- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Berdesak Bangun Koalisi Dadakan


TS
beritamadani
Berdesak Bangun Koalisi Dadakan

Oleh: Furqan Jurdi
Menghadapi momentum Pemilihan Presiden Tahun 2024, partai-partai mulai bergeliat mencari formula koalisi. Mendadak tiga partai Parlemen yang juga pendukung Jokowi, yaitu Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Amanat Nasional membangun koalisi mendukung Airlangga Hartanto menjadi Calon Presiden tahun 2024. Koalisi dini ini memang mengagetkan.
Momentum Idul Fitri 1443 Hijriyah beberapa hari lalu membuat ekskalasi politik meningkat. Tokoh-tokoh yang namanya disebutkan dalam lembaga Survey memanfaatkan momentum itu untuk silaturrahim. Ada yang masuk pondok pesantren bertemu Kiyai, ada yang bertemu Pimpinan Ormas dan lain lain. Prabowo bahkan mendatangi Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDIP Megawati.
Ekslasi itu membuat banyak orang meminta Para Menteri Kabinet yang namanya disebutkan sebagai bakal calon Presiden untuk segera menghentikan manuver dan kembali bekerja sebagai pembantu Presiden.
Peta Koalisi Pilpres 2024
Alih-alih menurunkan ekskalasi, tiga partai politik pendukung pemerintah langsung secara mendadak membangun Koalisi mendukung menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartanto. Untuk pertama kalinya juga koalisi dibentuk. Selang dua hari, di Banten Ada deklarasi Calon Presiden Prabowo di Deklarasikan oleh Pengurus Partai Gerindra.
Panggung politik menuju 2024 sudah mulai riuh. Semua perbincangan sudah menuju pada pilpres 2024. Kalau kita membaca gestur politik, secara umum gambaran koalisi partai akan membentuk tiga kekuatan utama yang akan menjadi barometer calon presiden 2024 nanti.
Tiga Koalisi itu bisa dipetakan yaitu, Pertama: Koalisi Partai Golkar, PAN, PKB dan PPP. Kedua: Koalisi Demokrat Nasdem dan PKS. Ketiga Koalisi Gerindra dan PDIP. Dari tiga peta kekuatan politik itu dapat diprediksi bahwa 2024 akan membentuk tiga poros, yaitu Poros Airlangga - Muhaimin, Poros Anies - Agus Harimurti dan Poros Prabowo-Puan.
Meski demikian Koalisi yang saya sebutkan diatas masih jauh dari kata final. Karena perkembangan politik akan sangat dinamis dan berpotensi ada perubahan-perubahan politik yang memungkinkan terjadinya perubahan peta koalisi. Meski tiga Poros itu dapat mencapai angka electoral Presidential Threshold, namun ada kemungkinan terjadi pergeseran akhirnya melahirkan dua Poros utama yang akan berkompetisi. Dua Poros itu apakah akan kembali seperti 2019 atau justru ada Koalisi besar nantinya, kita lihat perkembangan selanjutnya. Tetapi yang pastinya kalau Gerindra dan PDIP sudah hampir mencapai kesamaan pandangan politik untuk mengusung Capres, dapat diprediksi akan ada kemungkinan dua poros utama yang terbangun.
Terdesak, Bentuk Koalisi Dadakan
Pertanyaannya adalah, Kenapa tiba-tiba ada Koalisi yang diumumkan secara mendadak dengan ancang-ancang mendukung Airlangga sebagai Capres 2024? Apakah benar bahwa Airlangga yang akan diusung?
Manuver Airlangga maju menjadi calon Presiden tentu bukan langkah yang mudah. Meskipun telah memasang baliho seluruh Indonesia, dan menggerakkan mesin Partai sampai daerah Elektabilitasnya belum juga mencapai 1%. dari hasil survey, angka elekbilitisanya tidak juga merangkak naik. Posisinya sangat kecil sekali, yaitu sekitar 0,9%. Dan angka itu konsisten dalam beberapa kali survey.
Karena itu patut dipertanyakan, kenapa tiba-tiba PPP dan PAN bergabung dengan Golkar mendukung Airlangga. Sementara potensi disana sangat kecil kemungkinan akan memenangkan pertarungan pilpres?
Kalau melihat komentar dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Koalisi ini hanya sebatas membangun "hubungan keakraban dan membangun kasih sayang" diantara tiga Ketua Umum Partai itu. Sementara Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa menyebut sebagai "kebersamaan sehingga bisa memperkuat kerja sama tiga Partai itu untuk menghadapi musim politik kedepannya".
Dari komentar dua ketua umum Partai tersebut, tidak terdapat komitmen politik untuk mendorong Airlangga maju jadi Capres 2024.Dapat dikatakan Koalisi ini dapat disebut sebagai "Koalisi keakraban". Meskipun koalisi itu diberi nama Koalisi "Koalisi Indonesia Bersatu".
Apa kepentingan dibalik koalisi dadakan ini? Menurut saya dukungan untuk Airlangga maju pilpres hanya bumbu-bumbu konferensi pers. Upaya koalisi ini tidak memiliki komitmen kuat untuk mengusung calon presiden, melainkan sebagai langkah awal penyelamatan Airlangga ditengah manuver yang menegangkan di internal Golkar.
Beberapa bulan terakhir ada manuver yang dilakukan oleh Politisi Senior Golkar yang mengoyang kursi Airlangga dari Ketua Umum. Alasannya sederhana, karena elektabilitas Airlangga tidak terkerek sedikitpun meskipun telah ditetapkan oleh Partai dalam Musyawarah Nasional sebagai Calon Presiden.
Ancaman yang datang dari internal itu secara langsung akan berpotensi menggulingkan Airlangga kalau tidak ada dukungan politik dari partai lain. Secara internal Golkar ada pembelahan dukungan kepada Ketua Umum, karena itu dibutuhkan legitimasi politik dari tempat lain (eksternal).
Apalagi ada rumor, kalau operasi penggulingan itu di belakangnya ada Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. menurut beberapa sumber yang mengetahui rencana itu, Luhut berupaya menggandeng beberapa elit Golkar untuk mengganti pucuk pimpinan Golkar.
Dinamika yang demikian tidak bisa dipungkiri akan memecah dukungan kepada Airlangga dari dalam. Kemungkinan besar peta Koalisi yang dibangun 3 Partai ini adalah sebuah upaya untuk mempertahankan Ketua Umum Golkar dari potensi kudeta itu.
Matematika Politik Pilpres 2024
Hasil Survey menunjukkan bahwa elektabilitas Figur Capres belum ada yang dominan. Beberapa lembaga Survey telah merilis laporan hasil Survey nya memperlihatkan para kompetitor masih bersaing secara ketat.
Dibeberapa lembaga Survey angka elektabilitas Prabowo Subianto menempati posisi teratas dengan rata-rata 19 - 26% angka elektabilitas. Disusul oleh Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan bergantian. Ketiga figur ini memiliki urutan elektabilitas yang bersaing ketat. Ketiga figur ini adalah figur potensial yang akan membentuk tiga poros politik 2024 nanti.
Indikator tingginya angka elektabilitas Prabowo memang patut diberikan jempol. Meskipun belum mendominasi tetapi setidaknya mampu berada di urutan tertinggi. Karena sebelum-sebelumnya, dia belum menentukan sikap maju di pilpres 2024 dan belum pula ada deklarasi dukungan politik dari relawan.
Berbeda dengan calon lain yang sudah mulai menggeliat. Para bakal calon yang disebutkan namanya oleh Lembaga Survey seperti Ganjar, Anies, Airlangga, Erick Thohir, Muhaimin Iskandar dan lainnya telah berupaya menggerakkan mesin politik. Meskipun sudah memanaskan mesin, para calon itu masih belum mampu mengalahkan elektabilitas Ketua Umum Gerindra ini.
Kalau peta politik terus berkembang dinamis seperti ini, kemudian muncul tiga poros koalisi, dapat diprediksi bahwa akan sulit untuk menghadapi Prabowo dalam Pilpres 2024. Sebab, ceruk suara para calon akan menyebar, tidak ada yang bisa mendominasi. Apalagi misalnya Prabowo dipasangkan dengan Puan Maharani, jelas ini akan sulit untuk disaingi. Karena massa PDIP akan solid dan Ganjar tidak akan mampu menembus massa ini untuk dibelah.
Untuk Airlangga, tentu masih memerlukan kerja politik extra. Karena secara elektabilitas dia masih jauh dibawah. Bahkan posisinya tidak masuk dalam 10 besar calon presiden pilihan rakyat. Karena itu, Koalisi awal ini sebagai percobaan untuk membentuk poros politik, supaya dapat membelah secara matematis kekuatan poros koalisi dan sekaligus sebagai magnet untuk menarik partai lain.
Menunggu Sikap Presiden.
Arah politik istanalah yang sedang ditunggu oleh para figur. Karena itu sikap politik presiden sangat menentukan dukungan massa yang memenangkan Jokowi-Ma'ruf 2019. Tetapi massa pilpres 2019 yang mendukung Jokowi Pasti akan terbelah kalau misalnya Koalisi yang dibangun Golkar bersama PAN dan PPP tidak bubar ditengah jalan. Kalau misalnya PKB bergabung dalam poros ini jelas akan membelah dua massa pendukung presiden.
Apabila PDIP dan Gerindra akan membentuk poros bersama, kemungkinan besar ini akan menarik. Dalam posisi ini presiden akan mengalami dilema politik. Benar, hawa secara politik presiden lebih condong ke Ganjar, karena secara kultur mereka sama-sama berangkat dari basis politik yang sama. Tetapi secara institusi politik partai PDIP, Ganjar bukanlah Jagoan Partai tersebut, karena itu akan ada pembelahan di internal pendukung Jokowi dan Massa PDIP.
Dari sisi ini kita dapat membaca, bahwa koalisi dadakan itu bisa jadi sebagai bagian untuk menyiapkan calon presiden yang akan didukung oleh Jokowi, karena PDIP masih ragu mendukung Ganjar. Dengan kata lain tiga Partai itu sedang mengawangi intervensi terhadap Golkar, untuk menjaga calon presiden yang disiapkan oleh istana. Tentu dengan jaminan bahwa Airlangga tetap harus Ketua Umum Golkar supaya kepentingan itu ter akomodasi dengan baik.
Dengan Koalisi dadakan ini ada jaminan bagi Airlangga untuk tetap memimpin Golkar sampai 2024. Untuk jaminan itu Airlangga harus mengamankan dulu Koalisi sambil menunggu calon yang direstui istana.
Wallahu alam bisa shawab
Penulis adalah Ketua Umum Pemuda Madani
sumber:






johanbaikatos dan 2 lainnya memberi reputasi
-1
702
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan