- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Zelensky: Rusia Akan Jadi Contoh Negara Lain Jika Tak Dihukum
TS
dragonroar
Zelensky: Rusia Akan Jadi Contoh Negara Lain Jika Tak Dihukum
Zelensky: Rusia Akan Jadi Contoh Negara Lain Jika Tak Dihukum
Jumat, 1 April 2022 06:30 WIB

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara kepada prajurit di dekat garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di Krasnohorivka di Wilayah Donetsk, Ukraina 7 Agustus 2020. REUTERS/Gleb Garanich
TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan pada Kamis 31 Maret 2022 bahwa kegagalan menghukum Rusia bisa mendorong negara-negara lain untuk memerangi tetangga mereka.
Ketika berbicara kepada parlemen Australia lewat video, dia juga mengatakan bahwa Rusia harus bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya di masa lalu.
"Jika kita tidak menghentikan Rusia sekarang, jika kita tidak meminta tanggung jawab Rusia, maka beberapa negara lain di dunia yang berusaha memulai perang serupa terhadap tetangga mereka akan memutuskan bahwa tindakan semacam itu juga menjadi mungkin bagi mereka," kata Zelensky, menurut terjemahan resmi.
Sambil duduk di kursi dan mengenakan kaus warna khaki yang jadi ciri khasnya, dia tak menyebut secara spesifik negara-negara yang bisa mencontoh Rusia.
Australia dan negara-negara Barat sekutunya telah mengungkapkan kekhawatiran mereka pada pernyataan agresif China terkait Taiwan.
"Nasib keamanan global diputuskan sekarang," kata Zelensky. "Tak ada yang mampu memenanginya, tak ada yang bisa menyelamatkan belahan dunia mana pun dari (kerusakan) radioaktif yang muncul jika senjata nuklir digunakan."
Zelenskyy mengungkit konflik terburuk antara Australia dan Rusia dalam beberapa tahun terakhir, yaitu jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 2014 di wilayah pemberontak di Ukraina timur.
"Apakah Rusia membayar kompensasi kepada para korban tewas dan keluarga mereka? Tidak, mereka masih menyangkal kesalahan atas tragedi ini," kata dia.
Dia juga menyinggung invasi Rusia di Krimea di tahun yang sama. "Jika dunia menghukum Rusia pada 2014 atas apa yang mereka lakukan, tidak akan ada teror invasi seperti ini di Ukraina pada 2022. Kita harus mengoreksi kesalahan mengerikan semacam ini dan mengoreksinya sekarang," kata Zelensky
Negara-negara Barat mengatakan invasi Rusia di Ukraina, serangan terbesar terhadap sebuah negara di Eropa sejak Perang Dunia II, sama sekali tidak berdasar.
Rusia mengatakan mereka melakukan "operasi khusus" untuk melucuti Ukraina dan "melenyapkan pengaruh Nazi" (denazifikasi) di negara tetangganya itu.
Australia telah memasok peralatan pertahanan dan bantuan kemanusiaan ke Ukraina, juga melarang ekspor bijih alumina dan aluminium, termasuk bauksit, ke Rusia.
Negara di Asia-Pasifik itu juga telah menjatuhkan sanksi kepada 443 individu, termasuk pengusaha yang menjadi kroni Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sanksi juga diberikan pada 33 entitas, termasuk bank-bank Rusia dan semua yang bertanggung jawab atas utang luar negeri Moskow.
Australia pada Kamis mengatakan tengah memberlakukan 35 persen tarif tambahan pada impor dari Rusia dan Belarus, negara yang disebutnya mendukung invasi.
Bantuan militer kepada Ukraina juga ditingkatkan sebanyak 25 juta dolar menjadi A$116 juta atau sekitar Rp1,25 triliun.
https://dunia.tempo.co/read/1577101/...m/full&view=ok
Jumat, 1 April 2022 06:30 WIB

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara kepada prajurit di dekat garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di Krasnohorivka di Wilayah Donetsk, Ukraina 7 Agustus 2020. REUTERS/Gleb Garanich
TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan pada Kamis 31 Maret 2022 bahwa kegagalan menghukum Rusia bisa mendorong negara-negara lain untuk memerangi tetangga mereka.
Ketika berbicara kepada parlemen Australia lewat video, dia juga mengatakan bahwa Rusia harus bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya di masa lalu.
"Jika kita tidak menghentikan Rusia sekarang, jika kita tidak meminta tanggung jawab Rusia, maka beberapa negara lain di dunia yang berusaha memulai perang serupa terhadap tetangga mereka akan memutuskan bahwa tindakan semacam itu juga menjadi mungkin bagi mereka," kata Zelensky, menurut terjemahan resmi.
Sambil duduk di kursi dan mengenakan kaus warna khaki yang jadi ciri khasnya, dia tak menyebut secara spesifik negara-negara yang bisa mencontoh Rusia.
Australia dan negara-negara Barat sekutunya telah mengungkapkan kekhawatiran mereka pada pernyataan agresif China terkait Taiwan.
"Nasib keamanan global diputuskan sekarang," kata Zelensky. "Tak ada yang mampu memenanginya, tak ada yang bisa menyelamatkan belahan dunia mana pun dari (kerusakan) radioaktif yang muncul jika senjata nuklir digunakan."
Zelenskyy mengungkit konflik terburuk antara Australia dan Rusia dalam beberapa tahun terakhir, yaitu jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 2014 di wilayah pemberontak di Ukraina timur.
"Apakah Rusia membayar kompensasi kepada para korban tewas dan keluarga mereka? Tidak, mereka masih menyangkal kesalahan atas tragedi ini," kata dia.
Dia juga menyinggung invasi Rusia di Krimea di tahun yang sama. "Jika dunia menghukum Rusia pada 2014 atas apa yang mereka lakukan, tidak akan ada teror invasi seperti ini di Ukraina pada 2022. Kita harus mengoreksi kesalahan mengerikan semacam ini dan mengoreksinya sekarang," kata Zelensky
Negara-negara Barat mengatakan invasi Rusia di Ukraina, serangan terbesar terhadap sebuah negara di Eropa sejak Perang Dunia II, sama sekali tidak berdasar.
Rusia mengatakan mereka melakukan "operasi khusus" untuk melucuti Ukraina dan "melenyapkan pengaruh Nazi" (denazifikasi) di negara tetangganya itu.
Australia telah memasok peralatan pertahanan dan bantuan kemanusiaan ke Ukraina, juga melarang ekspor bijih alumina dan aluminium, termasuk bauksit, ke Rusia.
Negara di Asia-Pasifik itu juga telah menjatuhkan sanksi kepada 443 individu, termasuk pengusaha yang menjadi kroni Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sanksi juga diberikan pada 33 entitas, termasuk bank-bank Rusia dan semua yang bertanggung jawab atas utang luar negeri Moskow.
Australia pada Kamis mengatakan tengah memberlakukan 35 persen tarif tambahan pada impor dari Rusia dan Belarus, negara yang disebutnya mendukung invasi.
Bantuan militer kepada Ukraina juga ditingkatkan sebanyak 25 juta dolar menjadi A$116 juta atau sekitar Rp1,25 triliun.
https://dunia.tempo.co/read/1577101/...m/full&view=ok
0
458
2
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan