powertitanAvatar border
TS
powertitan
Bedanya Sumut Itu
Bedanya Sumut Itu

Suasana Jakarta 70-an dan 80-an masih kuat di ingatanku. Saat itu eksis beberapa gang, bukan ormas, menguasai wilayah-wilayah tertentu.
Sartana di  wilayah Tanah Abang-Thamrin; Siliwangi di Jakarta Pusat; Legos di wilayah Blok M dan Kebayoran Baru; Bearland dan T 123 C di Jakarta Timur. 
Masih ada gang-gang kecil macam Kabut (Halim), Panser (Otista), dan yang berunsur suku.  Tanjung Priok sebagai wilayah pelabuhan, dikuasai gang Bugis, Madura, Arek; Cililitan dan Pulogadung dipegang gang Ambon dan Batak.
Saat itu ormas-ormas belum bermunculan. Masyarakat Betawi pun belum tertarik bikin ormas macam FBR dan Forkabi. Pendeknya, tidak ada gang atau ormas yang dominan. Sementara ormas-ormas berunsur sektarian mengemuka saat Rezim Orba tumbang dan berbiak di era Reformasi.

Demikian pun, Jakarta tidak pernah rasanya menjadi hegemoni gang atau ormas tertentu, meski satu ormas berbau agama sempat meresahkan pengusaha/pedagang dan masyarakat karena dibiarkan negara.
Gang-gang yang dahulu eksis itu pun perlahan tenggelam, tak lagi menguasai wilayah-wilayah tertentu di Jakarta dan sekitar.

Sementara Sumut, sampai sekarang tetap dikuasai dua ormas besar berjubah "pemuda" dan seolah mendapat legitimasi dari pemegang otoritas daerah (pemerintah daerah), militer, aparat penegak hukum, dan masyarakat--kendati banyak yang mengeluhkan.
Kedua ormas tersebut memiliki histori persaingan dan konflik yang panjang, berdarah-darah, bagaikan tidak di negara hukum RI.
Saya kira, tak ada wilayah lain di Indonesia seperti Sumut meski hampir semua daerah ada gang dan ormas masing-masing.

Lalu, kenapa Sumut begitu beda dan seolah melanggengkan kebedaan tersebut walau menimbulkan problema hukum selain jadi patologi sosial dan image negatif.
Tak adakah gerakan-gerakan yang disorong kaum intelek untuk membuat Sumut menjadi daerah yang "soft", menonjolkan etika dan adab berbasiskan adat budaya masing-masing etnis?
Apakah status quo akan terus dibiarkan karena pelbagai alasan atau pertimbangan? (Kepentingan, keamanan).
Pikiranku ini lahir dari kepedulian belaka (sebagai tanah asal), maka jangan langsung ditanggapi sebaliknya. Isu-isu lokal seharusnyalah diprioritaskan sebelum menyoal masalah-masalah nasional atau global.
Tak ada dampaknya? Tak mengapa. Tetapi, sebagai insan berpikir, telah kusampaikan gagasan.***


___________________________________________________________________________________

Saya seorang Kristen yang sejujurnya, tidak rajin beribadah di gereja. Istrilah yang membuat saya sering ke gereja atau beribadah kolektif.
Saya lebih suka berdoa sendiri, tidak sering menyebut Tuhan, apalagi di depan orang--termasuk di medsos. Pendeknya, saya bukan seorang yang agamis dan memang tidak ingin.

Tetapi, saya masih takut merugikan atau memanipulasi orang lain. Tidak mau pula menyoal kepercayaan orang lain, dan...menghindari konflik dengan siapa pun. 
Saya suka berpikir dan merenung, penggemar humor dan guyon. Melihat seseorang dengan dan dari itikad baik, maka tidak peduli suku bangsanya, agamanya,  orientasi seksualnya, kaya atau sederhana, dsb.

Bila ditanya, apa yang paling saya banggakan dari diri saya, ini: saya tidak pernah membeda-bedakan perlakuan ke diri seseorang hanya karena dia pejabat, orang kaya, pesohor, atau karena dianggap istimewa. Sama rata.
Sikap tersebut, telah lama tertanam dalam diri saya. Bisa jadi hasil berpikir dan merenung sekian lama.
Salam damai dan cinta, mari sama-sama menjaga Indonesia.

___________________________________________________________________________________

Buku konvensional (cetak) akan semakin disisihkan warga dunia, beralih ke e-book/digital. Kemajuan teknologi tidak usah dicemaskan, malah harus dimanfaatkan. Dunia terus berubah, tak bisa dihadang.
 
Buku tidak hanya memberi pengetahuan, refleksi pemikiran, pengalaman, imajinasi, juga membimbing pembaca berbahasa dan menulis teratur.
Tulisan dan ujaran (literal dan verbal) yang teratur serta sistematis, merupakan cerminan kemampuan intelek seseorang, dan itu dibutuhkan di semua bidang.
Bicara efisien, tulisan efektif, mudah dipahami pembaca dan pendengar, tidak bisa dimiliki seseorang dalam waktu pendek. Ada proses dan latihan yang panjang, tidak berkesudahan malah. Semua itu bisa didapat dengan banyak membaca. Ya, membaca.

Meski di negara ini banyak  yang diberi "selamat" dan bagian dari retorika pejabat negara kendati tak bermakna apa-apa, tak apalah aku ikut menyampaikan Selamat Hari Buku.


Penulisan oleh Powertitan
Karya.original
NoCopyright
Cerpen Pengalaman, Pandangan, dan Keseharian Pribadi
Diubah oleh powertitan 26-05-2022 16:48
0
297
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan