Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dulKhabAvatar border
TS
dulKhab
Drama Seorang Pendiam



"Katakan sesuatu!"
"Aku tidak akan membuat alasan."
"Kau harus memberi penjelasan!"

Kau tahu ini sangat sukar untuk aku katakan, tapi begitu mudahnya orang menilai. Aku tidak cukup pintar mempengaruhi orang agar berpikir sejalan dengan yang aku katakan. Dikenal sebagai pendiam membuatku tidak punya kekuatan di dalam keramaian.

Seorang pendiam bukan suatu hal yang sangat spesial, bagiku kepribadian ini tidak terlalu menguntungkan. Sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas aku lalui masa itu dengan pengorbanan yang cukup besar untuk membiasakan diri dengan sekitar.

Aneh rasanya ketika aku mulai mempertanyakan kenapa aku menjadi pendiam? Berkali-kali aku mencoba mencari alasan, terlintas kenangan saat usiaku yang masih sepuluh tahun.

Saat itu sudah seminggu aku tidak masuk sekolah dengan segaja untuk memulihkan luka setelah dikhitan. Di pagi itu aku memutuskan kembali bersekolah. Jaraknya hanya sekitar lima ratus meter dari rumah, aku berjalan kaki seperti biasanya.

Setibanya di gerbang depan sekolah sudah ada beberapa anak di sana. Aku menghampiri mereka, salah satunya ada teman yang sekelas denganku. Dia yang menyadari keberadaanku, mulai berbicara hal mengenaiku.

Semenjak setelah pembicaraan itu aku merasa aneh, rasa sedih tidak bisa menerima diri sendiri membuatku menjauh dari setiap anak di sekolah. Aku yang sebelumnya sudah memiliki pembawaan sifat pendiam, saat itu menjadi lebih pendiam.

Setiap pagi sebelum jam bel masuk aku memilih berdiam menunggu waktu masuk kelas di depan rumah pak Budi yang letaknya di sebelah sekolah. Rumah itu dikelilingi tanaman, membuatku terhalang dari lalu-lalang anak lainnya. Aku merasa aman jika sendirian, walau nyatanya aku tidak benar-benar merasa tenang karena takut akan pendapat orang yang melihatku sendirian.

Di jam istirahat pun aku habiskan di depan rumah itu sendirian, aku bahkan tidak membeli apapun untuk dimakan karena menghindari antrian panjang di toko yang menjadi langganan anak lainnya.

Semakin lama aku semakin menunjukkan sifat super pendiam dan menghindari lingkaran persahabatan. Sampai aku berpikir keluar batas. Sengaja berangkat sekolah lebih siang dari biasanya supaya tidak menunggu lama bel masuk kelas.

Di akhir semester kelas enam banyak berbagai macam ujian untuk kelulusan menjadi hal yang sangat menyenangkan karena bisa pulang lebih awal. Setelah semua ujian selesai tidak ada kegiatan belajar mengajar. Aku yang dikenal pendiam patuh pada peraturan di kondisi itu membolos sekolah begitu saja.

Sampai beberapa minggu. Di hari pengumuman kelulusan aku tidak masuk hingga seorang guru menjemputku ke rumah. Untungnya, itu tidak merubah keputusan pihak sekolah untuk meluluskan aku. Sebelumnya orang rumah ibu, bapak, nenekku sudah memberi teror peringatan agar bersiap misal tidak lulus karena sering membolos.
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
448
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan