adarwishAvatar border
TS
adarwish
Puasa Ramadhan dan Tradisi Santri
Puasa Ramadhan dan Tradisi Santri
Puasa Ramadhan tentu sudah masyhur dikalangan umat Islam. Selain sudah dijalani bertahun tahun dalam sebulan penuh dalam setahun, juga merupakan perintah dari Allah yang wajib dilaksanakan oleh hambanya yang muslim.

Sebagaimana firman Allah, puasa telah diwajibkan atas kalian, seperti yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, supaya kalian bertaqwa.

Puasa Ramadhan tidak hanya tentang menahan makan dan minum saja menurut santri, tapi yang lebih penting adalah momen ngaji kitab. Perihal yang terakhir ini, seringkali menjadi momen sakral, kitab kuning dibaca lebih cepat dan lebih banyak dibanding hari-hari biasa.

Kitab yang dikajinya pun biasanya khusus hanya untuk bulan Ramadhan. Momen semacam itu sayang untuk dilewatkan, meski terkadang tak kuasa menahan kantuk akibat puasa.

Selain puasa Ramadhan, ada banyak puasa-puasa yang lain yang sangat akrab dengan para santri. Lebih-lebih puasa sunnah dan puasa yang khusus dilakukan dalam rangka tirakat.

Motif pelaksanaannya beragam, dilakukan karena kehendak dan keinginan sendiri, atau karena diperintah oleh kiai, atau memang peraturan pesantren, dua yang terakhir ini mau atau tidak mau harus dilakukan, meski secara hukum asalnya tidak wajib.

Puasa Ramadhan, ada banyak penelitian yang mencoba melihat efek atau dampak positif puasa Ramadhan bagi pelakunya, beberapa ditemukan kesimpulan bahwa puasa Ramadhan mempengaruhi kesehatan mental dengan berkurangnya kebiasaan buruk di mana selain bulan Ramadhan sering dilakukan.

Menurunkan kecemasan secara signifikan dan meningkatkan kognisi. Bagi saya sendiri, apa pun kelebihan atau pengaruh puasa terhadap tubuh dan banyak penelitian yang menghasilkan kesimpulan serupa, tetap yang utama dari puasa adalah kemampuan atau ketersediaan melakukan ibadah atau perintah Allah, seseorang yang melakukan itu berarti telah mengaplikasikan status kehambaannya, status tertinggi dari manusia.

Imam al-Ghazali sendiri membagi puasa menjadi tiga tingkatan, pertama puasanya orang umum, kedua puasanya orang kusus, dan ketiga puasa orang paling kusus. (Pipih Muhopilah, dkk. 2018)

Puasa orang umum, orang yang sedang berpuasa mampu menjaga dan menahan diri dari hasrat perut dan kemaluan, makan-minum dan bersenggama.

Puasa orang kusus, orang yang berpuasa tidak hanya menahan diri dari hasrat perut dan kemaluan, tetapi juga mampu mencegah seluruh anggota badannya dari perbuatan dosa, antara lain meliputi pendengaran, penglihatan, lisan, tangan dan kaki.

Puasa orang paling kusus, puasa yang dilakukan seseorang dengan ikhlas mengorbankan seluruh jiwa raga serta hartanya untuk mencari keridloan Allah SWT.

Bagi alumni pesantren, momen ngaji Ramadhan memiliki magnet tersendiri, rindu ngaji bersama kiai, putra-putra kiai, ustadz-ustadz, dan senior-senior. Rindu momen menunggu kiriman untuk beli kitab Ramadhan, rindu menunggu maghrib sambil mengaji kitab, rindu berlomba-lomba lebih banyak mengkhatamkan al-Qur’an dan masih banyak lagi.

Melalui kemajuan teknologi sekarang ini, kerinduan mengaji ramadhan sedikit terobati. Para alumni tetap bisa mengikuti kajian kitab Ramadhan dari rumah masing-masing melalui media sosial.

Selain mengaji, momen utama yang paling ditunggu para santri saat Ramadhan menjelang akhir adalah liburan panjang. Beberapa pesantren menetapkan kepulangan pada 17 Ramadhan, beberapa lagi 21 Ramadhan, bahkan ada juga yang sampai 27 Ramadhan baru pulang.

Para santri putri akan menunggu jemputan orang tua mereka, sedang beberapa santri putra ada yang dijemput ada pula yang pulang sendiri naik kendaraan umum. Momen ini adalah momen yang sangat menggembirakan dan paling ditunggu-tunggu.

Ngaji puasa Ramadhan ini ada yang menamainya pasaran, yakni ngaji yang dilakukan kusus di bulan Ramadhan. Pengajian kitab di bulan Ramadhan umumnya menggunakan metode bandongan. Jadwalnya lebih padat, selesau sholat subuh ada yang sampai waktu dzuhur ada pula yang istirahat terlebih dahulu di waktu dhuha kemudian dilanjut lagi sampai mendekati dhuhur.

Setelah sholat dzuhur pun mengaji lagi, terkadang sampai ashar, setelah ashar sampai maghrib, kemudian setelah terawih sampai pukul 00.00 beberapa pesantren terkadang sampai sahur.
Saat pasaran ini juga terjadi semacam pertukaran santri. Beberapa pesantren membuka pengajiannya secara umum, santri dari pesantren lain akan mendaftar sebagai santri pesantren tertentu untuk hanya ikut ngaji pasaran.

Pasalnya, masing-masing pesantren memiliki fokus kajian tersendiri, misalnya pesantren A cenderung ke keilmuan fikih, pesantren B cenderung ke keilmuan tasawuf, pesantren C cenderung ke keilmuan manthiq. Saat bulan Ramadhan, porsi ngaji dalam bidang tersebut diperbanyak. Biasanya, para santri akan memilih kajian yang tidak ada di pesantren tempat ia tinggal.

Ciri khas dari pengajian pasaran ini, cara baca kitabnya lebih cepat dibanding non Ramadhan. Kiai akan menamatkan beberapa kitab hanya dalam waktu tidak lebih dari 20 hari. Terkadang kiai mbalang (membaca-makna) dua sampai tiga kitab dan akan selesai bersamaan atau diselesaikan satu kemudian ganti yang lain.

Santri yang mengikuti kajian pasaran dengan model kilat seperti ini, lazim dijuluki sebagai santri kilatan, lantaran cara baca kitabnya cepat seperti kilat.

Sumber: opini pribadi
0
518
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan