- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kok Bisa Orang-Orang Menyerupakan THR Anak Dengan Investasi Bodong?


TS
yavidrahmat
Kok Bisa Orang-Orang Menyerupakan THR Anak Dengan Investasi Bodong?

Quote:
Pertama-tama. Para orang tua, di manapun kalian berada semoga diberi berkah atas kasih sayang yang kalian beri kepada sang anak. Aamiin.


Quote:

Menjadi orang tua, adalah pekerjaan utama setiap manusia yang telah melakukan prosesi pernikahan dan diberkahi kehadiran buah hati. Mengapa dikatakan pekerjaan utama? Karena selama 24 jam dalam sehari para orang tua harus siap sedia menjadi tameng sang anak, kalo dibandingin dengan kerjamu di tempat lain yang sekitaran 8 hingga 12 jam itu, sudah jelas beda ceritanya.
Tanpa terikat waktu, seringkali ada suatu malam yang dihabiskan untuk terjaga, ada pula hati yang terus bertanya “apa anak-anak sudah bahagia?”, wong demi mereka para orang tua rela kaki di kepala—kepala di kaki, demi siapa? Ya demi mereka, anak-anak. Kok sialnya, sudah remuk hati dan raga, masih saja ada orang yang tak bertanggung jawab menyerupakan para orang tua (utamanya sang Ibu), sebagai pencuri—pencuri THR anak.

Quote:

Menyoal bagaimana dan entah siapa yang mengawali guyonan tentang menyebut THR anak yang dititipkan ke ibu sebagai investasi bodong. Perihal guyonan, adalah saat di mana kedua belah pihak merasa bahagia. Nah, siapa orang yang bahagia ketika dalam candaan saja dikatain pencuri?

Quote:

Dilansir dari situs besar Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bodong memiliki makna: tersembunyi, pusatnya, dan bila diikuti dengan kata “investasi”, maka investasi bodong adalah suatu upaya penipuan yang mengatasnamakan investasi. Nah, apa iya para orang tua yang mengambil alih THR anaknya ini dikategorikan sebagai tindakan penipuan? Semisal duitmu diembat temen/rekan untuk investasi yang belum ada wujudnya, itu baru penipuan. Tapi, yang kita bicarakan di sini bukanlah relasi antar teman atau relasi yang lain, melainkan hubungan antara ibu dan anak.
Sedari awal, ikatan antara ibu dan anak itu paling tulus dan murni. Kok bisa-bisanya hubungan semurni itu disusupi framming jahat berupa penyebutan “investasi bodong” yang konotasinya penipuan. Wong yang dari ilmu fikihnya saja, ada kondisi di mana orang tua dapat menggunakan harta anak tanpa izin dari si anak, kapan? Yaitu ketika harta tersebut digunakan untuk kemaslahatan si anak, contohnya: kebutuhan makan, pakaian, biaya sekolah, dan lain sebagianya.

Terlebih, menggunakan kata investasi dalam hubungan orang tua dan anak itu rasanya kok rancu banget ya. Jadi gini, dalam investasi kita dikenalkan dengan yang namanya return dan risk. Anak mana yang mau itung-itungan dengan emaknya tentang risk nitip duit ke belio itu. Kenapa gak sekalian aja dihitung BEP-nya.
Maksud saya sih, jangan sampai anak diajarkan itung-itungan terhadap orangtuanya, pamali. Apalagi, framming mengenai investasi bodong ini mengajarkan untuk sang anak bersikap dan berpikir negatif. Ada bocil bawa duit dikit, dari kejauhan emaknya mau nyamperin. Dikira mau ngembat duitnya.
Kurang jahat gimana? Emaknya dianggap maling gegara framming begini.
Jahat apa jahat banget?

Referensi dan Sumber Gambar:
Google-Sensei





User telah dihapus dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan