Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Misteri Takdir Anisa (Bagian 2)
Misteri Takdir Anisa (Bagian 2)

Telah sebulan berlalu, sejak mimpi indah itu terjadi, Anisa kembali menatap jalan hidupnya dengan realistis. Dia tak bisa membawa takdirnya dengan mudah, dia hanya terus melarutkan mimpi-mimpinya dalam doa. Nama Azka Syaukani masih selalu jadi favoritnya, dibawanya bersenandung dalam setiap langkah. Diutarakan dalam tiap hening-heningnya sepertiga malam. Tetap saja, ia seakan tak kenal pantang, dirayunya Tuhan dengan bisik, kadang dengan urai air mata. Semua hal itu membuatnya optimis bahwa takdir itu pada akhirnya akan memberinya jawaban. Gundahnya selama ini akan menjadi fakta yang bakal disaksikannya nanti, entah ia akan menjadi pilihan Azka atau bukan, itu tak lagi menjadi soal kini. Dia hanya akan terus menabur bunga-bunga dalam mimpinya, agar ia kuat agar ia tegar, mengikuti jalan yang Tuhan telah persiapkan.

Ditempat kerjanya kini, Anisa tetap rutin melaksanakan apa yang menjadi rutinitasnya. Di jalaninya hari-hari itu dengan profesional saja, layaknya para karyawan lain di perusahaan itu. Yang beda kini, Anisa tidak terlalu hirau lagi godaan-godaan yang bukan saja sekedar verbal saja, bahkan pernah suatu kali seorang laki-laki yang juga rekan kerjanya itu nekat mendatangi kontrakan Anisa dan menyatakan hasratnya bahwa ia bersimpati dan menyukai gadis itu. Bukan sekali dua kali, tapi berkali-kali. Bukan seorang dua orang tetapi sudah tak terhitung berapa jumlah laki-laki yang nekat melakukan hal yang sama terhadapnya. Semua itu tak membuat Anisa goyah, atau mungkin kini ia telah mati rasa, entahlah. Yang pasti di hati dan pikiran Anisa hanya ada seorang saja, Azka Syaukani. Nama itu terus saja mengiang-ngiang di telinganya, seolah-olah Azka ada di dekatnya dan terus memberinya harapan yang sama.

Sementara itu, Azka yang telah lama tak terdengar kabarnya kini rupanya telah berpindah kota dan bekerja pada sebuah perusahaan konstruksi. Oleh sebab kinerjanya yang bagus, ia mendapat apresiasi yang sangat tinggi dari perusahaannya. Lambat laun posisinya di perusahaan makin naik. Hal demikian itu diikuti juga oleh perkembangan dan kemajuan perusahaannya. Hingga suatu waktu, perusahaan memutuskan untuk melebarkan usahanya dengan cara membuka cabang, yang entah kebetulan atau disengaja, kota itu adalah tempat Azka berasal, dan lagi Azka adalah calon kuat orang yang akan memimpin cabang itu. Ini membuat Azka tentu saja bahagia, tetapi muncul sesuatu yang mengganjal yang membuatnya berpikir keras. Bukankah selama ini dia berusaha menghindari Anisa, mengasingkan diri agar tak ada yang mengetahui keberadaannya. Akh, mengapa takdir seakan begitu rapi mengatur. Alam begitu kuat menekannya hingga harus memulai lagi sesuatu yang telah berusaha ia jauhi dengan susah payah.

"Azka, anda dipanggil menghadap tuan direktur sekarang juga" suara itu sekilas membuyarkan lamunan Azka yang sedari tadi.

"Oh, iyaa. Aku akan segera menghadap. Terima kasih" jawab Azka singkat dan tegas. Sejurus kemudian dia telah berada tepat di depan pintu ruangan sang direktur dan memencet bel.

"Masuk. Buka saja pintunya" Sang direktur mempersilahkan.

"Bapak memanggil saya?" Tanya Azka singkat.

"Yaa. Duduklah Azka. Aku ingin bicara sesuatu padamu".

"Terima kasih, pak. Maaf, kalau boleh tahu saya dipanggil soal apa ya, pak?"

"Begini, Azka. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, berdasarkan laporan keuangan perusahaan tahun lalu yang kamu berikan ke saya, menunjukkan bahwa ada kenaikan keuntungan perusahaan secara signifikan. Kita mendapatkan banyak sekali proyek, utamanya di kota tempat mu berasal". Sang direktur memulai percakapannya dengan penjelasan yang cukup detail.

"Yaa, benar sekali, pak. Saya melihat potensi itu sangat besar di sana". Azka menimpali seperlunya.

"Karena itu, aku memanggilmu ke sini, Azka. Aku ingin meminta pendapatmu soal rencana kita membuka cabang di kotamu. Bagaimana menurutmu".

Sesaat keduanya terdiam. Dengan sedikit membetulkan kerak baju dan dasinya, Azka lantas mengambil gelas air di depannya lalu minum beberapa teguk sebelum kemudian memulai berbicara.

"Jadi begini, pak. Menurutku itu ide yang bagus. Aku rasa kesempatan untuk memulai itu terbuka lebar sekarang. Dan lagi, di sana praktis kita belum punya kendala dan saingan bisnis yang menyulitkan kelak. Aku pikir kita harus segera melakukannya, sekarang". Azka memberi penjelasan yang cukup meyakinkan. Sang direktur mengangguk, lalu sejurus mengambil sebuah kertas panjang berisi gambar rencana pembangunan bakal kantor cabangnya.

"Ini. Coba kamu pelajari dulu detailnya. Nanti setelah itu beri laporan kepada saya, kapan kita bisa survey lapangan". Sang direktur melipat lalu menyerahkan kertas berukuran besar tadi kepada Azka.

"Baik, pak. Dua hari lagi aku akan kabari hasilnya. Aku ingin mempelajarinya dulu". Azka segera pamit dan berlalu dari ruangan sang direktur.

Nampaknya, setelah dua hari yang diminta berlalu, Azka telah rampung dan bisa segera memberi laporan kepada sang direktur. Dengan penuh ketelitian dia segera merumuskan rencana pembangunan itu dan mengoreksi beberapa bagian yang dianggapnya kurang pas.


Pagi itu, ia kembali ke ruangan sang direktur dengan tujuan memberikan laporan. Sesampai di kantor setelah mengisi daftar hadir elektronik dan meletakkan tas di atas kursi kerjanya, dia segera berlalu dan langsung menuju ruangan sang direktur. Sejurus kemudian, ia telah berada dalam ruangan dan memulai pembicaraannya.

" Selamat pagi, pak. Aku udah mempelajari ini dengan baik. Aku ingin menyampaikan laporan kepada bapak". Azka memulai penjelasannya.

"Iya, silahkan, Azka" Sang direktur menimpali dan mempersilahkan.

"Aku rasa semuanya sudah bagus. Aku hanya mengoreksi beberapa bagian yang kuanggap perlu perbaikan. So, kita bisa segera menentukan kapan akan melakukan survey lokasi".

"Oh, baik kalau gitu. Aku menyerahkan sepenuhnya proyek ini padamu, Azka. Kamu atur saja, mana baiknya. Nanti kalau ada kesulitan, kamu bisa beritahu saya".

"Gimana kalau minggu depan pak?"

"Oke, baik. Minggu depan kamu ajak beberapa staf untuk membantumu dalam kegiatan survey lokasi ini".

"Baik, pak. Aku udah punya beberapa orang yang recommended".

"Baiklah kalau begitu, Azka. Aku akan menunggu hasilnya. Saya rasa semua sudah bisa dijalankan".

"Baik, pak. Terima kasih atas kepercayaan ini. Aku akan memberikan segala yang terbaik, semoga".

Percakapan itu berakhir, menandakan rencana pembukaan cabang baru di kota Azka telah disetujui. Dalam hati, Azka sebenarnya merasa senang. Dia bakal bisa kembali ke kampung halamannya dan kembali dekat dengan keluarganya lagi. Tetapi entah mengapa, itu juga yang membuatnya ragu. Yaa, Anisa. Peluangnya untuk berjumpa gadis itu bakal kembali terbuka lebar lagi. Ia akan memulai lagi sesuatu yang ia sendiri tak yakin bisa dilakukannya.

******

bian.hazzi588Avatar border
spay21Avatar border
marwangroove920Avatar border
marwangroove920 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.3K
6
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan