Kaskus

Story

ghdya9yAvatar border
TS
ghdya9y
Hijrah Cinta
Hijrah Cinta

Angin berhembus dengan lembutnya,matahari sore yang bersinar menerpa hembusan hembusan air dalam sungai yang mengalir yang di kelilingi oleh bunga2 taman yang bermekaran indah, dari kejauhan terlihat seorang wanita yang duduk di atas kusi kayu tua,sambil memandangi keindahan taman bunga,namanya aisyah andara humaira, ia adalah seorang wanita cantik yang bergaris keturunan inggris,indonesia.

entah berapa lama andara duduk di sana sambil melamun,Tiba-tiba saja lamunan andara buyar ketika seorang perempuaan tua paru baya memangil namanya.
"Non andara"
Dengan terkejut andara berbalik ke arah perempuaan yang memangilnya tadi
"Iya ada apa bi" jawab andara dengan senyum di bibirnya
" non andara di pangil dengan tuan besar katanya ada hal penting yang ingin di bicarakan dengan non andara"
"Ohh iya bi"ucap andara

Sesegera mungkin andara meninggalkan tempatnya dan beranjak ke ruang keluarga untuk mencari abinya.
"Abi,abi memangil dara?" ucap andara penuh tanda tanya
"Ah.. iya duduk di sini dulu, abi dan umi ingin berbicara hal penting dengan kamu" kata abi andara sambil menunjuk kursi di hadapanya.
"Ada hal penting apa bi?"ucap andara penasaran
"Dara, kamu adalah anak perempuaan abi satu-satunya besok akan ada anak sahabat ayah yang akan datang dan mengajakmu ta'aruf" ucap ayah andara menjelaskan
" iya dara anak sahabat abi itu baik dan juga berpendidikan tinggi loh"timpal umi andara
"Jadi bagai mana menurutmu dara?"ucap abi andara sambil menatap anak semata wayangnya.
Lama andara melamun dan memikirkan keputusan yang akan di berikan kepada abinya,karna sebenarnya andara tak ingin terlalu cepat menikah ia ingin mencari pekerjaan setelah lulus kuliah dan hidup mandiri tanpa memakai fasilitas kedua orang tuanya baru ia akan memikirkan pasangan setelah bekerja.
"Dara ngikut abi dan umi aja mana baiknya" ucap andara tersenyum.

#Aku_mengalah

Hari ini Afi diperbolehkan pulang oleh Nissa. Ia diharuskan rutin kontrol dengannya agar selalu sehat buah hati yang ada di perutnya. Ia kini telah bersiap pulang diantar Aldo suaminya.

Selama di rumah sakit Aldo sama sekali tak mau pulang ke rumah Alin membuat Afi merasa khawatir. Pasti akan ada kejadian lagi di rumah nanti mengingat Aldo tak mau ia suruh pulang tadi malam.

Aldo kekeh ingin menemaninya selama ia sakit. Afi hanya bisa berdoa semoga nanti di rumah baik-baik saja.

" Sudah, Fi? Ayo, Mas tuntun ke halaman parkir," ucap Aldo setelah mengemasi semua barang dan obat ke dalam tas.

"Nggak usah, Mas. Aku bisa jalan sendiri." Afi turun dari ranjang dan keluar bersama Aldo yang ingin membantunya berjalan.

"Nggak papa Mas! Aku bisa jalan sendiri!" Afi menghempaskan tangan Aldo yang ngotot ingin menolongnya.

"Ya sudah, kamu pelan-pelan jalannya." Aldo begitu menjaga Afi saat ini, ia begitu cemas melihat kondisi Afi yang masih terlihat lemas.

Afi dan Aldo memasuki mobil dan melajukannya ke rumah milik Afi.

Sempat terjadi keheningan di dalam mobil, namun Aldo membuat ocehan-ocehan yang menceritakan masa lalunya dengan Afi.

Tentu saja Afi diam tak menanggapi, ia hanya mendengarkan dan sesekali melirik ke aras Aldo. Afi sedikit teringat saat indah bersama suaminya ini. Tapi ia akan berbeda jika sudah bersama Alin, Afi merasa di duakan padahal ia lah yang pertama.

Mobil sampai di depan rumah, Aldo turun untuk membuka gerbang dan memasukan mobilnya ke garasi.

Aldo membukakan pintu mobil untuk Afi dan tersenyum ramah untuknya.

"Silahkan tuan putri, sudah sampai di singgasana kerajaan Nafisha," ujar Aldo dengan lembut. Afi langsung turun dan masuk ke rumahnya. Ia pandangi rumah kenangan ini yang mungkin sebentar lagi tak akan ia tempati.

"Mas tinggal saja, biar barang dari rumah sakit taruh belakang setelah itu Mas boleh pulang. Jangan terlalu lama di sini nanti Alin ngamuk lagi, aku yang disalahkan lagi," keluh Afi.

"Nggak lah, Mas janji setelah ini pasti belain kamu kok." Aldo sedang mencoba meyakinkan Afi dan ia akan melakukan apapun demi itu.

"Nggak usah janji kalau nggak bisa menepati, kamu balik sana. Aku mau istirahat." Afi membaringkan tubuhnya di ranjang dan membelakangi Aldo.

Aldo mengusap rambut Afi dan membisikkan kalimat cinta di telinga Afi. Tentu Afi senang jika saja kemarin hal menyakitkan tidak terjadi karena ia melayani suaminya. Dosakah dia menerima perlakuan manis Aldo? Afi sepertinya lebih takut mendengar tuduhan mertua nya daripada tergoda kata manis sang suami.

"Mas akan masak bubur buat makan kamu nanti. Setelah itu mas mau bersiap pergi bekerja, sudah dua hari aku nggak berangkat karena begitu memikirkanmu. Kemarin hati Mas tak tenang kepikiran sama kamu, ternyata hati tak bisa di bohongi. Kamu memang sedang tak baik-baik saja." Afi diam tak menanggapi ataupun merespon ucapan Aldo, ia mencoba tidak tersentuh setiap kata yang keluar dari bibirnya.

Aldo beranjak dari sana dan pergi menuju dapur untuk memasakkan Afi sebelum ia berangkat bekerja. Aldo meracik makanan itu dengan melihat resep di go**e karena ia sama sekali tak bisa memasak. Maka dari itu Aldo sangat senang saat istrinya menghidangkan masakan lezat yang membuat ia merasakan kepuasan dalam menyantap hidangan mengingat masakan Afi yang sangat lezat.

Kegiatan memasak bubur akhirnya selesai dan ia mengambilnya satu mangkuk ke kamar Afi. Afi melihat Aldo membawakan nampan yang berisikan mangkok dan segelas air putih.

"Fi, ini Mas buatin bubur spesial chef Aldo. Tapi maaf jika rasanya berantakan, mas nggak bisa masak," ungkap Aldo tersenyum malu.

Afi masih diam tak merespon ucapan Aldo membuatnya beranjak dan masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Selang beberapa menit ia telah selesai mandi dan berjalan mendekati lemari. Ia mengambil baju yang ia akan pakai bekerja, seketika ia melihat Afi yang telah terlelap di ranjang. Ia mengingat hal sederhana yang sering Afi lakukan ketika ia akan bersiap bekerja, pasti Afi akan menyiapkan segala keperluan kerjanya dan memakaikannya dengan lembut.

Aldo bercermin dan memandang tubuhnya yang sudah tampak rapi dengan setelan jas dan dasi yang sepadan. Aldo mendekati Afi dan mencium pucuk kepalanya lembut.

"Selamat beristirahat sayang, aku mencintaimu. Jangan lupa minum obatnya," bisik Aldo pelan.

Sebenarnya Afi mendengar kata-kata itu karena ia hanya berpura-pura tidur agar Aldo tak berlama-lama mengajaknya berbicara.

Setelah Aldo pergi Afi duduk dan menengok makanan yang tadi suaminya buatkan. Ia mengambilnya dan menciumnya, tapi tiba-tiba perutnya mual.

Ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

Entah mengapa ia sangat membenci makanan bubur,dan membawanya ke dapur.

Afi mendengar suara bel rumahnya berbunyi dan ia melangkah mendekati pintu. Dari luar gerbang terlihat seorang kurir membawakan sebuah paket untuknya.

"Paket atas nama Nafisha!"

"Iya, Pak saya sendiri. Terima Kasih," ucap Afi sembari menerima bungkusan yang di berikan kurir.

Afi melihat paper bag yang tertutup rapat dan membukanya. Ia penasaran apa yang ada di dalam sana.

Saat bag terbuka ia melihat tiga box susu beraneka merk dan makanan ringan ibu hamil. Afi terkejut dengan apa yang ia terima, siapakah orang yang mengirimnya? Mengingat hanya Nissa dan dirinya saja yang tahu kabar kehamilannya ini.

Afi menemukan kertas kecil yang terselip di dalam bag itu. Afi membacanya dengan wajah sedikit heran karena kata-kata yang dituliskan sangat menyentuh.

"Jagalah dia di sana agar bisa tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Jangan korbankan malaikat kecil ini demi perasaanmu yang payah. Jika kamu lelah, lepaskan!"

Afi sudah tahu siapa yang mengirim susu ini. Rendra sepertinya tahu jika ia sedang membutuhkannya karena ia tadi sengaja tak membelinya karena ada Aldo. Afi merasa terharu dan membayangkan jika saja ini semua didapatkan dari Aldo, pasti ia akan merasa bahagia karena sudah diperhatikan.

Afi mengambil satu box susu rasa Vanila dan membuat satu gelas untuk ia minum. Ada perasaan tersentuh ketika Rendra begitu peduli padanya. Namun ia menepis rasa itu, tidak mungkin dia menyukai dirinya mengingat Rendra tak pernah akur jika sedang bersamanya.

Setelah meminum susu Afi menyimpan sisanya di lemari dapur agar Aldo sulit menemukannya. Ia kemudian melangkah menuju kamar untuk kembali beristirahat.

Afi membuka gawainya dan berniat mengucapkan terimakasih pada Rendra.

Afi mengingat kartu nama yang pernah diberikan Rendra dan berniat mengirimnya pesan.

[Assalamualaikum sang pemilik nomor. Terimakasih untuk susunya, lain kali tidak perlu repot-repot]

Pesan terkirim dan selang berapa lama balasan masuk ke gawainya.

[Waalaikumsalam wanita lemah. Jangan terlalu percaya diri! Aku melakukannya karena anakmu butuh itu. Aku tak ingin ibunya yang bo**h itu menyakitinya]

Afi sebal membaca balasan dari Rendra dan memilih tidak membalasnya. Rendra memang sering mengeluarkan kata-kata menyebalkan jika bertemu dengannya, tapi tak dapat dipungkiri jika ia terkadang begitu perhatian padanya.

Ide nyata
Karya original
Cerbung
0
176
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan