Kaskus

Story

norasiraitAvatar border
TS
norasirait
KUMPULAN KATA PUITIS
Dirimu; nyanyian, yang selalu dilagukan sepi.

teramat merdu, meninabobokan mimpi

 ****

Waktu terbaik untuk menulis puisi;

ialah ketika banyak cinta di hati,

namun tak ada satu pun hati tempat membagi.

****

Ada yg menjual janji manis demi kekuasaan,

ada yg menjual tubuh karena kelaparan.

Keadilan pulas di ranjang uang.

****

Sedang Ia sangatlah pemurah,

lantas mengapa kau bisa menjadi begitu pemarah

****

Dengan menyebut nama Tuhan yang maha pengasih,

aku memohon untuk dijauhkan dari cinta yang pilih kasih

****

Andai bisa memilih terlahir kembali,

aku pilih tetap menjadi hitam yg kau hinakan,

ketimbang putih yg membinasakan

****

Ketika tuhan menulis puisi;

“kun!” jadilah kita,

kata-kata yang menemukan luka sebagai takdirnya

****

Di depan katedral,

aku menunggu bersama dzikir yg memohonkan kamu.

“Tuhan, bukankah kami sama-sama mengingatmu!”

****

Rindu itu mata arah,

menuju apa-apa yang tak mampu kau miliki.

****

Ibu memasak nasi goreng tadi pagi.

Aku melahapnya sambil berdoa;

kelak kamu akan melakukan juga untuk anak kita.

****

Buatlah satu permintaan, cinta;

untuk kuperjuangkan, untuk kudoakan.

****

Pada suatu hari nanti,

aku ingin mencuri pikirannya Sapardi,

biar tak letih mencarimu di sela-sela huruf sajak ini.

****

Mungkin,

hanya puisi yang mau menerima cinta,

tanpa pernah meminta bahagia.

****

Merindukanmu;

merendakan harap pada setapak angan,

merelakan asa bersama sekepak angin

****

Kau mengubah semua menjadi cinta yang baik,

hanya dengan sebuah senyuman.

****

Dia yang memilih untuk berpaling dari cintamu,

seringkali berpulang dalam rupa kenangan.

****

Kelak, yang akan kau ingat dariku,

adalah semua hal yang hari ini ingin kau lupakan.

****

Tuliskan sebuah puisi indah untukku,

setelahnya,

bahasakan ia dengan ciuman yang mesra.

****

Adakah yang melebihi,

roman kerinduan seorang gadis pada kekasihnya;

ia bangun rumahrumah puisi, di sepanjang jalan penantian.

****

Sesederhana cintanya, Sapardi,

aku ingin mencintaimu,

dalam puisi hujan di senja januari.

****

Kita,

tak lebih dari orang-orang asing yang diperkenalkan cinta,

untuk kemudian dipisahkan oleh kebahagiaan masing-masing.

****

Tetaplah menjadi kenangan, cinta,

biar masa laluku tidak merasa asing;

pada hingarnya masa depan.

****

Cinta, bangunkan aku dari lelap,

ketika waktu tak lagi memberi jeda bagi rindu untuk berdetik,

dalam detak jantung yang sepi.

****

Rindu ialah hak bagi semua hati yang memiliki cinta,

dan setia;

adalah kewajiban yang kerap kau abaikan.

****

Dari sekian banyak cara meraih kebahagian,

aku pilih menjadi orang yang kau butuhkan;

sebagai cinta.

****

Mungkin Tuhan mencitrakan engkau,

dengan sebaik-baiknya, cinta;

pati dari segala surya, cerlang bagi mata yg memandang.

****

Pada akhirnya,

kau takkan mengenali apapun tentangku,

kecuali hatiku yang selalu mengenali rindumu.

****

Kita pernah berjuang menantang takdir.

Lalu berujung sia-sia,

sebab waktu yang tak acuh;

menanggalkan cinta, meninggalkan duka.

****

Bahkan, dalam keramaian yang paling riuh,

selalu dapat kudengar derit daun jendela kenangan,

yang terayun-ayun angin rindu.

****

Hatiku riak laut tanpa gelombang.

Kemudian cintamu datang,

serupa petir menyambar; menunggangi arus pasang.

****

Berjanjilah padaku,

kelak saat cinta ini mati,

kau takkan membunuh hidup.

****

Pada redupnya kenangan,

selalu ada yang menyala dengan begitu terang;

unggun-unggun api rindu.

****

Sebab nama ialah semacam doa,

akan kunamai engkau sebagai cinta,

kelak dari rahimmu lahir anak-anak kebahagiaan kita.

****

Sesekali, kutuliskan nama cinta selain milikmu,

pada puisi kerinduan;

sebab aku rindu cemberutmu memendam cemburu.

****

Mungkin Tuhan tersenyum,

pun terbahak.

Setiapkali kusebut namamu dalam doa;

memintakan takdir yang tak pernah Ia tuliskan.

****

Atas nama cinta,

aku ingin meminangmu pada kebahagiaan.

Sesudahnya,

akan kugarisbawahi nama kita dengan pena keabadian.

****

Tuliskan sebuah puisi untukku,

dengan cinta ada di permulaan,

dan kita mengisi bait-baitnya,

tanpa perlu kauberi penutupan.

****

Pada wajah yang dipenuhi oleh kerutan waktu,

selalu kutemukan cinta yang tiada pernah menua,

tak tersentuh usia, milik ibuku.

****

Sepasang mempelai, berdampingan di pelaminan.

Mereka bergenggaman tangan,

sedang hatinya memeluk masa lalu masing-masing.

****

Kuberikan engkau sedikit cemburu,

sebagai cambuk bagi hatimu yang tengah meragu,

hilang pandu karena rindu.

****

Kemana lagi engkau hendak bertualang, cinta?

Tidakkah kaulihat,

ada begitu banyak rindu yang belum sempat kau petik.

****

Untuk semua kebaikan cinta,

ambillah kebahagianku sebagai upahnya.

****

Bagaimana caramu mengelabui waktu,

hingga ia tertipu,

dan kau pun kekal dalam kenanganku — tiada tersentuh usia.

****

Kelak pada suatu ketika,

aku ingin menjadi alasan yang membuatmu terluka;

di saat cinta,

meniadakan kita untuk sementara.

****

Pada sebuah hati,

aku ingin membangun dunia.

Semesta bagi rindu untuk bermukim,

Cumiarkan cinta di sepanjang musim.

****

Sesekali aku ingin melihat air matamu luruh dengan tiba-tiba,

saat melihatku membisikkan adzan di telinga bayi kita,

misalnya.

****

Rindu adalah penyakit masyarakat;

sebab tak jarang membuat resah lingkungan terdekat.

****

Di ujung jalanan yang bersimpang,

kumohonkan keteguhan hati padaMu,

sebelum kaki terlanjur melangkah;

tapaki pilihan yang salah.

****

Saat aku diam tak menyapa,

bukan berarti sengaja atau terlupa;

aku hanya ingin mendengar rindu terucap dari bibirmu.

****

indu ini menguras dompetku;

belanjakan rupiah untuk mendengar suaramu,

atau sekadar mengirim pesan singkat untukmu.

****

I am with you in your heart;

a miraculous place.

Don’t take me away to where the murky,

clumsy time flows on reality’s surface.

****

Kau mati muda dalam kenanganku,

layaknya syuhada;

kau akan kukenang dan kusebut dalam tiap do’a.

****

How can I tell you about the past,

when I’m still in the present with you?

I just can’t believe we’re through.

****

Didn’t you know;

no one on this earth love you like I do.

****

In the end,

our love will choose his own destiny;

together or separately.

****

Sekian lama,

kita merajut cinta , di dalam dusta.

****

Ada hal yang tak dimengerti;

bukan karena dangkalnya pemahaman,

melainkan isyarat agar kita saling menerka dan menduga.

****

Pada akhirnya,

semua akan menjadi biasa.

Kau bahagia bersamanya,

dan aku merawat luka yang kau tinggalkan begitu saja.

****

Cinta berilah aku waktu hidup,

rinduku masih terlalu kanak-kanak untuk mati meninggalkannya.

****

Puisiku,

adalah taman bermain bagi rindu tak bertuan,

saling merangkai kata,

yang mungkin mereka sendiri tak paham sejatinya.

****

Serupa atheis; tak menemukan jalan Tuhan,

cintaku kini tersesat di pengembaraan;

mencari agama yang mereka namakan cinta.

****

Berbotol-botol bir ini belum juga selamatkanku dari rindu,

mungkin memang sepasang mata air dari dadamu yang kuperlu kini.

****

Sebab puisi adalah takdir kenanganku,

maka biarkan kekal di sana.

Kelak,

ia yg akan membacakan aku buat engkau.

****

Seperti biasa,

dua cangkir teh hangat kala senja,

untukku dan bayanganmu; merayakan kenangan.

****

Kaulah sejatinya pujangga; ibu dari anak-anak kata,

rawat mereka di rumah-rumah puisi,

berjaga hingga kelak senja menutup hidup.

****

Dialah kenangan, menyala dalam kegelapan,

tapi sirna di kemilauan cinta.

Dialah kamu, yang berlalu terhanyut waktu.

****

Mungkin rinduku perlu operasi plastik,

biar rupanya bisa menjelma cantik;

agar membuatmu tertarik,

meski hanya sekadar melirik.

****

Kutitip puisi pada semilir angin pagi,

semoga kau dengar,

dalam bisiknya saat menyelinap di sela jendela.

****

Dalam puisi aku sediakan kau tempat;

yang bahkan lebih lapang dari dunia,

luas tak berbatas serupa langit.

****

Sebuah perjamuan tergelar senja itu untuk dua perayaan;

cintanya menikahi wanitaku,

dan sepi menyetubuhiku setelah ia berlalu.

****

Wanita, kau bukan bagian dari kata itu.

Kau istimewa; membaca puisimu,

seolah mengenali setiap sel yang membentuk dirimu.

****

Aku memimpikan sebuah ciuman yang liar,

saat lidah kita saling bertamu,

menyampaikan rindu yang telah lama terpinggirkan.

****

Pergilah cinta,

akan kukenangkan kau dalam ingatan,

dan mengekalkannya dalam do’a.

****

Selalu kuselipkan pinta dalam do’a,

serta do’a di bait puisi.

Itulah caraku menabahkan hati,

setelah kau patahkan berulang kali.

****

Entah kapan aku dapat menafsirkan,

sesuatu yang hendak diberitakan oleh angin;

menumbuhkan atau meniadakan kenangan.

****

Kita tak lebih dari lembaran kertas polos,

bergantian ditulisi takdir,

bercerita tentang luka dan kebahagiaan.

****

Kepercayaan ialah caraku memerdekakan cinta,

tumbuh dan berkembanglah,

di sepanjang musim yang kau suka.

****

Lelaplah sunyi dalam senyap,

bersama sepi meneriakkan hening.

****

Bukanlah takdir yang memisahkan cinta,

tapi kebahagiaan kitalah yang memilih jalannya masing-masing.

****

Kita adalah kenangan,

aku yang menyediakan ruang,

dan kau angan yang menjadi penghuninya.

****

Pagi ini ku kenangkan lagi,

waktu yang dulu kita lalui bersama,

sembari menghitung kelopak rindu yang berguguran.

****

Setelah kau pergi,

tiada yang berubah.

Kecuali bunga yang kau tanami dulu,

layu tiap kali melihatku murung karenamu.

****

Aku selalu menantikan puisi-puisimu,

meski mereka bukan untukku.

Setidaknya aku tahu,

bagaimana caramu merindu.

****

Setelah kamu,

hanya bayanganmu yang berani bertandang ke ingatanku,

menggigil di depan jendelanya.

****

Sesungguhnya cinta tak pernah mengenal kata akhir.

Karena baginya,

semua adalah awal dari berbagai kebaikan.

****

Dalam tiap puisiku,

kau adalah jantung yang mendenyutkan arti;

dari sekumpulan aksara mati.

****

Selamat malam cinta.

Mimpi indahlah,

karena semua mimpi buruk telah kuangkuti;

tuk ku nikmati sendiri.

****

Puisi ialah samudera kata,

muara dari aksara yang belum sempat terbahasakan.

****

Pada air mata yang berguguran,

kita bisa berkenalan dengan ketulusan yang bening tak berwarna.

****

Kelak akan diberkati cinta,

jika ia tak lagi saling bersengketa dan menghujamkan luka,

namun meronakan warna warni kehidupan.

****

Aku mencintaimu,

dengan segenap asa yang tak terbilang,

lewat puisi yang tak tertuliskan.

****

Aku belajar pada air mata,

yang tetap setia menyambangi,

pada tiap tangisan luka dan haru bahagia.

****

Pada akhir cerita,

kita hanyalah sepasang terdakwa menunggu vonis dari sang Pencipta;

mempersatukan atau memberaikan.

****

Beranda yang berdebu,

namun ada sepasang jejak kaki di situ,

milik bayanganmu, yang tak bosan berkunjung ke ruang rindu.

****

Beranda kenangan,

tempat ternyaman yang kupunya,

untuk menerima kau bertamu, meski hanya lewat bayangan semu.

****

Tiada kasih yang lebih perih,

daripada kisah hati yang patah.

****

Tepian parangritis,

menantikan kereta kencanamu pulang bersauh,

bawakan penawar rindu dari sitinggil keratonmu.

****

Berilah aku ketabahan ya Tuhan,

untuk temukan rahmat-Mu yang kau namakan perempuan.

****

Sayang, kesetiaan itu bukan sebuah ujian,

tapi benih kebahagiaan yang kelak berbuah manis,

kelak kau temukan di mata anak-anak kita.

****

Tak kan meluruh satupun bunga di hatiku,

selain atas seizinmu sayangku.

 

Setelah kamu,

tiada lagi yang mampu mendamaikan aku dan takdir.

Menggugat pada tiap kemalangan yang mampir.

****

Apa kau tahu,

aku kesulitan mendamaikan kau dan kenangan,

biar mereka tak saling menyakiti.

****

Aku bercermin pada waktu,

bukan cinta yang menorehkan pilu,

tapi hasrat yang terlalu.

****

Tuhan ingin aku memberikan hati ini untukmu seorang.

Sebab itulah Dia menciptakannya satu,

bukan sepasang.

****

Sepasang mata ini dapat melihat banyak gadis,

tangan ini bisa menjamahi.

Tapi satu hati ini hanya untukmu,

tak dapat dibagi.

****

Seperti biasa,

kugandeng kenanganmu, duduk di bangku taman,

menantikan langit senja,

sekadar penawar rindu.

****

Bayanganmu kekasih,

selalu menodongkan senjatanya pada tiap cinta yang berani menyapaku.

****

Rindu ini anak panah yang dilepas dari busurnya.

Kelak nanti,

ia akan menghunjam jantungmu.

****

Mungkin kau tak melihat,

rerumputan,

sebagaimana juga hatiku, yang merunduk,

saat kau melangkah pergi.

****

1 April 2020.

Selamat ulang tahun hati yang patah.

****

Senja pertama di bulan April.

Tiada yang berubah,

bayanganmu selalu terlukis di sana.

****

Tiap kedatangan April,

pucuk rinduku berguguran,

terenggut kenangan yang merekah.

****

Sayang,

di matamu ada jendela masa depanku.

****

Jika kau tak sanggup lagi berkata,

membisu lah cinta,

biarkan aku menjamahmu segenap rasa,

hingga waktu membangunkan kita.

****

Aku lebih suka teriakmu menghardik,

daripada bisu yang membuat ragu.

****

Jika boleh,

aku ingin menukar semua kesedihan,

dengan kematian dan satu tempat di tanah pekuburan.

****

Sajak ini adalah rindu,

pucuk dari sunyi,

mahkota dari resah.

****

itz.mynoteAvatar border
itz.mynote memberi reputasi
1
470
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan