecemasan tertentu seperti menjadi impotensi. Sehingga benda-benda tersebut dibutuhkan oleh penderita untuk membantu membangkitkan nafsu seksualnya (Abidin, 2018).Penyebab fetisisme lain karena adanya kekurangan kemampuan diri untuk menyesuaikan lingkungan pergaulan yang lebih luas. Hal tersebut biasanya terjadi karena adanya faktor kecenderungan individu yang hanya tertarik dengan hal-hal tertentu saja yang pada akhirnya membuat penderitanya mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Bagaimana contoh fetisisme?
Belakangan ini istilah fetishramai diperbincangkan kembali setelah munculnya kasus-kasus fetish yang beredar dan ramai di media sosial. Mengingat pada masa kini penyebaran informasi apapun akan cepat tersebar karena adanya kemudahan dari mengakses internet dan media sosial. Dalam beberapa modus kasus fetish kebanyakan korban dimanipulasi oleh pelaku agar tanpa sadar menjadi objek pemuas fetish bagi pelaku. Berikut adalah beberapa contoh kasus fetish di Indonesia yang sempat viral di Indonesia:
1. Kasus Fetishkain jarik bungkus
Kasus ini sempat viral dan menjadi perhatian publik setelah adanya unggahan pada media sosial Twitterpada tahun 2020 tepatnya di bulan Juli. Dimana sang korban mengaku telah menjadi korban pelecehan seksual oleh pelaku yang berinisial G sebagai objek dengan menggunakan kain jarik yang nantinya diikat menyerupai jenazah yang terbungkus kain kafan.
2. Kasus Fetishmukena berkedok promosi
Kasus ini bermula dari kedok pelaku yang menjadikan korbannya sebagai model dari mukena yang ia jual untuk dijadikan katalog promosi. Namun korban menemukan bahwa ada salah satu akun Twitteryang mengunggah foto dirinya menggunakan mukena tersebut dan banyak ujaran tidak senonoh pada laman Twitter tersebut. Dari hasil pemeriksaan kepolisian dibantu dengan ahli bahasa dan psikolog, diketahui bahwa pelaku telah mengalami gangguan fetisisme seksual dengan objek mukena sejak dirinya masih kecil, lebih tepatnya pada kelas 4 sekolah dasar.
3. Kasus Fetishobjek foto mata dibalut kain kassa
Kasus ini bermula dari sang pelaku yang meminta foto mata korban yang sedang terbalut kain kasa melalui sebuah Direct Message.Awalnya korban tidak menaruh curiga apapun terhadap orang tersebut. Hingga pada akhirnya korban mengikuti akun Instagram pelaku dan korban sadar bahwa akun pelaku tersebut dipenuhi oleh beberapa foto tidak senonoh.
4. Kasus Fetishkaus kaki
Kasus ini bermula ketika salah seorang kenalan korban meminta tolong kepada korban untuk memberikan sebuah foto kakinya yang memakai kaus kaki. Dari awal, korban sudah menolak permintaan pelaku untuk memberikan foto kakinya menggunakan kaus kaki dan karena sang pelaku bersikeras memaksa korban, akhirnya korban memilih untuk memblokir kontaknya dengan kontak sang pelaku. Namun sang pelaku tidak jera, ia meminta kepada adik sang korban untuk memotret kaki korban menggunakan kaus kaki serta segenggam tanah dan memberikannya kepada dirinya (pelaku) karena pelaku berdalih dirinya sedang terkena ilmu hitam dan membutuhkan terapi pengobatan dengan cara mengumpulkan foto objek tersebut. Setelah korban menelusuri lebih lanjut, hal serupa tidak hanya dilakukan kepada dirinya saja. Korban tidak melaporkan kepada pihak berwajib, namun korban ingin memberikan sanksi sosial kepada pelaku melalui unggahannya di akun Twitter-nya.
5. Kasus Fetishserbet dapur
Kasus ini hampir mirip dengan kasus fetishmukena yang menawari seorang model untuk dijadikan promosi sebuah kain serbet. Korban mengaku ditawari oleh pemilik akun bisnis di Instagram @tamaserbet. Korban sempat bingung dengan tawaran tersebut, hingga akhirnya korban menelusuri akun tersebut dan mendapati tampilan akun tersebut banyak mengunggah foto kepala yang terbungkus kain serbet dalam berbagai warna.
Klasifikasi tingkatan fetish
Terdapat tingkatan pada penderita fetisisme berdasarkan tindakan maupun hasrat terhadap objeknya, yaitu diantara lain (Junaedi, 2016):
1. Pemuja (admin)
Tingkatan pertama pada perilaku fetishdisini masi bisa dikatakan wajar. Hal tersebut karena sifatnya hanya berupa satu keinginan yang sesaat. Misalnya pada pria yang berkeinginan untuk memiliki pasangan yang memiliki tubuh indah dan ideal, namun apabila keinginan tersebut tidak terwujud atau tidak tercapai, tidak menjadi masalah besar.
2. Pecandu
Pada tingkat kedua, penderita fetish sudah memasuki pada tahap ketergantungan terhadap objek tertentu yang menjadi kegemarannya. Apabila hasratnya kepada objek yang dituju tidak terpenuhi, maka hal itu bisa menimbulkan suatu masalah atau bahkan mulai dapat mengganggu kejiwaannya.
3. Fetisisme tingkat menengah
Pada tingkat ketiga ini, dapat dikatakan sudah mulai memasuki fase yang berbahaya. Karena pasalnya pada tingkat ini seorang penderita fetishakan nekat melakukan apa saja demi memenuhi keinginan atau hasratnya. Hal tersebut dapat berupa pencurian barang, penculikan, dan pemaksaan tertentu untuk mendapatkan objek yang diinginkan.
4. Fetisisme tingkat tinggi
Pada tingkat yang keempat ini, seorang penderita fetishtidak akan menghiraukan hal lain diluar rasa atau hasrat fetishnya.
5. Fetishistic Murderers
Tingkatan kelima ini merupakan tingkatan tertinggi dari fetisisme. Seorang penderita fetishpada tingkat ini akan tega membunuh bahkan dapat pula menuruti hasrat misalnya untuk memutilasi korban hanya untuk mengambil sebuah objek fetish yang diinginkannya.
Bagaimana ya cara mengatasinya?

Perilaku fetishtidak hanya merugikan korban dari perilaku saja namun juga turut meresahkan masyarakat yang memberikan stigma negatif oleh pelaku penyimpangan seksual. Nafsu fetish yang berkelanjutan jika tidak diberhentikan dan ditangani, bukan hanya membahayakan korban itu sendiri melainkan juga orang-orang yang berada di sekitar pelaku. Beberapa terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi parafilia fetisisme adalah sebagai berikut(Fischer & Gochros, 2013):
1. Covert Sensitization(membayangkan konsekuensi yang memalukan)
Merupakan prosedur untuk mengurangi perilaku pendekatan maladaptif melalui imajinasi. Imajinasi yang digambarkan adalah perilaku menjijikan dari hal yang telah dilakukan. Sebagai contoh adalah membayangkan bahwa memiliki rangsangan terhadap suatu objek atau benda mati adalah suatu perilaku yang menjijikan dan menyimpang. Terapi ini dapat digunakan untuk mengurangi perilaku seksual yang tidak diinginkan.
2. Aversion Therapy
Merupakan suatu bentuk perawatan psikologis dimana penderita akan dihadapkan pada stimulus sementara yang diikuti dengan rasa ketidaknyamanan untuk menghentikan perilaku. Hampir sama seperti convert sensitizationyaitu membayangkan objek imajinasi, contohnya adalah pada kasus fetisisme setiap penderitanya membayangkan objeknya, maka akan langsung diberikan rangsangan kejut listrik. Kejut listrik ini didefinisikan sebagai rasa tidak nyaman setiap kali penderita membayangkan objek fetish-nya. Sehingga dengan cara ini, penderita dapat berhenti membayangkan objek fetish-nya.
Referensi
Abidin, achmad A. (2018). Perilaku penyimpangan seksual dan upaya pencegahannya di kabupaten jombang. Prosiding Seminar Nasional & Temu Ilmiah Jaringan Peneliti, 545–563. http://ejurnal.iaida.ac.id
Fischer, J., & Gochros, H. L. (2013). Handbook of Behavior Therapy with Sexual Problems. Pegamon Express.
Junaedi, D. (2016). Penyimpangan Seksual yang Dilarang Al-Quran. PT Elex Media Komputindo.
Nihayah, U., Umami, R., N.A, L. K., & Saputri, N. A. (n.d.). Implikasi Penyimpangan Gangguan Fethisme dalam Kesehatan Mental. volume. 3. https://doi.org/DOI:https://doi.org/10.32939/ijcd.v3i1.1018
Rambe, T., & Hidayat, T. (2021). Sosiologi dan Ruang Kelas. Yayasan Kita Menulis.
Saiffudin, A. (2022). Psikologi Umum Dasar.
https://ms.tierient.com/apa-fetish-jenis-fetish-yang-paling-biasa/
https://www.sonora.id/read/422269448...apa-itu-fetish
https://bangka.sonora.id/read/502877...ental?page=all
Diubah oleh mayangannasya 05-06-2022 21:43
0
958
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan