- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mewarnai Hidup Dalam Satu Hari


TS
priagodlike
Mewarnai Hidup Dalam Satu Hari
Hidup terlalu lurus kadang membosankan. Membosankankan karena hambar cerita. Sekali-kali tempuhlah jalur berkelok, karena di situ akan ada banyak cerita. Untuk itu, alamilah rasa sedih yang luar biasa, agar ketika ada orang yang cerita soal kesedihan kita terbiasa ikut merasakan. Alami juga rasa senang yang luar biasa, agar ketika ada orang yang cerita tentang kesenangan, kita bisa ikut bersenang-senang dengan mereka.
Setelah itu, luangkan waktumu untuk mempelajari sesuatu di luar bidangmu, agar ketika bertemu orang yang berada di luar bidang kita, kita bisa nyambung. Lakukan juga aktifitas yang berlawanan dengan aktifitas harianmu, agar ketika suatu saat cucumu memohon agar diceritakan sesuatu di luar aktifitas harianmu, kamu punya sesuatu yang diceritakan di luar aktifitas harianmu.
Dalam menempuh jalur berkelok itu, sebetulnya hanya ada dua kemungkinan situasi yang akan terjadi: 1) Situasi yang sesuai harapan. 2) Situasi yang tidak sesuai harapan. Dua-duanya bagus. Tidak perlu kita memihak salah satu situasi. Lagi pula bukan soal situasinya yang penting, tapi bagaimana sikap dan respon kita terhadap situasi itu.
Misalkan kita selalu dihadapkan pada situasi yang mantap, maksudnya situasi itu selalu sesuai dengan harapan, tapi jika itu membuat kita lupa diri dan bangga akan diri sendiri ya buat apa? Sebaliknya, andaikata kita sering dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai harapan, tapi jika itu membuat level kesadaran kita berkembang, membuat kita sadar akan eksistensi The Best Planner (baca: Tuhan), bukankah itu mantap? Kita menjadi manusia yang down-to-earth, alias tidak angkuh.
Sekali lagi, bukan soal situasinya yang harus diperdebatkan, tapi bagaimana reaksi kita terhadap sebuah situasi, itulah yang terpenting. Sehingga, apapun situasi yang terjadi, kita mampu memaknainya secara maksimal, tentu memaknai secara positif. Nah, uniknya, segala kemungkinan situasi yang terjadi itu terlahir dari jalur hidup yang berkelok. Bagi mereka yang hidupnya lurus-lurus saja, entah secara mindset, sikap, aktivitas, ataupun gaya hidup, biasanya ceritanya, kalau gak boleh dikatakan basi, ya begitu-begitu saja.
Simpelnya begini, kalau aktifitas harianmu hanya update status facebook di kamar, atau posting photo masa kecilmu, atau memantau dinding akun orang lain, sehari saja luangkan waktumu untuk meng-off-kan seluruh akses internetmu, simpan di lemari. Kamu pergi ke luar, tidak perlu bawa motor apalagi hape, jalan kaki saja sepanjang yang kamu mau. Ada warkop, mampir, pesan kopi, ajak ngobrol mamang warkopnya, gali core-value mamang warkopnya. Dari obrolan itu, bukan tidak mungkin kamu akan menemukan sebuah mutiara yang tidak kamu dapatkan ketika duduk di depan penceramah mingguan. Bukan tidak mungkin juga kamu akan menemukan sebuah kutipan yang tidak mungkin kamu dapatkan dari kutipan Jalaluddin Ar-Rumi atau Shakespeare.
Kemudian kamu berjalan lagi, dan kebetulan kamu menemukan sebuah rel kereta, jalanlah di atasnya. Kamu berjalan di atas rel dan menyeimbangkan posisi tubuhmu seperti seorang akrobat yang berjalan di atas tambang. Lantas orang-orang yang melihatmu menganggap seperti orang kaburan dari RSJ, abaikan saja. Kamu tidak sedang merugikan mereka, hidup kamu tidak dibiayai mereka, cicilan kreditmu pun tidak dibayar mereka. Yang penting kamu tahu rasanya berjalan di atas rel. Dan ini akan jadi bahan cerita jika kamu mengobrol dengan mantan masinis.
Kemudian saat kamu berjalan di atas rel itu ada kereta hendak melintas. Kamu tentu saja harus ke pinggir dulu, biarkan kereta itu lewat. Di saat kereta itu lewat, jangan ragu untuk berteriak, “Keretaaaa, minta uaaaang!” Aku tahu kereta itu tidak akan melemparkanmu sebuah koin. Tapi coba sajalah! Teriak itu tidak harus di pantai atau di atas gunung. Kamu juga berhak menggunakan pita suara dalam level maksimal. Bukan SteelHeart saja. Kemudian saat kereta itu sudah lewat sempurna, dan yang terlihat hanya gerbong belakang, ucapkan dengan lirih, “Terima kasih kereta, kau sudah mengajarkanku bahwa kalau mau punya uang itu harus bekerja, bukan sekedar berteriak atau berdo’a.”
Kamu boleh melanjutkan analogi cerita di atas. Semaumu. Tapi pointku satu saja: Jika hidupmu dirasa terlalu lurus, ambillah jalur berliku itu sekali-kali! Sekali-kali itu artinya jangan sering-sering. Dan terakhir, yang bisa mewarnai hidupmu itu kamu sendiri. Bukan aku ataupun orang lain.[]
😎
Setelah itu, luangkan waktumu untuk mempelajari sesuatu di luar bidangmu, agar ketika bertemu orang yang berada di luar bidang kita, kita bisa nyambung. Lakukan juga aktifitas yang berlawanan dengan aktifitas harianmu, agar ketika suatu saat cucumu memohon agar diceritakan sesuatu di luar aktifitas harianmu, kamu punya sesuatu yang diceritakan di luar aktifitas harianmu.
Dalam menempuh jalur berkelok itu, sebetulnya hanya ada dua kemungkinan situasi yang akan terjadi: 1) Situasi yang sesuai harapan. 2) Situasi yang tidak sesuai harapan. Dua-duanya bagus. Tidak perlu kita memihak salah satu situasi. Lagi pula bukan soal situasinya yang penting, tapi bagaimana sikap dan respon kita terhadap situasi itu.
Misalkan kita selalu dihadapkan pada situasi yang mantap, maksudnya situasi itu selalu sesuai dengan harapan, tapi jika itu membuat kita lupa diri dan bangga akan diri sendiri ya buat apa? Sebaliknya, andaikata kita sering dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai harapan, tapi jika itu membuat level kesadaran kita berkembang, membuat kita sadar akan eksistensi The Best Planner (baca: Tuhan), bukankah itu mantap? Kita menjadi manusia yang down-to-earth, alias tidak angkuh.
Sekali lagi, bukan soal situasinya yang harus diperdebatkan, tapi bagaimana reaksi kita terhadap sebuah situasi, itulah yang terpenting. Sehingga, apapun situasi yang terjadi, kita mampu memaknainya secara maksimal, tentu memaknai secara positif. Nah, uniknya, segala kemungkinan situasi yang terjadi itu terlahir dari jalur hidup yang berkelok. Bagi mereka yang hidupnya lurus-lurus saja, entah secara mindset, sikap, aktivitas, ataupun gaya hidup, biasanya ceritanya, kalau gak boleh dikatakan basi, ya begitu-begitu saja.
Simpelnya begini, kalau aktifitas harianmu hanya update status facebook di kamar, atau posting photo masa kecilmu, atau memantau dinding akun orang lain, sehari saja luangkan waktumu untuk meng-off-kan seluruh akses internetmu, simpan di lemari. Kamu pergi ke luar, tidak perlu bawa motor apalagi hape, jalan kaki saja sepanjang yang kamu mau. Ada warkop, mampir, pesan kopi, ajak ngobrol mamang warkopnya, gali core-value mamang warkopnya. Dari obrolan itu, bukan tidak mungkin kamu akan menemukan sebuah mutiara yang tidak kamu dapatkan ketika duduk di depan penceramah mingguan. Bukan tidak mungkin juga kamu akan menemukan sebuah kutipan yang tidak mungkin kamu dapatkan dari kutipan Jalaluddin Ar-Rumi atau Shakespeare.
Kemudian kamu berjalan lagi, dan kebetulan kamu menemukan sebuah rel kereta, jalanlah di atasnya. Kamu berjalan di atas rel dan menyeimbangkan posisi tubuhmu seperti seorang akrobat yang berjalan di atas tambang. Lantas orang-orang yang melihatmu menganggap seperti orang kaburan dari RSJ, abaikan saja. Kamu tidak sedang merugikan mereka, hidup kamu tidak dibiayai mereka, cicilan kreditmu pun tidak dibayar mereka. Yang penting kamu tahu rasanya berjalan di atas rel. Dan ini akan jadi bahan cerita jika kamu mengobrol dengan mantan masinis.
Kemudian saat kamu berjalan di atas rel itu ada kereta hendak melintas. Kamu tentu saja harus ke pinggir dulu, biarkan kereta itu lewat. Di saat kereta itu lewat, jangan ragu untuk berteriak, “Keretaaaa, minta uaaaang!” Aku tahu kereta itu tidak akan melemparkanmu sebuah koin. Tapi coba sajalah! Teriak itu tidak harus di pantai atau di atas gunung. Kamu juga berhak menggunakan pita suara dalam level maksimal. Bukan SteelHeart saja. Kemudian saat kereta itu sudah lewat sempurna, dan yang terlihat hanya gerbong belakang, ucapkan dengan lirih, “Terima kasih kereta, kau sudah mengajarkanku bahwa kalau mau punya uang itu harus bekerja, bukan sekedar berteriak atau berdo’a.”
Kamu boleh melanjutkan analogi cerita di atas. Semaumu. Tapi pointku satu saja: Jika hidupmu dirasa terlalu lurus, ambillah jalur berliku itu sekali-kali! Sekali-kali itu artinya jangan sering-sering. Dan terakhir, yang bisa mewarnai hidupmu itu kamu sendiri. Bukan aku ataupun orang lain.[]
😎
0
241
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan