
Terkadang hidup tak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan, ketika manusia lahir di bumi semuanya pasti ingin menjadi golongan yang terbaik.
Kalau saja seorang bayi bisa memilih ia ingin wajah yang rupawan, terlahir dari rahim golongan yang berada, hingga ingin kehidupannya dipenuhi dengan berbagai macam kesenangan.
Tapi, namanya takdir ada saja bayi-bayi yang lahir dari rahim rakyat jelata, dimana ekonomi carut marut, bahkan ada juga yang dilahirkan dalam kondisi terjajah.

Seperti kisah sedih dan duka yang dialami oleh gadis desa di Bandung yang bernama Saritem. Seorang gadis yang akhirnya menjadi gundik orang Belanda dimasa penjajahan, dirinya naik kasta menjadi Nyai Saritem setelah menjadi "Nyonya Belanda".
Dirinya yang menjadi gundik, awalnya memang terpaksa karena sebagai gadis desa yang tak punya apa-apa hanya bisa pasrah, terlebih saat itu tuan Belanda dianggap derajatnya bagaikan dewa. Senanglah hati Saritem saat itu, hingga akhirnya para pembesar Belanda meminta Nyai Saritem mencari gadis-gadis yang bisa diajak berkencan.

Dengan difasilitasi sebuah rumah besar, mau tak mau Saritem pun bergerilya mencari gadis yang bisa memuaskan nafsu birahi para serdadu Belanda yang jauh dari negaranya. Dan tempat itu berada di Gardujati yang memang dijadikan sebagai markas militer Belanda.
Hingga lambat laun Nyai Saritem mendapatkan keuntungan dari blusukan yang dilakukan mencari gadis pemuas nafsu, dari Bandung, Sumedang, Cianjur, Garut, serta Indramayu menjadi primadona tempat tersebut, bisnis Nyai juga semakin besar. Banyak wanita yang direkrut hingga nama Saritem pun dikenal diwilayah Bandung, hingga tak hanya warga Belanda.

Kaum pribumi yang punya uang ikut mencicipi, apa yang ditawarkan oleh Saritem. Melihat keberhasilan Saritem, banyak gundik Belanda yang melakukan bisnis serupa hingga kawasan itu menjadi lokalisasi di era Belanda.
Hingga akhirnya sepeninggal Saritem karena umur ada batasannya, maka lokalisasi itu terkenal dengan nama "Saritem" yang sudah berdiri sejak tahun 1838.

Disinilah banyak manusia menjalani kehidupan yang penuh duka dan air mata, diselingi dengan deru nafsu dan birahi para penikmatnya.
Tempat ini sekarang berada di dekat stasiun kereta. Tepatnya di antara jalan Astana Anyar dan Gardu Jati. Bisa dibilang tempat ini terkenal seperti halnya Surabaya dengan Dolly, Yogyakarta dengan Sarkem, Makassar dengan Jalan Nusantara, Bogor dengan Gang Semen, dan lainnya.

Walau sudah ditutup saat kota Bandung dipimpin oleh Wali Kota Dada Rosada. Tapi, ternyata bisnis itu tetap berjalan secara sembunyi-sembunyi. Entahlah di tahun 2022 ini apa masih ada atau tidak, karena hal seperti ini tidak bisa dengan mudah dihilangkan walau digerebek tetap akan ada lagi yang baru.

Bisa dibilang bisnis tertua di dunia adalah prostitusi, entah apakah di masa depan bisnis seperti ini bisa hilang atau makin menjamur? Tak ada yang tahu, tapi inilah realita dalam hidup penuh duka dan juga dengus nafsu para lelaki.
Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.



"Nikmati Membaca Dengan Santuy"

Tulisan : c4punk@2022
referensi : 1, 2
Pic : google




