- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kenapa Banyak Orang Pintar, Agamawan, Akademisi, Pejabat Tapi Kelakuannya Tak Sejalan


TS
.nona.
Kenapa Banyak Orang Pintar, Agamawan, Akademisi, Pejabat Tapi Kelakuannya Tak Sejalan

Ketika kita membahas tentang ilmu sejarah, filosofi, sains, teknologi, dan lain sebagainya tentu akan merujuk pada sumber yang sama dan itu-itu saja. Maka, kalau thread seperti ini sering repost ya wajar.
Contoh, membahas tentang ya'juj ma'juj tentu dalilnya sudah banyak bertebaran di dunia maya, apakah ada sumber baru? "Tidak ada" selama yang menjadi tema perbincangan tidak mengatakan dan nongol di media lalu berkata "saya adalah ya'juj dan ma'juj" tentu catatan yang jadi panduan membuat thread ya hanya itu dan itu saja. Mau tahun 50.000 kalau kaskus masih ada, tetap rujukannya hal yang sama.

Oke kembali ke pembahasan dalam dunia sekarang ini, kita sering melihat banyak orang berilmu tinggi atau orang pintar yang menjadi akdemisi tapi kelakuannya tidak sesuai dengan titlenya, seperti masih suka buang sampah sembarangan, masih suka arogan, apalagi emosinya sering tak terkendali.
Atau sering melihat agamawan tapi kelakuannya tidak mencerminkan orang yang beragama. Lalu melihat pejabat publik, namun kerjanya menyakiti hati publik dengan korupsi, dan sebagainya.

Dan banyak hal lainnya baik itu titel profesi atau titel non profesi, tapi kelakuannya tidak sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Seperti jadi orang tua tapi kelakuan masih bocil, bisa dibilang status tidak sama dengan peran, perilaku mengkhianati pengetahuan.
Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Ini terjadi karena manusia tidak melakukan sebuah etika, dimana terlalu memaksakan diri mengambil peran yang ternyata tidak atau belum cocok, untuk saat itu.
Contoh, juragan sukanya main bola, tapi memaksakan diri menjadi player catur karena gengsi menjadi grandmaster catur lebih diakui banyak orang.
Jadi, seharusnya menyesuaikan peran yang juragan sukai. Kalau seneng mengajar jadilah guru, seneng ngomong jadilah pembicara, jadi tidak usah memaksakan diri.

Intinya peranan kita apa, kita harus fokus disitu dan menjadi yang terbaik di bidang itu. Jadi jangan membebani akal pikiran kita dengan apa yang tidak mampu kita raih.
Sederhana dan sesimple itu, mungkin dalam cakupan yang lebih luas etika itu dinamakan etika Stoa, di mana manusia harus hidup selaras dengan dunia. Keselarasan terjadi apabila manusia terlebih dahulu hidup selaras dengan diri sendiri. Hidup sesuai dengan akal budi dan hukum dunia yang bersifat ilahi.

Bagaimana, ada yang ingin menambahkan atau dikoreksi?

Sumber klik, klik, klik






kemaln dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
18


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan