- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Biang Keladi Covid-19 China Terus "Meledak", Terkait Vaksin?


TS
Lockdown666
Biang Keladi Covid-19 China Terus "Meledak", Terkait Vaksin?

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbeda dengan banyak negara sudah mulai transisi pandemi ke endemi Covid-19, China masih berkutat dengan pembatasan wilayah atau lockdown ketat. Ini akibat kasus corona yang kembali melonjak di negara tersebut.
Tercatat ada penambahan 22.000 lebih kasus, baik bergejala atau tidak, Senin (18/4/2022). Kemarin, tercatat pula tiga kematian baru, yang menjadikan total lima kasus meninggal, sejak Covid-19 mewabah lagi di Maret 2022.
Salah satu wilayah yang mengalami kenaikan kasus adalah Shanghai. Pusat keuangan itu telah menjadi hostpot kasus baru saat ini.
Mengapa ini terjadi?
Kenaikan kasus Covid-19 China disebabkan oleh Omicron. Masuknya subvarian BA.2 (anak Omicron) juga membuat kasus makin melejit.
China juga melaporkan mendeteksi subvarian Omicron lain yakni BA.1.1. Hal inilah yang mendorong kasus makin naik dalam dua bulan terakhir.
Bukan hanya itu, soal vaksin dan vaksinasi juga diduga menjadi penyebab lain. Namun WHO belum memaparkan jelas soal ini.
Dalam pernyataan pekan lalu, direktur program imunisasi dan vaksin WHO, Dr Kate O'Brien, hanya mengatakan badan tersebut juga telah berhubungan dengan otoritas kesehatan masyarakat di China. Ini untuk mendapatkan data lengkap terkait vaksinasi di negara itu.
"Kami akan terus mengikuti situasi itu karena terus muncul dan saat mereka menanggapi situasi sehingga kami dapat memahami sifat kasus, status vaksinasi yang mendasari dan komponen lain di sana," tegasnya, dikutip CNBC International.
Merujuk Science.org, vaksin Covid yang sudah diberikan di China memang telah diperbarui untuk memerangi Omicron dan strain lainnya. Berbeda dengan barat yang menggunakan vaksin jenis messenger RNA (mRNA), rata-rata vaksin yang dibuat seperti Sinovac, Sinopharm, dan CanSino, merupakan vaksin virus yang tidak aktif.
Sebuah studi terbaru oleh kelompok HKU memberikan beberapa kepastian tentang efektivitas vaksin virus yang tidak aktif yang digunakan di China, yang belum mengizinkan mRNA. Tim menemukan bahwa dua suntikan mRNA memiliki efektivitas yang lebih tinggi daripada vaksin tidak aktif Sinovac-CoronaVac di antara orang dewasa berusia 60 dan lebih tua meski tiga dosis vaksin menawarkan perlindungan yang sangat baik terhadap penyakit parah dan kematian.
Zeng Yixin, wakil direktur Komisi Kesehatan Nasional, mengatakan pada konferensi pers Maret lalu bahwa di antara mereka yang berusia 80-an, baru 50% lebih yang mendapat dua suntikan dan hanya 19% yang menerima booster. Di sisi lain, laporan Airfinity -perusahaan analisis kesehatan berbasis di London- mengatakan hampir 19% orang China di atas usia 60 tahun tidak divaksinasi pada pertengahan Maret.
Dengan ini, dapat dikatakan tingkat vaksinasi pada orang tua di China rendah. Menurut Airfinity, jika Omicron menyebar ke seluruh China, itu bisa menyebabkan 1 juta kematian dalam 3 bulan.
Merujuk negara lain seperti Australia, Selandia Baru, dan Singapura, negeri-negeri itu bisa keluar dari strategi "nol Covid" setelah angka vaksinasi manula sangat tinggi. Yang belum divaksin masing-masing hanya 1,2%, 0,6%, dan 0,4% dari populasi di atas 60 tahun.
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...terkait-vaksin
0
1.1K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan