Kaskus

Regional

junirullahAvatar border
TS
junirullah
Woven Stories from Papua New Guinea (Tulang punggung Papua Nugini)




The backbone of Papua New Guinea (Tulang punggung Papua Nugini)


Bilum: kata yang paling berarti dalam bahasa Tok Pisin

biru. Ini mungkin kata yang paling penting dalam bahasa Tok Pisin dan konsep paling ikonik dalam budaya dan kesenian Papua Nugini. Di Tok Pisin, kata itu berarti "rahim", tempat dari mana semua kehidupan muncul. Tapi itu juga mengacu pada kantong bilum, artefak yang hidup dan bernafas dari populasi multifaset negara itu. Diwariskan selama berabad-abad dan di mana-mana di seluruh suku dan wilayah, kerajinan tenun bilum adalah jantung dari tradisi Papua Nugini. tas bilum yang ditenun di sekujur tubuhnya, dia tidak hanya membawa barang-barang yang mengisi karung, tetapi juga sejarah wanita di keluarganya. Tas yang dikenakannya mungkin ditenun oleh tangan ibunya, menggunakan pengetahuan yang diturunkan dari neneknya, dan nenek buyutnya sebelumnya.

Seorang wanita yang memasukkan anaknya yang sedang tidur ke dalam karung, kulit bayinya menekan benang tenun yang dijalin dengan hati-hati, tidak hanya memberi mereka keselamatan rahim tetapi juga mendasarkan mereka pada tradisi nenek moyang dan suku mereka.

Turis semakin mencari kreasi unik ini, tetapi mereka juga merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari penduduk setempat dan kenangan kesukuan. Dibuat khusus oleh perempuan bangsa, tas bilum juga memberdayakan para penenun secara ekonomi, memungkinkan mereka untuk menghidupi keluarga mereka dan melarikan diri dari keadaan yang mengerikan seperti kekerasan dalam rumah tangga.

Namun masa depan perdagangan bilum tidak pasti. Secara tradisional, penenun mengandalkan serat lokal dan pewarna alami seperti kunyit untuk membuat tas. Tetapi pengenalan bahan sintetis dan pewarna buatan telah memungkinkan produksi massal kantong bilum. Meskipun bilum ini tidak memiliki keterampilan dan cerita tentang bilum yang dibuat secara tradisional, harganya lebih murah dan lebih cepat untuk diproduksi dan lebih menarik bagi wisatawan yang mencari suvenir.

Modernisasi juga mengancam kerajinan. Ketika orang pindah ke pusat kota dan mencari peluang di luar negara asalnya, semakin sedikit yang belajar menenun dan semakin sedikit pula yang dapat meneruskannya. Namun modernisasi juga bisa menjadi anugrah bilum. Pengusaha muda mengakui nilai bilum baik secara budaya maupun ekonomi, dan mereka membangun platform online untuk mendukung penenun lokal dengan membawa tas buatan tangan mereka ke pasar yang lebih luas.

Jika orang-orang muda ini berhasil, mereka akan menyatukan yang kuno dan yang inovatif dan menciptakan model bagi negara-negara di seluruh dunia yang mencari jalan menuju kemajuan yang tidak menghapus masa lalu.

Commissioned by:
The Asia Foundation
0
319
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan