Kaskus

News

tribunnews.comAvatar border
TS
tribunnews.com
Ini Keris Kanjeng Kyai Wangkingan yang Disematkan ke GPH Bhre Mangkunegara X
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Ada salah satu momen menarik saat GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo naik tahta Mangkunegara X.


Di mana momen itu adalah menyematan pusaka Keris Kanjeng Kyai Wangkingan ke raja baru.
Keris tersebut disematkan Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX.

Terlihat keris tersebut cukup panjang, sekitar 30 cenimeter lebih.

Dengan warangka cokelat dihiasi warna emas dan pegangan atau hulu keris merah menyala.

Baca juga: Misteri Keberadaan Paundra Terjawab, Tak Hadiri Jumenengan Mangkunegara X, Justru Berada di Jakarta

Saat itu GPH Bhre memakai baju putih dibalut beksap Mangkunegaran, dipadukan dengan blangkon dan sendal slop kulit berwarna hitam.

Pada kedua tangannya tampak cincin dengan batu merah pada kanan kirinya dan batu hitam pada kanan kanannya, serta memakai jam tangan berwarna emas.

Yang tak kalah menarik, batik yang dipakai mendiang KGPAA IX adalah batik khas yang tak biasa.

Menurut ahli perbatikan yang juga Ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Gunawan Setiawan, kain batik yang dipakai untuk celana bermotif Parang Seling Lunglungan.

"Parang ageman raja (yang dipakai raja), Lunglungan itu bunga yang menjalar," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (12/3/2022).

Baca juga: Memaknai Pidato Pertama Mangkunegara X GPH Bhre Cakrahutomo, Begini Kata Ahli Sejarah Mengkunegaran

Baca juga: Bahagianya GPH Bhre, Dikukuhkan Jadi Mangkunegara X, Diberi Ucapan Selamat Langsung oleh Jokowi

"Arti sederhananya, raja yang gagah, tegas, suistainable dan senang menolong," jelasnya.

Dia menjelaskan, sementara beskap hingga blangkon yang dipakai GPH Bhre memang baju khas Mangkunegaran yang selama ini menjadi kebangga.

"Itu khas Mangkunegaran, baik beskap atau blangkon," aku dia.

Isi Pidato GPH Bhre

GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo resmi menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X, Sabtu Pahing (12/3/2022).

Mangkunegara X dikukuhkan oleh Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX.
Adapun prameswari menyematan pusaka keris Kanjeng Kyai Wangkingan membacakan Prasetyo dengan bahasa Jawa.

"Minangka hanetepi adat paugeran saha dhawuh wasiat leluhur Puro Mangkunegaran ing dinten menika 8 Ruwah Alip 1955, surya kaping 12 Maret 2022, Prameswari dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegoro IX hanetepaken GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, SH katetepaken jumeneng KGPAA Mangkunegoro X," tutur Prameswari.

Ini Keris Kanjeng Kyai Wangkingan yang Disematkan ke GPH Bhre Mangkunegara XPrameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX detik-detik mengukuhkan Mangkunegara X melalui sejumlah prosesi pada acara jumenengan, Sabtu (12/3/2022). (TribunSolo.com/Agil Tri)

Setelahnya GPH Bhre menyampaikan pidato pertamanya sebagai Mangkunegara X menggunakan bahasa Indonesia disaksikan peserta Jumenengan di Pura Mangkunegara, berikut isinya :

Pura Mangkunegaran telah melalui perjalanan sejarah yang penuh pasang surut. Dan dengan berpegang teguh pada prinsip sateguh sauyub, bersatu teguh dalam kebhinekaan. Bak serumpun tebu yang terikat tetap mampu bertahan hingga saat ini, hingga mampu bertahan sampai saat ini sebagai pusat budaya, sastra, dan falsafah bangsa.

Selain itu hakekat dalam ikatan antara manusia dan budaya tak luput digaungkannya. Ikatan antara manusia dan kebudayaan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan.

 Kebudayaan yang terikat satu sama lain dari kegiatan sehari-hari, dari cara menjalankan hidup, dari cara makan, berpakaian, berbicara, berkesenian, juga apa yang dihasilkan.

Baca juga: Misteri Tak Hadirnya GPH Paundra saat GPH Bhre Naik Tahta Jadi Mangkunegara X, Begini Kata Kerabat

Baca juga: Bhre Cakrahutomo Naik Tahta Jadi Mangkunegara X: Presiden Jokowi Hadir, GPH Paundra Tak Terlihat 

Saya menyadari bahwa Pura Mangkunegaran memiliki warisan budaya luhur yang tidak serta merta, dapat diturunkan secara biologis. Namun, berusaha mlampahaken (menjalankan), sebagai dapat diwariskan pada generasi yang akan datang.

Saya menjalankan Tri Dharma Mangkunegaran yang meliputi, mulat sarira hangrasawani, rumangsa melu handarbeni, dan melu hangrungkebi. Sasrira Hangrasawani merupakan candrasengkala tahun pendirian Mangkunegaran yaitu tahu 1682 Saka atau 1757 Masehi. Mulat Sarira artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi berbagai hambatan yang menghalangi perbaikan pribadi.

Serta ajaran kedua dari budaya politik Mangkunegaran adalah rumangsa melu handarbeni.

Sebagaimana prinsip Tri Dharma yang kita anut, bersama-sama kita memegang teguh amanah untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan warisan budaya tersebut, beserta nilainya. Tidak hanya bagi pura mangkunegaran tetapi juga masyarakat luas.

Selain sebagai salah satu pusat lahir dan berkembangnya kebudayaan, Puro Mangkunegaran harus mampu menjadi satu wadah, jembatan, kolaborator dan teman diskusi bagi seluruh masyarakat baik budayawan, akademisi, pemerintah, maupun lembaga sosial budaya, pelestarian sejarah dan ekonomi.

Pura Mangkunegaran tidak boleh terlena dalam euforia kejayaan masa lalu. Warisan sejarah pura bukan hanya suatu hal yang semata-mata harus dirayakan, melainkan harus diantisipasi pasang dan surutnya agar pura tetap jadi pusat budaya dan sejarah yang tidak tergerus perkembangan zaman.

Saya mengajak seluruh insan masyarakat dan masyarakat indonesia, khususnya Surakarta. Bersama-sama mengamalkan nilai-nilai luhur yang diajarkan kepada kita, melestarikan, dan terus mengembangkan kebudayaan Mangkunegaran. (TribunSolo.com)

0
860
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan