Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gangel160487Avatar border
TS
gangel160487
Kisah Hotel Yang Dimensi Lain
Pagi itu, aku terbangun dengan perasaan malas, tidak biasanya badanku terasa berat dan kepala ku sakit, aku menenggak obat pereda sakit kepala dan menyalakan sebatang rokok untuk menemani ku bersiap siap dalam mengikuti sebuah liputan.

Cuaca pagi itu kurang bersahabat, dari jendela apartemen lantai 28 ku, terlihat awan gelap menggantung di pagi ini, tak lama kulihat hujan mulai turun dan cuaca menjadi lebih dingin seketika, view dibawah kulihat banyak kapal nelayan yang terparkir, apartemen ku memang terletak di pinggir Muara Baru, bagian utara Jakarta. Cuaca sendu pagi ini memang membuat mood untuk bersantai tapi liputan konfrensi di bilangan selatan jakarta dan tenggat waktu deadline membuat ku mesti segera bersiap siap.
Jam masih menunjukkan pukul 5.40 pagi, saat kubuka beranda sapuan angin dan air hujan membuat ku langsung terhenyak seketika.

Jam 6.01, aku bersiap memasuki mobil ku, sebuah city car bekas yang kubeli setelah menabung sekian lama, bersiap menembus lalu lintas Jakarta yang tidak bersahabat, apalagi ditambah cuaca hujan dan sepertinya di berita sudah diinfo beberapa titik di Jakarta mulai tergenang oleh banjir. Sial, pikirku, kenapa harus pas di saat tengat deadline harus submit liputan harus banjir sih. Tau gitu, aku suruh Timor datang ajah.

Siapa itu Timor??
bagi yang belum kenal siapa Timor

Sebagai seorang jurnalis yang baru diterima di sebuah media terkemuka, ini adalah kali pertama ku bekerja di media cetak nasional, hatiku sangat gembira. Lulus dari kuliah jurusan komunikasi, menjadi seorang wartawan memang idamanku sejak lama.
Perkenalkan panggil saja aku Garry Ninawaty,
terlahir dan besar di kota plat KB yang nama kota nya sendiri diambil dari nama makhluk halus kuntilanak maka hal mistis seakan sudah menjadi sesuatu yang biasa bagiku.
Sebagai anak baru di media, aku harus bersiap ditempatkan di bidang mana saja. Termasuk yang receh-receh. Tapi buatku tugas apapun tak menjadi receh sebab untuk setiap tugas yang diberikan membutuhkan nyali besar. 

Yah, walau liputan kali ini terasa biasa saja, dimana aku harus membuat artikel mengenai "Outlook Komoditas Sawit bersama narasumber X" di lobby bilangan sebuah hotel di Selatan Jakarta coret, walau dibilang di selatan Jakarta tapi tempat nya sudah berada di pinggiran berbatasan dengan kota D dan pantauan dari aplikasi tujuan ku cukup terbilang terpencil, aneh ya benar ga ini hotel nya.

Sebenarnya acara seminar tersebut dapat diikuti secara daring, mengingat saat ini sedang pandemi acara webinar ini diadakan oleh salah satu lembaga pemerintah. Meski virtual, tetapi para pembicara lainnya harus datang menghadiri di hotel tersebut. 

Perjalanan
Hujan dan macet, hingga tiba di lokasi yang sepi, waktu tempuh yang hampir 2 jam kulalui dan berliku liku ke tujuan, aku cukup heran melihat areal luas yang dibasahi oleh hujan lebat, awan hitam dan terbatas nya jarak pandang.
Saat datang ke lokasi, aku masih sempat menelepon Timor untuk memastikan acara akan digelar di sebuah hotel bintang lima yang satu grup dengan sebuah apartemen di Jakarta. Dia juga telah mengonfirmasi ke salah satu panitia, bahwa acara itu benar diadakan di hotel tersebut. 
sampai tujuan
Pada hari itu, aku mulai merasakan banyak kejanggalan di hotel yang kudatangi sekitar pukul jam 07.30 pagi ini. “Saya sudah masuk halaman hotel. Agak aneh karena kotak tiket parkir tidak berfungsi. Ada pos security, ada seorang bapak yang berjaga,” ujarnya. 

Dari pintu gerbang hotel, samar aku melihat sebuah taxi menurunkan penumpang dan disambut seorang bell boy di depan lobi, layaknya hotel yang beroperasi pada umumnya. 
Akhirnya, aku pun berinisiatif langsung mencari tempat parkir di basement hotel yang sangat gelap, basement ini cukup besar, dengan lampu temaram dan decit cat coating di parkiran, sial umpatku, aku mesti ke basement 2 karena banyak tiang reserved di hampir semua parkiran ground, tiang tiang nya keropos, terdapat 1 atau 2 mobil dengan kondisi berdebu.

Parkiran
Ada genangan air cukup besar, dan hanya ada dua mobil yang parkir. Tapi sepertinya mobil itu sudah terparkir cukup lama. “Sepi sekali,” batinku. Setelah memilih posisi parkir yang tidak terlalu jauh dari akses ke lobi, aku pun berjalan menuju lift di basement. Lift tersebut tidak jauh dari kantin pegawai hotel dan driver yang tampak tutup, dan sepagi itu tidak ada orang sama sekali. 
Mungkin karena sedang bulan puasa batinku dalam hati, tapi aku sempat menggerutu juga, karena bawaan ku yang cukup banyak, seharusnya Timor ada bantu ini gumamku dalam hati.

Di lift
Menunggu lift, aku menekan tombol lantai 3, karena tertulis lobby, saat itu tiba tiba di lantai 1, pintu terbuka dan ada tiga orang yang ikut masuk. Seorang bapak dan ibu setengah baya, dan seorang anak lelaki berusia sekitar 5-6 tahun, mereka berpenampilan rapi, terlalu rapi menurutku, si anak memakai setelan jas hitam dengan rambut klimis. Aku sendiri sedang sibuk dan asyik dengan pikiranku untuk materi pertanyaan nantinya. 
Lift terbuka di lantai lobi, dan di depan lift berdiri seorang Office Boy yang tampak membawa perlengkapan pembersih lantai. 
Akupun mulai berjalan ke arah kanan, sementara bapak yang bersama ku tadi berjalan ke arah kiri, samar-samar dia menanyakan toilet ke OB. 

Sebenarnya selama di perjalanan, terlihat beberapa hal yang cukup ganjil.
Seperti daerah yang sepi, dan saat melihat pemakaman ada di halaman rumah dekat areal hotel, dimana seharusnya pemakaman itu di TPU. Masih dalam perjalanan, di dalam mobil, kami lewati satu kampung yang sepi sekali. Saat itu sedang berlangsung pemakaman di pinggir jalan,"  Padahal ini masih bilangan Jakarta.

Di Lobby
Terburu buru aku menuju resepsionis desk, tetapi tidak ada orang, merasa aneh aku pun langsung memeriksa pintu kaca lobi utama hotel, benar saja terkunci. Lalu aku segera ke lantai dua, tapi urung karena sepertinya sepi, terdapat tangga besar menuju confrence room tetapi gelap. Aku pun berjalan ke arah pintu kaca lain, juga terkunci. Lalu tiba-tiba terlihat wanita yang bersama ku di lift tadi, dia menatap ke arahku, refleks akupun menatap balik tanpa ekspresi. 

Dengan keringat dingin, karena ragu kenapa hotel tutup, aku pun langsung menghubungi panitia acara, ternyata lokasi acara bukan di hotel itu, namun di gedung di belakangnya. “Hotel itu sendiri sudah tutup." 

Mendengar itu aku segera bergegas ke lift, turun ke basement, ke mobil dan menuju ke lokasi acara yang dimaksud. Ada berbagai hal aneh yang menjadi pertanyaan di benak ku. Pertama, aku melihat sendiri ada taxi yang menurunkan penumpang, lalu pintu lobi hotel terkunci dan hotelnya juga sudah tutup. Di mata ku, peristiwa itu nyata adanya namun penuh kejanggalan. Kedua, aku merasa ada yang aneh dengan tiga orang sewaktu di lift bersama. “Dalam rangka apa mereka datang ke hotel tersebut pagi-pagi? Apakah mereka juga tidak ngeh seperti ku, bahwa hotel tersebut sudah tutup karena Covid? Naik apa mereka ke hotel tersebut? Membawa mobil? Seingat ku tidak ada mobil lain yang parkir setelah saya parkir. Hanya ada dua mobil yang teronggok di basement tersebut,” batinku. 

Aku pun mencoba mengingat, saat di lantai lobi hotel aku juga melihat sang bapak berjalan menuju toilet. Padahal, saat itu aku putar balik ke basement, aku sempat mengamati sepertinya tidak ada toilet di sisi kanan lift. 
Seketika bapak itu dan OB di sana tidak tampak lagi. 
Aku berusaha berpikir logis, mungkin, orang-orang yang tadi kutemui di hotel itu bisa saja orang yang juga tersesat atau bekerja di sana, atau ada kegiatan di hotel tersebut. Jika benar-benar kosong maka lift-nya tidak berfungsi semua, namun masih ada satu yang berfungsi meski karatan dan kacanya buram. “Tapi kalau memang nyasar atau ada kegiatan di sana, mengapa datang pagi sekali dan membawa anak lagi. Hmmmm. Keyakinan ku mulai goyah,” batinku. 
Tiba tiba aku pun berkeringat dingin dan memucat, aku segera mempercepat langkahku menuju mobil, mereka yang ketemu di lift dan OB-nya tidak pakai masker, ingatku persis, mereka semua tidak ada yang memakai masker. “Kalau tidak pakai masker, berarti mereka memang orang-orang lama (penampakan) yah,” aku mulai ketakutan.

Ending
Tiba tiba terdengar langkah kaki seperti seseorang memakai sepatu hak yang berjalan dengan cukup cepat, mengikuti ku seakan akan mengejar ku, tapi saat aku mengarahkan pandangan ku ke basement gelap itu tidak kuliat seseorang pun, semakin panik dan pucat hingga tiba tiba, aku merasa tercekik dan semua menjadi gelap.

Bersambung.........



Journal
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR
Mau Bagi-Bagi Cendol Juga Boleh Biar Makin Semangat Ane Update

@gangel1604 

Twitter: @reytuu7888
Ig: @ceritaseram178



Spoiler for To be continued:







Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh gangel160487 15-05-2022 02:30
gangel1604Avatar border
provocator3301Avatar border
read51843848Avatar border
read51843848 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.1K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan