Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

manusiagatekAvatar border
TS
manusiagatek
Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia
Pada berbagai budaya yang tersebar di seluruh dunia, sudah keniscayaan memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Juga, sudah menjadi hal yang biasa pada masing-masing karakteristik budaya bangsa-bangsa  di dunia, terdapat sisi negatif dan positif. 

Untuk memperbaiki kualitas bangsa, memang alangkah bijaknya jika yang ditiru dari bangsa lain adalah sisi positifnya. Namun, yang menjadi masalah adalah perspektif yang berbeda antara bangsa kita dan bangsa lainnya bisa jadi berbeda. Sebab, apa yang menurut sudut pandang kita negatif, barangkali belum tentu dianggap negatif dari sudut pandang bangsa asing. 

Jika sudut padang bisa berbeda, berarti harus ada pemersatunya dong. “”Barangkali”, dampak yang ditimbulkan bisa jadi pemersatu sehingga kita dapat menyimpulkan jika berdampak negatif berarti budaya tertentu memang tidak baik untuk ditiru. Jikapun dampaknya positif, bisa jadi budaya tertentu memang seharusnya ditiru dan dijadikan teladan.  Setuju ga sih gan sis ?

 

Ya sudah, biar tak menunggu lama-lama, berikut ini budaya-budaya asing yang berkebalikan dengan budaya Indonesia. Check it out !!


1. Budaya disiplin Jepang vs Indonesia


Jika ditanya masalah budaya disiplin, memang Jepang no wahid gan sis. Di negara Jepang, masalah disiplin sudah dimulai sejak dini, baik diterapkan oleh orangtua di dalam rumah maupun di Tk oleh guru-gurunya sehingga berkesinambungan dan juga didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintahnya. 
Jepang
Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia

⇒ Di rumah 
Pada prinsipnya, para ibu Jepang menomorsatukan anak, terutama sebelum usianya 3 tahun. Mereka benar-benar menerapkan ilmu parenting sehingga selalu ada untuk anaknya, mendekatkan diri secara emosi dengan anaknya dan karenanya tak menggunakan baby sitter. 

Ilmu parenting yang salah satunya sering diterapkan para ibu di Jepang, yaitu mengabaikan anaknya ketika ngamuk-ngamuk di jalan karena meminta sesuatu dan menunggu sampai anaknya selesai ngamuk. Mereka memahami ini adalah fase perkembangan anak tapi juga bukan sesuatu yang harus dituruti sebab anak akan mengulangi hal yang sama ketika meminta sesuatu. 

Masalah kedisiplinan, jangan diragukan lagi !!  Para ibu akan mencontohkannya pada anaknya lalu anaknya diminta untuk melakukan hal yang sama, diulang-ulang sampai benar-benar tanpa kesalahan. 


⇒ Di sekolah

Di sekolah, sebelum memasuki usia SD, anak-anak Jepang memasuki playgroup dan TK, namun sifatnya tidak wajib. Sebelum memasuki TK, pemerintah lokal mengadakan semacam pelatihan berkala sebulan sekali selama 1 jam untuk anak-anak usia playgroup sebagai bekal persiapan sebelum mereka masuk TK. 

Tidak memasuki playgroup dan TK pun tidak jadi masalah, sebab bukan kewajiban. Namun, pemerintah lokal, organisasi nirlaba, kominkan community center atau taman bermain sering mengadakan kegiatan-kegiatan 

Setelah masuk TK pun, guru-guru tidak mengajarkan mata pelajaran, tidak ada sistem kenaikan kelas tetapi lebih menekankan pada pendidikan karakter.  Mengutip Kejarcita:

Di Jepang, anak-anak dibiasakan untuk unpacking dan packing barang-barangnya sendiri selama di sekolah; mulai dari sepatu, sandal, snack box, baju ganti, sampai peralatan sholat. Anak-anak TK di Jepang juga diajarkan kegiatan practical di dunia nyata seperti mencuci piring, tidying up after meal, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Keterampilan motorik halus dan kasar, keterampilan bahasa, keterampilan mengungkapkan pendapat, simpati, empati dan membiasakan diri meminta maaf , peduli lingkungan, cinta kebersihan, juga hak-hal yang ditekankan pada anak-anak TK di Jepang. 

Tidak hanya sampai di TK, semua pendidikan ini berjenjang hingga ke tingkat selanjutnya secara berkesinambungan. Sehingga, seperti yang kita lihat sekarang ini bagaimana Jepang menjadi salah satu negara Asia paling maju dengan tingkat disiplin yang tinggi. 


Indonesia
Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia

==> Di rumah

Orang Indonesia pada umumnya tidak menerapkan praktek kedisiplinan di rumah pada anak-anaknya, walau memang tidak semuanya begitu. Sebagai contoh, agan sista pasti sering dong lihat emak-emak di jalan raya nungguin anaknya pipis di bawah pohon. Bukan karena tidak ada wc umum, tetapi lebih kepada nyari yang praktis dan berpikir "Ga apa-apa deh, masih anak kecil ini." 

Hasilnya, agan sista pasti sering lihat juga dong bapak-bapak, om-om yang pipis di bawah pohon sambil celingak-celinguk mengawasi sekitar takut ada yang ngintip. Jadi, apakah ini hasil didikan emaknya dahulu yang terbawa hingga ia dewasa ? 

Contoh lainnya, banyak anak-anak yang ketika lagi jalan sama emaknya sambil makan snack, lalu bertanya pada emaknya, "Sampahnya dibuang kemana mak?" Lalu maknya jawab, "Dah buang dijalan aja." 

Hasilnya, saat SD , SMP, SMA anak-anak ini sedang berada di angkutan umum sambil makan dan sampahnya dibuang keluar jendela angkutan umum. Sering lihat kan ? Atau sering lihat orang di dalam mobil mewah membuang sampah bekas bungkus makanan lewat jendela ? Nah…termasuk itu juga hasil didikan orang rumah di masa kecilnya. 

⇒ Di sekolah 

Saat guru mengajari murid-murid membuang sampah pada tempatnya, tetapi di rumah orang tua mempraktekkan yang sebaliknya tanpa sadar karena sudah jadi kebiasaan. Hasilnya, didikan sekolah dan di rumah jadi tidak berkesinambungan.

2. Simbol jari ala Indonesia vs luar negèri


Isyarat menggosok jari telunjuk dan jempol Indonesia vs Korea selatan
Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia

Zaman angkatan nenek agan sista isyarat menggosok jari telunjuk dan jempol diartikan "uang". Namun, sejak era drakor merajalela, isyarat ini memiliki arti “ Aku cinta kamu” jangan lupa sambil berucap "saranghae" . 

Gerakan seolah-olah menggorok leher
Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia

Di Indonesia , isyarat yang berupa gerakan seolah-olah menggorok leher digunakan saat kita ingin mengancam seseorang. Di Jepang, gerakan ini memiliki arti dipecat.

Jempol ke atas Indonesia, Amerika Serikat, Irak, Iran
Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia

Di Amerika Serikat dan di Indonesia isyarat jempol ke atas bermakna 'bagus'. Di Amerika isyarat ini juga digunakan saat hendak mencari tumpangan. Di beberapa daerah di Indonesia, isyarat ini digunakan untuk menunjuk barang atau seseorang yang dianggap sebagai adab sopan santun. Sebaliknya, di irak, Iran, isyarat ini sebagai bentuk penghinaan. 


3. Pisah rumah dari orangtua


Indonesia

Bagi orang Indonesia, pisah rumah dari orangtua bukanlah suatu keharusan. Faktanya, banyak orang Indonesia yang masih tinggal bersama orangtua hingga menikah, punya pekerjaan hingga punya anak tetap tinggal bersama orangtua. 

Jika ditanya alasannya, banyak!! 

Quote:


Namun, pada beberapa daerah lainnya di Indonesia, 18 tahun atau selepas masa SMA sudah dianggap dewasa sehingga remaja-remaja ini akan merantau ke daerah lainnya untuk belajar hidup mandiri. Pada diri remaja-remaja ini, umumnya tumbuh kesadaran pantang pulang kampung sebelum sukses atau pantang menikah jika belum sukses.

Amerika serikat

Remaja 18 tahun di Amerika serikat umumnya sudah dianggap dewasa, sehingga umumnya mereka berpisah tempat tinggal dari orangtuanya dan mulai bekerja paruh waktu atau pekerjaan-pekerjaan tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka yang masih baru luĺus SMA untuk membiayai sewa apartemen dan biaya sekolah. 

Namun, hal ini bersifat general sehingga tidak semua orangtua di Amerika Serikatmengusir anaknya ketika berumur 18 tahun.

Swedia

Remaja usia 18 hingga 19 tahun di Swedia bercita-cita pisah rumah dari orangtuanya dan ini seperti sebuah keharusan. Budaya ini sesungguhnya sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, dimana para remaja usia 18-19 tahun di desa-desa terpencil keluar dari rumah orangtuanya dan bekerja di perkebunan orang lain. 

Tingkat remaja 18-19 tahun yang keluar rumah orangtuanya di Swedia jauh lebih tinggi daripada di Amerika. Sebab, sistem kesejahteraan masyarakat di Swedia cukup menjamin hal ini. Sehingga, warga di sana mampu mendapatkan tempat tinggal dengan harga terjangkau, asuransi kesehatan, serta pendidikan, semua sangat mudah didapatkan. Juga, apartemen-apartemen kecil di pinggiran maupun pusat-pusat kota sangat mudah ditemui. 

Sebaliknya, di Amerika dan Inggris berdasarkan penelitian, tingkat remaja usia 18-19 tahun yang keluar dari rumah orangtuanya semakin menurun akibat mahalnya biaya sewa apartemen dan antrian panjang para calon penyewa apartemen. 

Namun, hal ini bukan tanpa kendala. Menurut penelitian tahun 2017 oleh Badan Statistik Swedia bahwa lebih dari 55% penduduk berusia 16-24 tahun tidak bersosialisasi dengan keluarga mereka. Hal ini menyebabkan mereka secara emosional belum siap untuk tinggal sendirian dan mengalami banyak kebingungan seperti sulit membuat keputusan, kesulitan masalah administrasi apartemen, tak tahu cara membayar tagihan, cara mencari uang dan masih banyak hal lainnya yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan sebelum mereka pindah dari rumah orangtuanya. 


4Cara belajar Indonesia vs luar negri

Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia

Sistem pembelajaran di Indonesia murid harus menghafal rumus tanpa harus paham makna dan dari mana munculnya rumus-rumus ini. Sebaliknya, di beberapa negara di luar negeri lebih condong menggunakan diskusi ketika di sekolah. Jadi, murid dituntut paham materi pelajaran diluar pengajaran dari guru. Sehingga saat di sekolah guru hanya memberikan sedikit materi dan selebihnya adalah diskusi dalam kelas. 

Juga, sistem pembelajaran di luar negeri lebih menjurus sedini mungkin sesuai dengan minat dan bakat siswa/siswi. Sebaliknya, di Indonesia ibarat kata murid harus memakan semua mata pelajaran, tidak spesifik sesuai potensi dan minatnya pada bidang tertentu. 

5. Sarapan ala Indonesia vs luar negeri

Berbicara masalah sarapan, tiap negara pasti punya gaya yang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya umumnya orang Indonesia sarapan dengan sesuatu yang mengenyangkan dan padat gizi, sebab kata nenek “Kalau sarapan ga bener bisa masuk angin.” Sarapan ala orang Indonesia dimulai dari nasi, sayur mayur hingga lauknya yang pengolahannya ga main-main dan makan banyak waktu.

Namun, bagi sebagian keluarga di Indonesia sarapan dengan nasi goreng bekas nasi kemarin malam, telor ceplok dikecapin, nasi uduk padat karbohidrat, bubur ayam pinggir jalan sudah lebih dari cukup. Hayooo ngaku !!!

Umumnya menu sarapan di luar negeri berprinsip padat gizi dengan pengolahan yang sederhana dan porsi kecil. Prinsip seperti ini sebenarnya ada benarnya juga, mengingat pagi-pagi adalah awal segala aktivitas kerja dan sekolah dimulai sehingga sarapan sederhana padat gizi lebih menghemat waktu dan cukup menambah energi.

Intips yuk, menu-menu sarapan berikut ini : 


Roti, butter, kue kering ala Prancis 
Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia

Telor orak-arik, sosis, pancake ala Polandia

Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia


Kopi susu, roti ala Italia

Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia


Nasi goreng ala Indonesia
Budaya Asing yang Berkebalikan dengan Budaya di Indonesia

Nah, itu dia beberapa budaya asing yang umumnya bertolak belakang dengan budaya-budaya di Indonesia. Ambil sisi positifnya dan buang sisi negatifnya. 









Diubah oleh manusiagatek 17-05-2022 22:36
0
2.8K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan