Tatkala langit mendung memenuhi ibukota, seketika orang-orang berhamburan sana-sini. Ricuh diiringi angin-angin besar coba-coba menyapu mereka. Entah, kenapa insting mereka begitu tajam dan selayak berkata: sial, hujan akan turun! Siapkan payung dan alas untuk melindungi barang-barang kita!

Pengendara Motor-Pengendara Motor yang mula-mula santai mengendarai motornya, dalam sekejap saat pori-pori menerima elusan angin-angin besar langsung memberikan sinyal berbahaya. Raungan motor muda sampai jeritan motor tua memenuhi jalan raya. Namun, aturan tetap berjalan walau keadaan membuat mereka sedikit kehilangan akal. Lampu merah sedikit menyadarkan kegilaan mereka. Mereka sadar akan kegilaan ini, dan sadar pula atas apa yang mereka lakukan. Atas kesadarannya, mereka membenci kehadiran lampu merah ....

Langit kian mendung lalu berangsur-angsur hitam. Angin-Angin makin besar, orang-orang makin ricuh dan pengendara motor semakin gila.

Setetes hujan mengenai kulit salah seorang yang dibonceng. Menatap ke langit; menepuk pundak pengendara motor: "Hujan!"

Motor mengebut harap-harap mengalahkan laju air yang jatuh dari langit. Mereka lupa, bahwa secepat apa mereka kabur dari air yang jatuh dari langit, itu sebuah kesiaan belaka. Sungguh, sangat sia-sia.

Pada akhirnya, pengendara motor-pengendara motor yang kalah akan segera meneduh. Menunggu penuh ketidakpastian, dan berakhir pada kebencian akan hujan ....

Untuk pengendara motor-pengendara motor yang masih terus menembus hujan, walaupun tubuh mereka dihunjamkan air dari langit. Merobek-robek lampu-lampu yang terpampang di depan mata pengendara motor-pengendara motor. Percaya akan satu hal bahwa ketidakpastian adalah musuh mereka yang nyata dan jelas.