"Dude, are you life?"

Pemuda itu membuka paksa pintu kamar yang sempit, di dalamnya lusuh, petang walau di luar matahari sedang bersinar. Ia terlihat panik setelah melihat seseorang terbaring pulas di bawah lantai beralas kain kafan.

"Astaga! Masih belum bangun juga jam segini. BANGUN WOY..! Telat entar"

Ia bernama Kangmin, keturunan pribumi asli yang terlahir kental dengan serapan budaya ala Korea. Terlihat sekilas dari namanya, tapi beda lagi dari tampangnya yang tidak bisa dikatakan "Oppa", walaupun ia berkulit putih.

"Ehm.. udah jam berapa emang?"

Dengan suara pilu dan pandangan mata sayuh, seorang pria yang terbaring itu bangkit dari lantai. Bergegas berjalan keluar kamar.

"05 lebih 55 menit, HAHA.."

Kangmin tertawa sekejap puas membuat temannya itu bangun lebih awal. Setelah dari tadi malam sibuk memikirkan bagaimana hari ini akan berjalan, ia sangat antusias dan tidak ingin terlambat.

"Hah? Serius!"

Langkahnya terhenti di depan kamar. Pria tak berdaya itu Samin, teman terdekat Kangmin sejak Sekolah Menengah Pertama. Keakraban mereka tidak perlu diragukan, sudah terverifikasi "a trully besti".

"Gua udah gak sabar masuk hari pertama di SMA and today is d'day"

Super excited dengan segudang harapan, itu yang Kangmin rasakan sekarang.

"Lebay lu!"

Samin hanya ingin bisa melalui masa SMA dengan tenang tanpa banyak drama.

^✓^

"Buruan, Min! Lama bangetlu!"

Di atas sepeda motor buntut, Kangmin siap beranjak ke sekolah barunya. Masih sama seperti masa SMP mereka kerap kali berangkat bersama dengan sepeda motor buntut Kangmin punya.

"Bentar lagi Kang!"

Bergegas menaiki sepeda motor buntut itu. Samin berdoa supaya dirinya bisa selamat sampai tujuan, terlebih ketika di jalan raya nanti.

"Eh... Min, entar bakal banyak cewek cakepnya gak ya?"

"Sekolah itukan cukup terkenal jadi kemungkinan banyak, Kang. Lagian lu bukannya pengen lebih fokus belajar di sekolah SMA ini?"

"That's right, gua bakal bisa jauh lebih fokus kalau lingkungan sekitar banyak cewe cakepnya Min"

Mereka asik berbincang di tengah perjalanan hingga setibanya di depan SMA Pelita. Para siswa lain sudah berdatangan dan memasuki pintu gerbang yang kebanyakan diantar orang tua dengan mobil mewah.

"Dude, is it real?"

Kangmin terpukau dengan apa yang ada di depannya, siswa-siswi di SMA itu banyak yang dari kalangan berkelas. Ia tak percaya bisa masuk di SMA seelit ini nampak dari luar.

^✓^