

TS
eglofficial
HIJAB COSPLAY COMMUNITY

Quote:
Jakarta, Humas LIPI. Cosplay singkatan dari costume dan play, adalah penggunaan kostum yang menyerupai tokoh favorit yang berasal dari anime, manga, film, atau game. “Cosplay merupakan penyaluran hobi dan menjadi salah satu bentuk mengeskpresikan diri melalui kostum,” ujar Ranny Rastati, Peneliti Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam acara virtual Performing the Self and Playing with the Otherness: Clothing and Costuming under Transcultural Condition, pada Senin (26/10).
Perkembangan cosplay di Indonesia bersamaan dengan munculnya berbagai acara kebudayaan popular Jepang. Salah satu event budaya Jepang tertua di Indonesia adalah Gelar Jepang Universitas Indonesia (GJUI) yang diselenggarakan pada pertengahan tahun 1994 oleh mahasiswa Sastra Jepang Universitas Indonesia. Selain itu ada pula festival seni dan kuliner Jepang bernama Ennichisai yang kerap menampilkan cosplay.
Ranny mengungkapkan antusiasme anak muda Indonesia pada budaya cosplay pun semakin tinggi. Pinky Lu Xun disebut-sebut sebagai cosplayer pertama Indonesia yang sudah ber-cosplay sejak 1998. Lalu, salah satu kelompok cosplay pertama Indonesia adalah Endless Illusion yang dibentuk pada tahun 2004. Minat terhadap cosplay semakin berkembang dan munculah fenomena hijab cosplay pada tahun 2012. “Cosplay kemudian diikuti juga oleh perempuan Muslim berhijab,” kata Ranny. “Mereka menggunakan teknik tertentu agar hijab dapat menyerupai gaya rambut karakter yang ditiru tanpa melepaskan hijab.” Imbuhnya
Menurut Ranny, acara Hijab Cosplay pertama di Indonesia diselenggarakan oleh UIN Matsuri Bandung pada 2015, sementara Hijab Cosplay di Malaysia diadakan pada 2017 oleh Japan Otaku Matsuri di Subang, Malaysia. “Namun, apakah hijab cosplay hanya ada di Indonesia dan Malaysia sebagai negara mayoritas Islam? Ternyata tidak.” ujar Ranny. Ia menjelaskan hijab cosplay juga dilakukan oleh muslimah di negara minoritas Muslim seperti London, Inggris dan New York, Amerika Serikat.
Ranny menyebut bahwa di Indonesia, hijab cosplay menuai pro kontra dari berbagai kalangan masyarakat. “Sisi kontra berpandangan bahwa hijab cosplay tidak sesuai dengan syariat Islam, bahwa hijab adalah sebuah kesederhanaan bukan untuk fashion, bahwa hijab untuk menutup aurat bukan untuk tujuan lainnya,” jelas Ranny. Ia pun menambahkan, “Dari sisi pro menyatakan hijab cosplay merupakan bagian dari bentuk ekspressi diri, tidak masalah selama masih menutupi aurat, juga bahwa cosplay merupakan kegiatan positif dalam bentuk seni”.
Terkait hal tersebut, Ranny pun menyebut cosplay juga digunakan oleh beberapa pemuka agama dalam melakukan dakwah Islam, sebut saja Ustadz Naruto dan Akatsuki Afkar yang merupakan anak muda Nahdlatul Ulama. “Dakwah dapat dilakukan melalui aktivitas yang menunjukkan simbol keIslaman seperti hijab cosplay. Cosplay tidak hanya sebagai permainan identitas namun juga dapat menjadi media menyebarkan nilai-nilai Islam,” pungkas Ranny. (iz/ed:mtr)
Perkembangan cosplay di Indonesia bersamaan dengan munculnya berbagai acara kebudayaan popular Jepang. Salah satu event budaya Jepang tertua di Indonesia adalah Gelar Jepang Universitas Indonesia (GJUI) yang diselenggarakan pada pertengahan tahun 1994 oleh mahasiswa Sastra Jepang Universitas Indonesia. Selain itu ada pula festival seni dan kuliner Jepang bernama Ennichisai yang kerap menampilkan cosplay.
Ranny mengungkapkan antusiasme anak muda Indonesia pada budaya cosplay pun semakin tinggi. Pinky Lu Xun disebut-sebut sebagai cosplayer pertama Indonesia yang sudah ber-cosplay sejak 1998. Lalu, salah satu kelompok cosplay pertama Indonesia adalah Endless Illusion yang dibentuk pada tahun 2004. Minat terhadap cosplay semakin berkembang dan munculah fenomena hijab cosplay pada tahun 2012. “Cosplay kemudian diikuti juga oleh perempuan Muslim berhijab,” kata Ranny. “Mereka menggunakan teknik tertentu agar hijab dapat menyerupai gaya rambut karakter yang ditiru tanpa melepaskan hijab.” Imbuhnya
Menurut Ranny, acara Hijab Cosplay pertama di Indonesia diselenggarakan oleh UIN Matsuri Bandung pada 2015, sementara Hijab Cosplay di Malaysia diadakan pada 2017 oleh Japan Otaku Matsuri di Subang, Malaysia. “Namun, apakah hijab cosplay hanya ada di Indonesia dan Malaysia sebagai negara mayoritas Islam? Ternyata tidak.” ujar Ranny. Ia menjelaskan hijab cosplay juga dilakukan oleh muslimah di negara minoritas Muslim seperti London, Inggris dan New York, Amerika Serikat.
Ranny menyebut bahwa di Indonesia, hijab cosplay menuai pro kontra dari berbagai kalangan masyarakat. “Sisi kontra berpandangan bahwa hijab cosplay tidak sesuai dengan syariat Islam, bahwa hijab adalah sebuah kesederhanaan bukan untuk fashion, bahwa hijab untuk menutup aurat bukan untuk tujuan lainnya,” jelas Ranny. Ia pun menambahkan, “Dari sisi pro menyatakan hijab cosplay merupakan bagian dari bentuk ekspressi diri, tidak masalah selama masih menutupi aurat, juga bahwa cosplay merupakan kegiatan positif dalam bentuk seni”.
Terkait hal tersebut, Ranny pun menyebut cosplay juga digunakan oleh beberapa pemuka agama dalam melakukan dakwah Islam, sebut saja Ustadz Naruto dan Akatsuki Afkar yang merupakan anak muda Nahdlatul Ulama. “Dakwah dapat dilakukan melalui aktivitas yang menunjukkan simbol keIslaman seperti hijab cosplay. Cosplay tidak hanya sebagai permainan identitas namun juga dapat menjadi media menyebarkan nilai-nilai Islam,” pungkas Ranny. (iz/ed:mtr)
Sumur : https://pmb.brin.go.id/latar-belakang-munculnya-hijab-cosplay-di-indonesia/[/center]
[center]
Hijab Cosplayer juga pernah di wawancari oleh kantor berita BBC

Diubah oleh eglofficial 18-04-2022 16:31


muv.luv memberi reputasi
1
961
Kutip
1
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan