Apakah Khilafah Wajib Di Tegakkan? part 1- Istilah Khilafah dan Khalifah di masa modern saat ini semakin sering kita dengar, baik di media-media massa, di dalam kajian dan ceramah agama atau bahkan di dalam perdebatan politik. Jika zaman dulu, kita istilah Khalifah biasanya cuma bisa kita dengar di ceramah-ceramah agama dan acara-acara bertemakan agama Islam. Dan itupun juga biasanya, kata Khalifah selalu di sandingkan dengan beberapa nama populer yang benar-benar  tidak asing ditelinga umat Muslim, seperti misalnya Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalifah Umar Bin Khattab, Khalifah Utsman Bin Affan, Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan sebagainya.

Namun, beberapa tahun ini kata Khalifah seolah menjadi kata tersendiri yang berdiri sendiri. Bahkan kata ini pun juga ikut berevolusi fungsinya dari yang awalnya hanya sekedar menjadi kata awalan dari gelar tokoh-tokoh sahabat Rasulullah SAW yaitu Khalifah. Berevolusi menjadi sebuah bentuk ideologi bernama Khilafah, yaitu sebuah ideologi persatuan berbasis Ukhuwah Islamiyah yang diusung oleh beberapa golongan umat Islam yang mendambakan persatuan Islam.

Istilah, Khilafah bahkan menjadi viral dan dikenal banyak orang setelah salah satu kelompok teroris ISIS mengusung ideologi ini sebagai dasar perjuangan mereka. Di Indonesia sendiri, sebenarnya cukup banyak ormas-ormas yang mengusung ideologi ini, namun dalam menjalankan misinya mereka tidak terlalu frontal seperti halnya ISIS. Dan bahkan mereka menyebarkan ideologi ini lebih banyak menggunakan jalan dakwah dan seminar atau demo. Sebut saja, ormas-ormas seperti halnya HTI dan FPI yang secara terang-terangan mengusung ideologi ini.

Ya, meskipun istilah Khilafah telah cukup lama viral di luar negeri karena dipromosikan dan dipropagandakan oleh organisasi teroris ISIS. Namun, di Indonesia sendiri baru di kenal orang justru setelah peristiwa demo besar-besaran 212 pada tahun 2015. Dan disusul juga, karena kebijakan pemerintah membekukan HTI pada tahun 2017.
Meskipun, hingga saat ini belum ada alasan pasti, mengapa organisasi ini di bubarkan. Karena, juru bicara dari HTI sendiri yaitu Ismail Yusanto bersikeras bahwa apa yang dituduhkan pemerintah bahwa organisasi mereka tidak sesuai dengan asas UUD 1945 dan Pancasila sangat tidak berdasar. Menurut mereka, HTI mengakui Pancasila dan UUD 1945.

Dari, kata-kata juru bicara HTI tersebut mungkin kita akan bertanya-tanya, sebenarnya bagaimana sih konsep ideologi Khilafah tersebut sehingga dia berani menyatakan bahwa khilafah tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan juga Pancasila? Dan, apakah benar Khilafah itu wajib ditegakkan? lalu, mana dalilnya?. Karena itulah mari kita kupas satu persatu permasalahan ini dengan tuntas dan jelas di artikel JalanTengah ini.

Pertama, mari kita kenali dulu apa sebenarnya Ideologi Khilafah itu? seperti yang juga telah saya singgung di atas, Ideologi Khilafah adalah Ideologi persatuan Islam alias Ukhuwah Islamiyah. Lebih rinci, ideologi khilafah adalah bertujuan menyatukan umat Islam di seluruh dunia di bawah satu kepemimpinan dan juga satu pemimpin yang dinamakan Khalifah, seperti yang terjadi di masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat hingga berakhirnya atau dibubarkannya Kekhalifahan Turki Utsmani oleh Inggris pada tahun 1912 M.

Oleh beberapa kalangan, Ideologi Khilafah dikatakan sebagai salah satu dasar penting ajaran Islam. Hal ini mengacu pada beberapa dalil yang menyinggung tentang pentingnya peran Khalifah dalam kehidupan umat Islam.
Salah satunya, bisa kita temukan di dalam dalil Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi

Bagi beberapa kalangan mengatakan bahwa “ayat tersebut tidak membicarakan tentang Khilafah maupun Kekhalifahan. Tetapi, ayat tersebut berbicara tentang tujuan diciptakannya manusia sebagai Khalifah di muka bumi”. Bahkan mereka juga mengatakan bahwa “kita semua adalah Khalifah di muka bumi, dalam bidang kita masing-masing pastinya”.

Untuk hal itu, sebenarnya memberikan alasan bahwa Khilafah dan Khalifah adalah sesuatu yang berbeda dan tidak ada dalilnya di dalam Al Qur’an. Mungkin bisa saya katakan sebagai sebuah bentuk mempersempit pemahaman terhadap satu kata. Dalam hal ini, sebenarnya semua ulama Islam bersepakat bahwa dalam bahasa Arab, Khalifah berarti pengganti. Sedangkan dalam konteks kepemimpinan, khalifah bisa dimaknai sebagai pemimpin atau seorang wali.


Dalam kaidah bahasa Arab, kata Khalifah adalah sebuah kata yang merujuk pada satu individu alias bermakna tunggal. Sedangkan kata jamaknya adalah Khulafah. Karena itulah, gelar Khulafaur Rasyidin yang berarti para khalifah yang bersungguh-sungguh. Gelar tersebut memakai kata “Khulafah” bukan “Khalifah”, karena bermakna lebih dari satu orang.

So, karena itulah jika pada ayat Al Baqarah tersebut, kata yang disebut adalah kata “Khalifah di muka bumi”. Maka, maknanya seorang Khalifah di muka bumi tersebut hanya ada satu orang.

Yap, dari penjelasan tentang dasar kata di atas itulah, tercetus sebuah sistem dan ideologi bernama Khilafah. Dimana ideologi ini mengajukan pemikiran bahwa umat Islam harus dipimpin oleh satu orang Khalifah di muka bumi, sesuai dengan dalil Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 30 di atas yang mengatakan bahwa alasan Nabi Adam berada di muka bumi adalah untuk dijadikan Khalifah di muka bumi.

Selain, di dalam surat Al Baqarah, istilah Khalifah di muka bumi juga bisa kita temukan di dalam dalil Al Qur’an lainnya, tepatnya di dalam Al Qur’an surat As-Shad ayat 26 yang berbunyi

Dari ayat tersebut, telah jelas bahwa Allah mengingatkan Nabi Daud tentang takdirnya sebagai seorang Khalifah di muka bumi.

Selain, di dalam dalil Al Qur’an, Khilafah juga banyak disinggung secara tersirat di dalam beberapa hadist Nabi Muhammad SAW. Salah satunya, terdapat di dalam hadist yang berbunyi

Yap, di dalam hadits di atas telah jelas bahwa umat Islam seperti satu tubuh. Sedangkan seperti kita ketahui, semua makhluk ciptaan Allah di alam semesta ini, satu tubuh makhluk hidup hanya memiliki 1 kepala, Jika lebih dari itu, maka bisa dikategorikan sebagai sebuah kecacatan.