

TS
deaadelia26
Pemberian Vaksinasi Kanker Serviks: Pro dan Kontra
Pendahuluan
Kasus penderita kanker serviks di Indonesia terus meningkat dan kanker serviks menempati urutan kedua dari sepuluh jenis kanker di Indonesia (Mardiah, 2019). Mengutip penjelasan dari Alodokter, kanker serviks sendiri merupakan kanker yang tumbuh di sel-sel yang terdapat pada leher rahim (Alodokter, 2021). Penyakit ini yang terjadi pada perempuan ini umumnya menunjukkan gejala secara bertahap. Lebih cepat keberadaan kanker ini terdeteksi, semakin cepat penanganannya dapat dilakukan.
Pemerintah memberikan berita bahwa pemberian vaksin HPV akan dilakukan secara gratis mulai tahun ini. Kabar baik ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Budi Guanadi, yang menyatakan pemberian vaksinasi ini diberikan sebagai upaya pencegahan dampak buruk dari kanker serviks (Kompas, 2022). Segera setelah berita ini diumumkan, masyarakat banyak memberi respon terkait pemberian vaksinasi gratis ini. Ada yang memberikan respon positif dan besrykur akan kebijakan pemerintah ini, ada pula pihak yang kontra dan masih mempertanyakan tujuan terselubung pemerintah dari pemberian vaksinasi gratis ini. Di sisi lain, ada pula pihak yang masih meragukan keamanan dari pemberian vaksinasi HPV ini.
Pembahasan
Kanker serviks merupakan jenis kanker mematikan yang berada pada peringkat kedua di Indonesia, setelah kanker payudara, yang menyerang kaum perempuan. Dikutip dari WHO, setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 490.000 perempuan di dunia yang didiagnosa menderita kanker serviks. Di Indonesia sendiri, diperkirakan muncul 40 hingga 45 kasus setiap harinya, dengan 20 hingga 25 orang diantaranya yang meninggal dunia (Juanda, 2015). Hal ini berarti, tingkat kematian yang disebabkan oleh kanker serviks memiliki persentase hingga 50% pada total kasus yang terdiagnosa. Pada tahun 2020 sendiri, tercatat kurang lebih terdapat 21.000 kematian dari 36.000 pasien terdiagnosis kanker serviks (Alodokter, 2021).
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari munculnya kanker serviks pada perempuan (Juanda, 2015). Kanker ini tumbuh pada sel-sel di dinding rahim dan memunjulkan gejala secara bertahap. Hal ini membuat jenis kanker ini terlambat terdiagnosis, karena seringkali, para pengidapnya tidak sadar akan gejala yang muncul tersebut. Terdapat dua jenis kanker serviks, yakni Karsinoma Sel Skuamosa (KSS), yang dimana kanker ini bermula pada sel yang melapisi bagian luar leher rahim (skuamosa serviks). Jenis KSS ini merupakan jenis yang paling umum atau sering terjadi. Lalu yang kedua, terdapat Adenokarsinoma, yang merupakan jenis kanker serviks yang bermula pada saluran leher rahim.
Mengutip dari Alodokter, berikut beberapa stadium dan persentase tingkat kesembuhan pada penderita kanker serviks. Pada stadium pertama, kemungkinan penderita sembuh berkisar antara 80% hingga 93%, lalu pada stadium kedua, persentasenya menjadi 58% hingga 63%. Pada stadium tiga, penderita harus mulai waspada dikarenakan persentase kesembuhan pada stadium ini hanya 32% hingga 35%, dan pada stadium empat atau stadium akhir, tingkat kesembuhan penderita berkisar antara 16% atau bahkan kurang dari 16%.
Melihat seriusnya kasus kanker serviks dan tingginya tingkat kematian yang disebabkan oleh kanker ini, khususnya di Indonesia, maka Pemerintah memutuskan akan memulai memberikan vaksin HPV secara gratis pada anak Sekolah Dasar (SD) yang duduk di kelas 5 dan 6 pada tahun ini. Menurut Menteri Kesehatan, Budi Guanadi, hal ini digunakan untuk meminimalisir dampak yang disebabkan oleh kanker HPV. Namun, kebijakan Pemerintah ini nyatanya membawa pro dan kontra di antara masyarakat. Banyak masyarakat yang merasa senang dan bersyukur atas kebijakan dan kesadaran Pemerintah akan pentingnya pemberian vaksinasi HPV ini. Di sisi lain, terdapat pihak yang kontra terkait kebijakan Pemerintah ini. Mereka menganggap bahwa vaksinasi HPV dapat berbahaya, apalagi bila diberi kepada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Ada pula masyarakat yang beropini bahwa terdapat alasan terselubung Pemerintah dari kebijakan pemberian vaksin HPV gratis ini.
Pada tahun 2016, sempat beredar kabar tidak benar yang menyatakan bahwa vaksin Human Papilloma Virus (HPV) berpotensi menyebabkan menopause dini. Kabar miring yang beredar di masyarakat tersebut dibantah oleh Kementrian Kesehatan. Salah satu dokter, yakni Dr. Jane juga menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pemberian vaksin ini dapat menyebabkan menopause dini (Sehatnegeriku.kemenkes, 2016). Lalu, pada 2022, hoaks tersebut kembali beredar di masyarakat. ditambah lagi, beredar pula pemberitaan bahwa vaksin HPV juga dapat menyebabkan kemandulan. Lagi-lagi, pemberitaan tersebut dibantah dengan alasan yang sama, bahwa tidak terdapat bukti yang dapat membuktikan bahwa pemberian vaksin ini dapat menyebabkan kemandulan pada perempuan (CNBC Indonesia, 2022).
Lalu, apa manfaat dari pemberian vaksin HPV ini? Vaksin HPV sendiri merupakan bentuk pencegahan primer yang dilakukan sebelum seseorang terinfeksi. Pemberian vaksin HPV dilakukan untuk melakukan pencegahan akan kemunculan sel kanker (CNBC Indonesia, 2022). Vaksin ini akan membentuk antibodi agar tubuh seseorang dapat tahan atau dapat melawan sel kanker ini apabila terinfeksi di masa depan. Pemberian vaksin pada usia 10 hingga 12 tahun, atau kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar merupakan keputusan yang tepat, karena vaksinasi ini ditujukan untuk upaya pencegahan, bukan pengobatan.
Kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat di Indonesia terkait kanker serviks dan pemberian vaksin HPV membuat banyak orang percaya akan penyebaran berita miring terkait vaksin HPV yang dapat menyebabkan menopause dini dan kemandulan. Meski begitu, banyak pula orang yang mendukung langkah Pemerintah tersebut. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya komentar positif yang diberikan pada setiap unggahan terkait vaksin HPV ini, entah dalam unggahan media sosial maupun media massa online.
Kesimpulan
Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu jenis kanker yang berbahaya. Di Indinesia, kanker ini menempati peringkat kedua kanker paling mematikan, dengan persentase kematian lebih dari 50% pada setiap kasusnya. Pemerintah mengambil tindakan dengan kebijakan vaksin HPV gratis yang akan dimulai pada tahun ini, dengan sasaran anak yang duduk di bangsu kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar.
Pemberitaan ini membawa pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pihak pro beropini bahwa hal ini merupakan kabar baik. Banyak pula pihak yang antuisias dengan memenuhi kolom komentar pada unggahan berita mengenai vaksinasi ini. Sedangkan pihak kontra meragukan Pemerintah. Di sisi lain, kabar miring terkait vaksin HPV yang dapat menyebabkan menopause dini dan kemandulan muncul di tengah masyarakat. namun, hal ini dibantah dan dinyatakan sebagai hoaks karena tidak ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa vaksin HPV dapat menyebabkan menopause dini serta kemandulan.
Banyaknya orang yang termakan oleh berita palsu yang beredar juga merupakan dampak dari kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat terkait kanker serviks dan vaksin HPV. Ke depannya, Pemerintah diharap untuk dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat Indonesia terkait kanker serviks ini dan bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan.
Kasus penderita kanker serviks di Indonesia terus meningkat dan kanker serviks menempati urutan kedua dari sepuluh jenis kanker di Indonesia (Mardiah, 2019). Mengutip penjelasan dari Alodokter, kanker serviks sendiri merupakan kanker yang tumbuh di sel-sel yang terdapat pada leher rahim (Alodokter, 2021). Penyakit ini yang terjadi pada perempuan ini umumnya menunjukkan gejala secara bertahap. Lebih cepat keberadaan kanker ini terdeteksi, semakin cepat penanganannya dapat dilakukan.
Pemerintah memberikan berita bahwa pemberian vaksin HPV akan dilakukan secara gratis mulai tahun ini. Kabar baik ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Budi Guanadi, yang menyatakan pemberian vaksinasi ini diberikan sebagai upaya pencegahan dampak buruk dari kanker serviks (Kompas, 2022). Segera setelah berita ini diumumkan, masyarakat banyak memberi respon terkait pemberian vaksinasi gratis ini. Ada yang memberikan respon positif dan besrykur akan kebijakan pemerintah ini, ada pula pihak yang kontra dan masih mempertanyakan tujuan terselubung pemerintah dari pemberian vaksinasi gratis ini. Di sisi lain, ada pula pihak yang masih meragukan keamanan dari pemberian vaksinasi HPV ini.
Pembahasan
Kanker serviks merupakan jenis kanker mematikan yang berada pada peringkat kedua di Indonesia, setelah kanker payudara, yang menyerang kaum perempuan. Dikutip dari WHO, setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 490.000 perempuan di dunia yang didiagnosa menderita kanker serviks. Di Indonesia sendiri, diperkirakan muncul 40 hingga 45 kasus setiap harinya, dengan 20 hingga 25 orang diantaranya yang meninggal dunia (Juanda, 2015). Hal ini berarti, tingkat kematian yang disebabkan oleh kanker serviks memiliki persentase hingga 50% pada total kasus yang terdiagnosa. Pada tahun 2020 sendiri, tercatat kurang lebih terdapat 21.000 kematian dari 36.000 pasien terdiagnosis kanker serviks (Alodokter, 2021).
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari munculnya kanker serviks pada perempuan (Juanda, 2015). Kanker ini tumbuh pada sel-sel di dinding rahim dan memunjulkan gejala secara bertahap. Hal ini membuat jenis kanker ini terlambat terdiagnosis, karena seringkali, para pengidapnya tidak sadar akan gejala yang muncul tersebut. Terdapat dua jenis kanker serviks, yakni Karsinoma Sel Skuamosa (KSS), yang dimana kanker ini bermula pada sel yang melapisi bagian luar leher rahim (skuamosa serviks). Jenis KSS ini merupakan jenis yang paling umum atau sering terjadi. Lalu yang kedua, terdapat Adenokarsinoma, yang merupakan jenis kanker serviks yang bermula pada saluran leher rahim.
Mengutip dari Alodokter, berikut beberapa stadium dan persentase tingkat kesembuhan pada penderita kanker serviks. Pada stadium pertama, kemungkinan penderita sembuh berkisar antara 80% hingga 93%, lalu pada stadium kedua, persentasenya menjadi 58% hingga 63%. Pada stadium tiga, penderita harus mulai waspada dikarenakan persentase kesembuhan pada stadium ini hanya 32% hingga 35%, dan pada stadium empat atau stadium akhir, tingkat kesembuhan penderita berkisar antara 16% atau bahkan kurang dari 16%.
Melihat seriusnya kasus kanker serviks dan tingginya tingkat kematian yang disebabkan oleh kanker ini, khususnya di Indonesia, maka Pemerintah memutuskan akan memulai memberikan vaksin HPV secara gratis pada anak Sekolah Dasar (SD) yang duduk di kelas 5 dan 6 pada tahun ini. Menurut Menteri Kesehatan, Budi Guanadi, hal ini digunakan untuk meminimalisir dampak yang disebabkan oleh kanker HPV. Namun, kebijakan Pemerintah ini nyatanya membawa pro dan kontra di antara masyarakat. Banyak masyarakat yang merasa senang dan bersyukur atas kebijakan dan kesadaran Pemerintah akan pentingnya pemberian vaksinasi HPV ini. Di sisi lain, terdapat pihak yang kontra terkait kebijakan Pemerintah ini. Mereka menganggap bahwa vaksinasi HPV dapat berbahaya, apalagi bila diberi kepada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Ada pula masyarakat yang beropini bahwa terdapat alasan terselubung Pemerintah dari kebijakan pemberian vaksin HPV gratis ini.
Pada tahun 2016, sempat beredar kabar tidak benar yang menyatakan bahwa vaksin Human Papilloma Virus (HPV) berpotensi menyebabkan menopause dini. Kabar miring yang beredar di masyarakat tersebut dibantah oleh Kementrian Kesehatan. Salah satu dokter, yakni Dr. Jane juga menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pemberian vaksin ini dapat menyebabkan menopause dini (Sehatnegeriku.kemenkes, 2016). Lalu, pada 2022, hoaks tersebut kembali beredar di masyarakat. ditambah lagi, beredar pula pemberitaan bahwa vaksin HPV juga dapat menyebabkan kemandulan. Lagi-lagi, pemberitaan tersebut dibantah dengan alasan yang sama, bahwa tidak terdapat bukti yang dapat membuktikan bahwa pemberian vaksin ini dapat menyebabkan kemandulan pada perempuan (CNBC Indonesia, 2022).
Lalu, apa manfaat dari pemberian vaksin HPV ini? Vaksin HPV sendiri merupakan bentuk pencegahan primer yang dilakukan sebelum seseorang terinfeksi. Pemberian vaksin HPV dilakukan untuk melakukan pencegahan akan kemunculan sel kanker (CNBC Indonesia, 2022). Vaksin ini akan membentuk antibodi agar tubuh seseorang dapat tahan atau dapat melawan sel kanker ini apabila terinfeksi di masa depan. Pemberian vaksin pada usia 10 hingga 12 tahun, atau kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar merupakan keputusan yang tepat, karena vaksinasi ini ditujukan untuk upaya pencegahan, bukan pengobatan.
Kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat di Indonesia terkait kanker serviks dan pemberian vaksin HPV membuat banyak orang percaya akan penyebaran berita miring terkait vaksin HPV yang dapat menyebabkan menopause dini dan kemandulan. Meski begitu, banyak pula orang yang mendukung langkah Pemerintah tersebut. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya komentar positif yang diberikan pada setiap unggahan terkait vaksin HPV ini, entah dalam unggahan media sosial maupun media massa online.
Kesimpulan
Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu jenis kanker yang berbahaya. Di Indinesia, kanker ini menempati peringkat kedua kanker paling mematikan, dengan persentase kematian lebih dari 50% pada setiap kasusnya. Pemerintah mengambil tindakan dengan kebijakan vaksin HPV gratis yang akan dimulai pada tahun ini, dengan sasaran anak yang duduk di bangsu kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar.
Pemberitaan ini membawa pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pihak pro beropini bahwa hal ini merupakan kabar baik. Banyak pula pihak yang antuisias dengan memenuhi kolom komentar pada unggahan berita mengenai vaksinasi ini. Sedangkan pihak kontra meragukan Pemerintah. Di sisi lain, kabar miring terkait vaksin HPV yang dapat menyebabkan menopause dini dan kemandulan muncul di tengah masyarakat. namun, hal ini dibantah dan dinyatakan sebagai hoaks karena tidak ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa vaksin HPV dapat menyebabkan menopause dini serta kemandulan.
Banyaknya orang yang termakan oleh berita palsu yang beredar juga merupakan dampak dari kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat terkait kanker serviks dan vaksin HPV. Ke depannya, Pemerintah diharap untuk dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat Indonesia terkait kanker serviks ini dan bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan.
0
552
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan