Kelam Rumah Sakit Bengkayang



Suatu hal yang biasa bila harus bertugas di suatu kota selama lebih dari berbulan bulan bagiku, tetapi kota ini sangatlah sepi dan kehidupannya begitu berjalan lambat, sungguh jauh dan terasa kontras dengan hiruk pikuk yang selama ini kurasakan di ibukota, dimana aktivitas berjalan terus tanpa jeda.
Asal usul nama Bengkayang sendiri konon katanya diambil dalam bahasa Tionghoa adalah La La yang bermakna jauh. Awalnya desa ini merupakan sebuah desa bagian wilayah Sambas.
Desa Bengkayang merupakan tempat singgah para pedagang dan penambang emas. Bengkayang pada masa pendudukan Belanda merupakan bagian wilayah Afdeling Van Singkawang.

Disore itu, aku sedang meliput di Bukit Van Dering(Nama lainnya Vandreng/Mandareng/Pandareng), yang terletak di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, dimana jalan ini merupakan buatan tangan orang-orang pada masa penjajahan belanda.
Menurut beberapa informasi yang beredar nama Van Dering sendiri diambil dari nama seorang Jenderal pada masa itu yang berasal dari Belanda.
Bukit Van Dering sekarang menjadi satu-satunya akses jalan darat yang menghubungkan Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang.
Berdasarkan sejarah yang tertulis,
Bukit Van Dering ialah salah satu titik dalam perebutan kekuasaan wilayah oleh penjajahan Jepang.
Karena merasa terintai, penjajah Belanda mendirikan pos pengintai pada tahun 1939 - 1942.
Pos tersebut didirikan oleh rakyat dan dimandorkan seorang warga Tionghoa. 
Nah, rakyat pada masa dulu cukup menerima kehadiran Belanda, disebabkan karena pembangunan fasilitas lingkungan umum yang sangat banyak.
Tahun 2005, tempat ini dipugar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan menambahkan akses tangga dari jalan raya dan payung penutup diatas pos pengintai.

Ada beberapa kisah urban legend yang meliputi tempat tersebut.
Dimana, konon hampir setiap orang jika melewati bukit ini mempunyai perasaan atau aura negatif.
Berbagai cerita mistis yang pernah dialami pengendara motor ataupun mobil mulai dari kendaraan mati mendadak, diikuti sosok mahkluk halus, bahkan penampakan arwah noni belanda.
Juga beberapa penduduk setempat menceritakan pengalaman banyak orang yang pernah bertemu noni belanda atau nenek-nenek.
Bahkan pernah kejadian disapa makhluk halus berbentuk pria, yang menyeringai begitu bertemu, saat menoleh ke belakang pria tersebut sudah hilang.
Saking horrornya, keadaan kalau malam hari di sana itu begitu sepi dan mencekam, karena tempat tersebut yang juga masih dikelilingi hutan.
Satu pengalaman lainnya, ada orang yang pernah dikageti oleh anak-anak kepala gundul tanpa rambut, berpakaian celana pendek tanpa baju sedang bersepeda dengan cepat di sana. 



Aku mencoba mengingat kembali waktu orang tuaku yang pernah menetap beberapa bulan disana, waktu itu aku masih kecil dan berumur sekitar 2 tahun.
Saat itu bapak masih bertugas di militer dan waktu itu Ibu sedang hamil 5 bulan.
Malam itu kalau tidak salah adalah peringatan tanggal 30 September, siaran TV masih seputaran TVRI dan samar samar yang kuingat, saat itu masih ditayangkan film G30S. Saya sedang nonton di ruang tamu dan ketiduran. Tiba2 ibuku berteriak dari dalam kamar mandi dan kami pun segera melihat, ternyata ibuku sudah bersimbah darah. Ibuku mengalami keguguran.
Dan Bapakku memutuskan untuk membawa ibuku ke RS Serukam, karena RS di dekat gunung Bendereng ini lengkap fasilitasnya dan mempunyai tenaga medis yang cukup mumpuni.
Dan mereka pun berangkat, ditemani 2 tetangga dan 1 anggota bapakku.
Darah ibuku terus mengalir membasahi lantai di rumah, sampai handuk yang dibawa untuk mengelap dapat diperas darahnya ke dalam ember sangking banyaknya. Tetanggaku seorang istri Polisi itu terus mengajak ibuku mengobrol agar mata tidak terpejam. 

Aku yang masih kecil hanya terdiam menyaksikan semua kejadian tersebut, tanpa mengerti apa yang terjadi, tetapi melihat ekspresi panik dan takut serta suara gaduh membuat ku sedih dan menangis terisak.
Saat itu aku ingat, hujan disertai angin kencang serta banjir di seputaran kiri kanan jalan dan diterangi penerangan hanya dari lampu mobil, bapak memacu kendaraan begitu kencang, berpacu dengan waktu, sesekali terdengar gemuruh dan kilat yang bersahut sahutan.
Dan rombongan mobil bapakku akhirnya sudah masuk daerah gunung Bendereng. Bapakku yang sedang menyetir mobil tiba tiba dikejutkan ketika melihat di luar kaca mobil, pandangannya terarah di Pepohonan yang hampir semua didominasi oleh pohon Karet.
Bapakku mengira sebuah sinar seperti mata yang menyala itu adalah lampu orang yang sedang menoreh Getah, tapi cuaca hujan dan waktu sudah menunjukan tengah malam, sangat tidak mungkin melakukan kegiatan saat tersebut, "sinar" itu terus mengejar rombongan mobil bapakku dan terus membesar. Dalam perasaaan kepanikan, rombongan didalam mobil semua sudah pucat pasi, yang tidak kami sadari, tiba tiba, darah didalam ember Kering !!! Seperti ada yang menghisap sampai habis !
Akhirnya bapakku dan anggotanya memutuskan berhenti. Bapakku terus turun dari mobil dan berusaha memberanikan diri berjalan ke arah sinar itu dan sambil berteriak dan meludahi ke arah sinar itu..'' Dasar setan!!! !!! ''
'' Apaan itu pak!! '' tanya seorang anggota kepada bapakku
'' Itu kuntilanak, dia mencium bau darah istri saya, makanya darah di ember itu habis ''
'' Sontak saya meludah. Biar kita tidak di bungkam, dan kita bisa membaca ayat ayat suci dan berdoa didalam hati''

Waktu telah menunjukkan hampir lewat tengah malam saat itu, aku ingat karena samar samar aku masih mengingat kalang kabut dan ucapan rombongan "ini sudah tengah malam pak, memang waktu nya setan keluar." 
Dalam suasana hujan dan kepanikan serta kejadian aneh yang kami alami, kami pun tiba di rumah sakit tersebut. Suasana rumah sakit pun begitu sepi. 
Kami segera membawa ibu kedalam ICU untuk ditanganai secara intensif. 
Saat itu aku diajak ibu tetangga untuk berjalan di bangsal rumah sakit agar tidak terganggu dan menggangu kepanikan rombongan. kami pun memutuskan untuk membeli kopi untuk rombongan guna menghilangkan rasa bosan menunggu kantuk yang tak kunjung tiba.

Saat itu rumah sakit sudah sepi, lorong agak gelap dan dingin, kami pun kemudian bertanya lokasi kantin kepada seorang perawat yang kebetulan ditemui di salah satu lorong RSCM. Namun, alih-alih mendapat petunjuk, penjelasan dari perawat yang sedikit tidak jelas. 

Ketika tengah berjalan-jalan di lorong yang gelap, aku mencium aroma obat-obatan yang sangat menyengat. Selang beberapa menit, tiba tiba terdengar suara aneh seperti orang yang tengah berbisik. Suara tersebut terdengar berasal dari lorong yang ada di depan. Karena penasaran, kami pun mendekati sumber suara.

Anehnya, ketika memasuki bangsal di mana sumber suara tersebut berasal, suara aneh itu malah menghilang. Sekeliling ruangan tampak sangat berantakan.

Saat kami melihat ke sebuah meja yang terletak di sudut ruangan. Saat itu memang kondisi bangsal sangat minim cahaya sehingga harus sedikit memicingkan mata guna mendapat penglihatan yang fokus.

Setelah berusaha untuk melihat dengan jelas, kami terkejut karena melihat sepotong kepala wanita berambut panjang tergeletak di atas meja tersebut. Ngerinya, wajah dari wanita itu tampak tersenyum dengan tatapan tajam sambil tertawa cekikikan. Sontak aku dan ibu tetangga pucat dan kaget dengan apa yang baru kami lihat dan bergegas keluar dari ruangan tersebut dengan tergesa-gesa.
Kami lari meninggalkan bangsal hingga akhirnya menabrak satpam yang tengah bertugas pada malam itu.

Satpam tersebut kaget melihat kondisi kami yang dengan wajah sangat pucat sambil gemetar ketakutan. 

Bersambung..................