- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Bos IMF Blak-blakan Perang & Pandemi Rusak Ekonomi 143 Negara


TS
Lockdown666
Bos IMF Blak-blakan Perang & Pandemi Rusak Ekonomi 143 Negara

Jakarta, CNBC Indonesia - International Monetary Fund (IMF) berencana memangkas outlook pertumbuhan ekonomi 143 negara di dunia, yang merepresentasikan 86% dari produk domestik bruto (PDB) global. Proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2022-2023 kemungkinan juga akan menurun.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam channel Youtube IMF, Jumat (15/4/2022).
Serangan militer Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak Februari, lanjut dia, telah mengirimkan 'gelombang kejutan' ke seluruh ekonomi global. Hal itu lantas memicu level inflasi tertinggi dalam empat dekade di negara maju, di tengah kekhawatiran atas pasokan minyak dan gas.
Sebab, antara Rusia dan Ukraina sama-sama negara eksportir. Ukraina yang menyediakan 28% ekspor gandum global, sementara Rusia dan Belarusia memasok 40% kalium dan pupuk.
Harga biji-bijian dan jagung telah melonjak sebagai akibat dari konflik tersebut, yang memicu kekhawatiran terhadap dampak rambatan ke negara-negara miskin yang bergantung pada impor.
"Perang adalah kemunduran besar untuk pemulihan global dari pandemi Covid-19, sementara pandemi masih jauh dari selesai dan terus menjadi risiko besar bagi perdagangan dan kemakmuran internasional," tutur Georgieva.
Seperti diketahui, pihak berwenang China pekan lalu memutuskan untuk me-lockdown Shanghai sebagai strategi mengantisipasi penularan virus Corona. Pembatasan yang berulang, kata Georgieva, telah menyebabkan pabrik tutup dan kapal di pelabuhan China menumpuk. Hal tersebut tentu mengancam dan memukul perdagangan global yang selanjutnya akan mengerek inflasi yang sudah tinggi.
Bos IMF itu menyebut, negara-negara yang merupakan importir makanan dan bahan bakar berisiko mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi paling parah. Seperti negara-negara di Afrika, Timur Tengah, Asia, dan Eropa.
Di sisi lain, Ukraina akan mengalami kerugian ekonomi yang besar dari perang, dan Rusia akan memperparah ekonominya yang saat ini sudah berkontraksi karena sanksi.
Sementara negara-negara lain juga akan berjuang dengan penuh tekanan, karena harga komoditas yang lebih tinggi, disrupsi perdagangan, dan meningkatnya biaya beban utang.
"Harga energi dan pangan yang lebih tinggi menambah tekanan inflasi, menekan pendapatan riil rumah tangga di seluruh dunia," jelas Georgieva.
https://www.cnbcindonesia.com/market...omi-143-negara


jerryreality850 memberi reputasi
1
667
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan