Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

suijinsyahAvatar border
TS
suijinsyah
Pantulan Cermin


Pada suatu waktu yang lampau. Kenangan usang kembali bangkit, menggairahkan sesuatu paling dalam.

Di depan cermin yang memantulkannya segala hal, tanpa kecuali. Secarik kertas biru tertempel di sisi cermin. Tertulis segaris kalimat yang menakutkan: Tubuh kita terikat oleh benang merah di suatu bangunan.

Terlalu berlebih-lebihan kalau mata yang membaca ini sampai melotot. Pada dasarnya, mata ini tetaplah menatap lekat-lekat kepada kertas biru. Bertanya di dalam matanya atas maksud yang tertulis.

Apa maksud kalimat tersebut dengan sebuah aksi bunuh diri. Tentu saja, kalimat terakhir yang tertulis adalah sebuah kehidupan telah berakhir. Lantas apa korelasi antara surat tersebut dengan orang yang menulis?

Mati karena sendiri, dan membusuk dalam kesendirian. Begitulah yang terjadi, mayatnya baru ditemukan saat bau busuk sudah mengganggu orang-orang. Tak peduli orang-orang akan kejadian kematiannya. Bagi mereka, selama tak menganggu aktivitas masing-masing maka tak perlu dimasalahkan.

KITA, kalau diingatkan kembali pada suatu hari yang begitu cerah, tetapi suram secara bersamaan. Dia sempat mengatakan suatu yang konyol: KITA adalah suatu eksistensi yang berdiri secara sendiri. Maksudku, diri ini adalah KITA juga.

Otak ini tak mampu mencerna maksudnya, lantas secara lantang dan lancang berkata: jangan belaga filosofis! Otak ini tak mampu mencerna ucapan yang membingungkan ....

Otak ini memang bodoh. Saking bodohnya, hanya bisa melihat dia menangis sekencang-kencang sampai suara menjadi pecah. Tidak dan bodoh, bagaimana bisa dia menangisi diri sendiri di depan cermin sembari melihat diri sendiri lekat-lekat. Matanya yang memerah, kelopak yang lembab dan berkenyal-kenyal, pipi yang jadi basah, rambut berantakan.

Diri ini hanya bisa melihat tanpa membantu apapun. Di dalam diri ini mengutuk dia keras-keras walaupun dia menangis kencang-kencang: pramuria! Gadis bodoh!

Memercayai kepercayaan kepada manusia adalah hal bodoh. Mengatasnamakan cinta untuk melakukan tindakan keji adalah sebuah bentuk kecerdikan manusia-manusia. Korban adalah bentuk binatang yang sesungguhnya.

Demikianlah di dalam dirinya mengutuk dia ....

Tanpa disadari mata ini menumpahkan air dari dalam seakan-akan tahu maksud kalimat yang tertulis di surat berwarna biru. Akhirnya, dirinya paham maksud KITA yang tertulis. Namun ....

Di dalam pantulan cermin yang memantulkan segala hal di depan mata, tanpa kecuali. Cermin ini hanya melihat aksi bunuh diri dua orang dalam satu raga ....



END....
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
243
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan