Timnas basket putra berhasil mencetak sejarah dengan berhasil meraih medali emas di SEA Games Vietnam.


Pict by @derrickmichael_

Semua orang tenggelam dalam euforia kebahagiaan. Karena memang ini emas pertama bagi basket putra pada ajang multi-event olahraga terbesar di SEA (Southeast Asia). Bahkan orang yang bukan fans basket juga ikut menenggelamkan diri ke dalam euforia ini.

Dan gak papa juga. Karena seperti yang dikatakan salah satu pemain, Abraham Damar Grahita pada interview dengan salah satu media basket ternama. Memang emas ini dipersembahkan untuk seluruh rakyat Indonesia. Termasuk yang bukan fans basket.


Sialnya, dorongan narsis kelompok yang bukan fans basket ini tiba-tiba muncul. Gak semua memang, tapi secuil orang ini sangat berisik. Mulai sotoy, mulai pengen keliatan pinter, mulai ngoceh hal-hal yang sebenernya mereka gak tau, demi memenuhi hasrat eksistensinya di internet.

Imo, ini perlu diluruskan. Banyak alasan yang bisa ane utarakan. Tapi yang utama, ane gak mau pengurus baik Federasi basket (PERBASI) dan Liga basket (IBL) besar kepala. Karena faktanya yang mereka lakukan di lapangan masih jauh dari level ideal, bagus dan profesional. Dan medali emas ini bisa jadi akan mereka pakai untuk menutup telinga terhadap suara basketball fans in general.



Mari kita bedah pernyataan para fans aji mumpung yang sotoy ini.

Katanya liga basket kita sudah profesional. Nyatanya sekarang belum sampai ke level "profesional". Trendnya memang lagi naik beberapa tahun belakangan, tapi belum sampe ke level itu.

Memang harus diapresiasi karena IBL adalah liga olahraga profesional pertama yang kembali berkompetisi di era pandemi dan jadi standar plus patokan cabor lain untuk memulai liga profesionalnya kembali.

Tapi tau gak, bahkan sampai match pembuka selasai pada IBL 2022 kemaren, banyak fans yang kebingungan karena gak tau mau nonton IBL di mana.

Kenapa? Karena liganya sendiri baru mengumumkan, gak H-3, gak H-1, tapi 3 jam sebelum match pembuka, saluran mana yang menayangkan match-match IBL.

Secara kualitas pertandingan, juga secara umum masih rendah. Dan ada cukup banyak low scored games. Kadang ketika pertandingan selesai, kedua tim yang berhadapan hanya mencetak 40-50 poin. Lebih lagi ane sebagai fans basket gak pernah menyangka, ada tim basket profesional yang cuma bisa mencetak 30 -an poin di satu pertandingan.

Tim basket yang main di liga pro, punya beberapa pemain kaliber timnas, punya 2 pemain asing, tapi cuma bisa mencetak 30-an poin di satu pertandingan? Itu tim basket pro atau tim basket SMA? Ini liga pro atau liga anak SMA?


Dan seperti semua liga olahraga pro di Indonesia pada umumnya, fans gak tau kapan liga musim depan di mulai. Lebih jauh, fans basket bahkan pernah dititik "musim depan ada liga gak sih?".

Lucunya, ada kemiripan di level timnas basket dan sepak bola. Yang semuanya berakar dari kedua pelatihnya. Coach Rajko di basket, Coach STY di sepak bola.

Diangkat jadi pelatih pada saat yang hampir bersamaan. Sama-sama ngotot dengan pola permainan ideal yang mereka inginkan. Sama-sama aktif terkait masalah naturalisasi. Sama-sama dihujat karena punya pemain "kesayangan".


Bedanya, pemain kesayangan Coach Rajko bisa step up di SEA Games dan secara gak langsung membungkam kritik fans atas penampilan jeleknya di beberapa ajang yang sudah lalu.

Dan Filipina sebagai raksasa basket Asia dan raja basket di SEA, beruntungnya gak mengirimkan timnas A mereka ke SEA Games kali ini. Memang dari zaman ane nonton basket SEA Games pertama kali (2011), Filipina gak pernah mengirimkan timnas A mereka.

Mereka selalu mengirim timnas B. Karena SEA Games selalu jadi showcase untuk jadi para pemain masa depan Filipina. Uniknya mereka selalu mendapatkan medali emas, walau selalu mengirim timnas B.


Tapi dengan Indonesia memutus 13 kali win streak beruntun gold medal mereka di basket putra, yakin edisi SEA Games selanjutnya Filipina masih ngirim timnas B?

=====