Sebelumnya saya menulis sebuah thread yang berjudul: "Kuliah & Hal-hal yang Belum Selesai". Tanggapannya beragam. Ada yang setuju, setengah setuju, agak kurang setuju, tidak setuju. Bagi saya tidak masalah. Tujuan saya menulis adalah memancing orang mengemukakan gagasannya. Umpan agar orang memberdayakan isi pikirannya. Entah dalam bentuk ketidaksetujuan ataupun persetujuan.

Yang saya hendak bangun adalah, argumen yang menopang ketidaksetujuan ataupun persetujuan itu apakah asumsi asal jeplak, ataukah produk berpikir runtut. Lebih mantep lagi kalau ada dukungan data. Selama tanggapannya itu tidak bersifat menyerang pribadi, tidak mengandung unsur ancaman kekerasan, bagi saya semua pendapat itu keren adanya.

Sementara yang terjadi belakangan ini, meski kita hidup dalam samudera informasi, kebebasan berpendapat, di mana itu semua berada di bawah sendi negara yang bernama demokrasi. Masih ada saja segelintir orang yang belum sanggup memahami arti perbedaan pendapat. Dalam bayangan mereka, semua ide harus satu suara. Bagi saya itu adalah hil yang mustahal.

Ambil contoh kasus persekusi yang marak belakangan ini. Apa yang yang mendasari seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan persekusi? Dugaan saya, pertama: tidak sanggup menerima perbedaan. kedua, tiadanya kemampuan untuk melawan argumen yang berseberangan dengan gagasan. Karena lemahnya skill ini, maka dilakukan tindakan pengecut dengan melakukan ancaman kekerasan agar orang lain kembali sependapat. Lebih pengecut lagi, itu dilakukan secara keroyokan.

Saya tidak berharap banyak bahwa semua akan menjadi baik-baik saja. Di mana kita kembali bersepakat kepada kesepakatan untuk tidak selalu sepakat. Minimal saya ingin sampaikan satu hal: manakala ada orang yang tidak sependapat dan kita tidak sepakat. Dengarkan saja dulu orang itu mau bicara sampai mana. Ketika dia jeda bicara, boleh jadi karena capek dan kehabisan bahan, kita pancing lagi dengan pertanyaan: “Eh, sori tadi gue ada istilah (sebut saja istilah apapun yang dia ucapkan sebelumnya), itu maksudnya apa ya, gue kurang paham.” Udah, setelah itu kamu tinggal diam, duduk manis, dengerin dia ngoceh. Gak usah didebat.