

TS
Mbahjoyo911
Inilah Permainan Asli dari Indonesia yang Melibatkan Makhluk Gaib!

Source
Era teknologi digital sudah sangat maju, tetapi hal-hal yang bersifat mistis belum hilang dari masyarakat negeri ini, masih menyatu dengan tradisi khas setiap daerah. Beberapa macam tradisi juga mengandung unsur mistis. Salah satu tradisi dengan unsur mistis itu adalah permainan tradisional yang melibatkan makhluk gaib. Apa sajakah permainan itu? Mari kita simak bersama.
Quote:
JELANGKUNG
Agan dan sista telah mengetahui apa itu jelangkung, permainan ini sudah umum di Indonesia. Boneka jelangkung adalah salah satu media pemanggil makhluk halus, hingga orang yang memainkannya bisa berkomunikasi dengan makhluk halus itu.

Jelangkung
Boneka jelangkung dibuat dari batok kelapa bertangkai panjang yang disebut siwur, sebagai kepala si jelangkung, bagian wajahnya dilukis mirip manusia. Sedangkan untuk badannya memakai keranjang kecil dari anyaman bambu. Pemakaian keranjang bambu sebagai badannya ini berbeda-beda di tiap daerah, ada yang memakai keranjang bambu, ada pula yang tidak.
Semua bahan pembuat boneka jelangkung harus didapat dari mencuri, seperti gayung batok kelapa, keranjang bambu, dan juga bajunya, semua harus curian. Kalau semua bahan itu bukan hasil dari mencuri, konon, makhluk halus tidak bakal merasukinya.
Sebagai tangannya, digunakan belahan bambu tipis yang diikatkan jadi satu dengan siwur dan keranjang. Di bagian dada diberi semacam stik yang mengarah ke depan dengan ujung yang diberi spidol, pulpen atau kapur tulis sebagai alat menulis si jelangkung. Keseluruhan boneka dibalut dengan baju, dan biasanya atasannya saja.
Penempatan alat tulis ini juga berbeda-beda di tiap daerah, ada yang ditaruh di bagian dada mengarah ke depan, dan papan tulis atau kertas tulis di taruh tepat di depan si jelangkung. Ada pula yang alat tulisnya di taruh di bawah dan mengarah ke bawah, dengan demikian papan tulis atau kertas tulisnya juga digelar di bawah.
Sesajen mutlak diperlukan untuk permainan ini, seperti kembang setaman, dupa, kopi. Pada sesajen yang lebih lengkap ditambahi jajanan pasar dan kemenyan. Permainan dari jawa ini dipimpin oleh satu orang yang disebut dalang, dialah yang nanti membacakan mantra dan menanyai si jelangkung. Masih butuh 1-2 orang lagi untuk memegangi boneka jelangkung di bagian bawah. Kadang, sang dalang juga bisa merangkap sebagai pemegang jelangkung.

Ritual Jelangkung
Permainan ini dilakukan pada malam hari. Sebelum memulai permainan, maka biasanya boneka jelangkung perlu disanggrahkanatau diletakkan pada tempat-tempat yang dianggap angker, misalnya di kuburan, selama kurang lebih 1-2 jam, tujuannya adalah untuk membangun koneksi antara boneka dengan makhluk gaib. Setelah semua persiapan selesai, maka sang dalang akan mengucapkan mantra dalam bahasa jawa. Beginilah mantra pemanggilan jelangkung yang asli :
Kehadiran makhluk halus ditandai dengan makin beratnya bobot boneka jelangkung itu. Setelah itu, jelangkung akan mengangguk-angguk dan bergerak sendiri, mengetuk-ngetukkan alat tulis di badannya ke arah papan tulis atau kertas tulis yang disediakan.
Saat itulah jelangkung sudah siap untuk ditanyai, dan boneka jelangkung akan menulis jawabannya di papan tulis tadi dengan alat tulis di dadanya. Si jelangkung akan bergerak hingga apa yang ditulisnya membentuk kalimat. Tentunya dua orang yang memegangnya harus mengikuti semua gerakannya.
Pertanyaan yang diajukan pun bisa bermacam-macam, mulai dari nama si makhluk halus, dimana tempat tinggalnya, ada pula yang menanyakan soal jodoh buat seseorang, bahkan bertanya berapa nomor togel yang akan keluar, si jelangkung akan menuliskan jawabannya.
Source

Jelangkung
Boneka jelangkung dibuat dari batok kelapa bertangkai panjang yang disebut siwur, sebagai kepala si jelangkung, bagian wajahnya dilukis mirip manusia. Sedangkan untuk badannya memakai keranjang kecil dari anyaman bambu. Pemakaian keranjang bambu sebagai badannya ini berbeda-beda di tiap daerah, ada yang memakai keranjang bambu, ada pula yang tidak.
Semua bahan pembuat boneka jelangkung harus didapat dari mencuri, seperti gayung batok kelapa, keranjang bambu, dan juga bajunya, semua harus curian. Kalau semua bahan itu bukan hasil dari mencuri, konon, makhluk halus tidak bakal merasukinya.
Sebagai tangannya, digunakan belahan bambu tipis yang diikatkan jadi satu dengan siwur dan keranjang. Di bagian dada diberi semacam stik yang mengarah ke depan dengan ujung yang diberi spidol, pulpen atau kapur tulis sebagai alat menulis si jelangkung. Keseluruhan boneka dibalut dengan baju, dan biasanya atasannya saja.
Penempatan alat tulis ini juga berbeda-beda di tiap daerah, ada yang ditaruh di bagian dada mengarah ke depan, dan papan tulis atau kertas tulis di taruh tepat di depan si jelangkung. Ada pula yang alat tulisnya di taruh di bawah dan mengarah ke bawah, dengan demikian papan tulis atau kertas tulisnya juga digelar di bawah.
Sesajen mutlak diperlukan untuk permainan ini, seperti kembang setaman, dupa, kopi. Pada sesajen yang lebih lengkap ditambahi jajanan pasar dan kemenyan. Permainan dari jawa ini dipimpin oleh satu orang yang disebut dalang, dialah yang nanti membacakan mantra dan menanyai si jelangkung. Masih butuh 1-2 orang lagi untuk memegangi boneka jelangkung di bagian bawah. Kadang, sang dalang juga bisa merangkap sebagai pemegang jelangkung.

Ritual Jelangkung
Permainan ini dilakukan pada malam hari. Sebelum memulai permainan, maka biasanya boneka jelangkung perlu disanggrahkanatau diletakkan pada tempat-tempat yang dianggap angker, misalnya di kuburan, selama kurang lebih 1-2 jam, tujuannya adalah untuk membangun koneksi antara boneka dengan makhluk gaib. Setelah semua persiapan selesai, maka sang dalang akan mengucapkan mantra dalam bahasa jawa. Beginilah mantra pemanggilan jelangkung yang asli :
Hong hiyang ilaheng
hen jagad alusan roh gentayangan
onone Jelangkung Jaelengsat
siro wujud'e ning kene ono bolone
Siro wangsul angslupo
Yen siro teko gaib
Wenehono tondo ing golek bubrah
Hayo enggalo teko pangundango
Hayo ndang angslupo ing rupo golek
Wujud..! Wujud..! Wujud!
Source
hen jagad alusan roh gentayangan
onone Jelangkung Jaelengsat
siro wujud'e ning kene ono bolone
Siro wangsul angslupo
Yen siro teko gaib
Wenehono tondo ing golek bubrah
Hayo enggalo teko pangundango
Hayo ndang angslupo ing rupo golek
Wujud..! Wujud..! Wujud!
Source
Kehadiran makhluk halus ditandai dengan makin beratnya bobot boneka jelangkung itu. Setelah itu, jelangkung akan mengangguk-angguk dan bergerak sendiri, mengetuk-ngetukkan alat tulis di badannya ke arah papan tulis atau kertas tulis yang disediakan.
Saat itulah jelangkung sudah siap untuk ditanyai, dan boneka jelangkung akan menulis jawabannya di papan tulis tadi dengan alat tulis di dadanya. Si jelangkung akan bergerak hingga apa yang ditulisnya membentuk kalimat. Tentunya dua orang yang memegangnya harus mengikuti semua gerakannya.
Pertanyaan yang diajukan pun bisa bermacam-macam, mulai dari nama si makhluk halus, dimana tempat tinggalnya, ada pula yang menanyakan soal jodoh buat seseorang, bahkan bertanya berapa nomor togel yang akan keluar, si jelangkung akan menuliskan jawabannya.
Source
Quote:
CINGCOWONG
Boneka Cingcowong terbuat dari siwur batok kelapa yang dilukis menjadi Putri cantik dengan badan terbuat dari Rangkaian bambu yang diberi baju dan sampur serta diberi kalung yang terbuat dari bunga melati. Secara keseluruhan, kurang lebih bentuknya mirip dengan jelangkung, tapi ritualnya berbeda.
Sebenarnya boneka cingcowong adalah media ritual pemanggil hujan dari daerah Kuningan, Jawa Barat. Di masa lalu, saat kekeringan melanda dengan hebat, maka masyarakat akan melakukan ritual ini, tentunya dengan tujuan untuk memanggil hujan.

Boneka Cingcowong
Ritual cingcowong dipimpin oleh seorang perempuan yang disebut Punduh, orang yang dituakan atau dianggap punya kemampuan spiritual dan mempunyai daya 'linuwih', dipercaya mampu berkomunikasi dengan makhluk halus. Punduhinilah yang nantinya akan membawa dan memainkan boneka cingcowong.
Selain boneka cingcowong, masih dibutuhkan peralatan atau syarat lain yang harus ada adalah tikar yang digelar di lantai, taraje (tangga bambu) yang diletakkan mendatar di atas tikar, kaca, sisir, ember dan kemenyan sebagai sesajen.
Dalam ritual ini masih dibutuhkan dua orang sebagai pemegang tikar saat boneka digerakkan, dua orang penabuh buyung yang dipukul oleh kipas, dan satu orang lagi memainkan alat musik ceneng yang terbuat dari bahan kuningan. Ritual cingcowong ini memang butuh alunan musik tradisional juga.

Ritual Cingcowong
Selanjutnya Sang Punduh akan membawa atau 'mengajak' boneka cingcowong melangkah melewati tangga bambu sebanyak tiga kali. Setelah itu sang Punduh akan duduk bersimpuh diatas tangga bambu dan memangku boneka tadi. Pada tahap ini boneka cingcowong akan dirasuki makhluk halus lalu bergerak dan menari sesuai alunan musik dan nyanyian lagu cingcowong.
Tapi sayangnya, tradisi cingcowong ini sudah mulai memudar, generasi muda banyak yang tidak mengenal tradisi ini, dan bahkan banyak juga belum pernah melihat boneka cingcowong itu sendiri. Suatu tradisi yang terlalu disayangkan kalau harus menghilang.
Source
Sebenarnya boneka cingcowong adalah media ritual pemanggil hujan dari daerah Kuningan, Jawa Barat. Di masa lalu, saat kekeringan melanda dengan hebat, maka masyarakat akan melakukan ritual ini, tentunya dengan tujuan untuk memanggil hujan.

Boneka Cingcowong
Ritual cingcowong dipimpin oleh seorang perempuan yang disebut Punduh, orang yang dituakan atau dianggap punya kemampuan spiritual dan mempunyai daya 'linuwih', dipercaya mampu berkomunikasi dengan makhluk halus. Punduhinilah yang nantinya akan membawa dan memainkan boneka cingcowong.
Selain boneka cingcowong, masih dibutuhkan peralatan atau syarat lain yang harus ada adalah tikar yang digelar di lantai, taraje (tangga bambu) yang diletakkan mendatar di atas tikar, kaca, sisir, ember dan kemenyan sebagai sesajen.
Dalam ritual ini masih dibutuhkan dua orang sebagai pemegang tikar saat boneka digerakkan, dua orang penabuh buyung yang dipukul oleh kipas, dan satu orang lagi memainkan alat musik ceneng yang terbuat dari bahan kuningan. Ritual cingcowong ini memang butuh alunan musik tradisional juga.

Ritual Cingcowong
Selanjutnya Sang Punduh akan membawa atau 'mengajak' boneka cingcowong melangkah melewati tangga bambu sebanyak tiga kali. Setelah itu sang Punduh akan duduk bersimpuh diatas tangga bambu dan memangku boneka tadi. Pada tahap ini boneka cingcowong akan dirasuki makhluk halus lalu bergerak dan menari sesuai alunan musik dan nyanyian lagu cingcowong.
Cingcowong-cingcowong
Bil guna bil lembayu
Shalala lala lenggut
Lenggute anggedani
Aya panganten anyar
Aya panganten anyar
Lili lili pring
Denok simpring ngaliro
Mas borojol gedog
Mas borojol gedog
Lilir guling gulinge sukma katon
Gelang-gelang layone
Layoni putra maukung
Maukung mangundang dewa
Anging Dewa anging sukma
Bidadari lagi teka
Bidadari lagi teka
Jak rujak ranti
kami junjang kami loko
Pajulo-julo
temu bumiring mandiloko
Hujan….. Hujan…..Hujan……
Bil guna bil lembayu
Shalala lala lenggut
Lenggute anggedani
Aya panganten anyar
Aya panganten anyar
Lili lili pring
Denok simpring ngaliro
Mas borojol gedog
Mas borojol gedog
Lilir guling gulinge sukma katon
Gelang-gelang layone
Layoni putra maukung
Maukung mangundang dewa
Anging Dewa anging sukma
Bidadari lagi teka
Bidadari lagi teka
Jak rujak ranti
kami junjang kami loko
Pajulo-julo
temu bumiring mandiloko
Hujan….. Hujan…..Hujan……
Tapi sayangnya, tradisi cingcowong ini sudah mulai memudar, generasi muda banyak yang tidak mengenal tradisi ini, dan bahkan banyak juga belum pernah melihat boneka cingcowong itu sendiri. Suatu tradisi yang terlalu disayangkan kalau harus menghilang.
Source
Quote:
COWONGAN
Wilayah Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, Cilacap, dan daerah sekitarnya di Jawa Tengah, ada semacam tradisi ritual yang hampir serupa dengan Cingcowong, dan d isana disebut dengan Cowongan, dan boneka medianya juga dinamakan boneka Cowongan. Tapi tata cara ritual ini berbeda di tiap daerah tersebut.

Cowongan Cilacap
Tahap awal pembuatan boneka ini adalah mencuri siwur atau gayung dari batok kelapa bertangkai panjang. Seperti pada jelangkung, siwur ini juga harus curian. Setelah didapat, maka siwur ini akan ditancapkan pada pohon pisang raja dan dibiarkan disana selama tujuh hari tujuh malam, yang diibaratkan siwur ini sedang 'bertapa'.
Setelah siwur selesai 'bertapa', maka mulailah dirangkai menjadi boneka Cowongan dengan badan yang terbuat dari rangkaian bambu. Bagian batok kelapa diberi ijuk dan janus sebagai rambutnya, juga dihiasi aneka macam bunga-bungaan. Bagian wajah dilukis hingga tampak seperti wajah gadis cantik. Lalu barulah dipakaikan baju warna-warni.

Cowongan Kebumen
Ritual cowongan dilakukan pada akhir musim kemarau, saat sumber air sudah mulai mengering, karena memang ritual ini bertujuan untuk meminta hujan. Si pembawa boneka cowongan haruslah perempuan dewasa atau lanjut usia, yang sebelumnya telah melakukan rangkaian tirakat puasa. Jumlah perempuan yang membawa boneka cowongan tidak ditentukan, tergantung ada berapa orang yang telah siap menjalani ritual ini.
Konon, ritual itu untuk memanggil bidadari yang akan merasuk ke boneka Cowongan setelah diberi sesajen dan dinyanyikan tembang yang ditujukan pada Sang Penguasa sebagai doa agar hujan segera turun.
Walaupun tata cara ritual Cowongan berbeda pada setiap daerah tersebut, tapi tujuannya adalah sama, yaitu upacara ritual untuk memanggil hujan dengan perantara Dewi Sri, dewi padi lambang kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan.
Source

Cowongan Cilacap
Tahap awal pembuatan boneka ini adalah mencuri siwur atau gayung dari batok kelapa bertangkai panjang. Seperti pada jelangkung, siwur ini juga harus curian. Setelah didapat, maka siwur ini akan ditancapkan pada pohon pisang raja dan dibiarkan disana selama tujuh hari tujuh malam, yang diibaratkan siwur ini sedang 'bertapa'.
Setelah siwur selesai 'bertapa', maka mulailah dirangkai menjadi boneka Cowongan dengan badan yang terbuat dari rangkaian bambu. Bagian batok kelapa diberi ijuk dan janus sebagai rambutnya, juga dihiasi aneka macam bunga-bungaan. Bagian wajah dilukis hingga tampak seperti wajah gadis cantik. Lalu barulah dipakaikan baju warna-warni.

Cowongan Kebumen
Ritual cowongan dilakukan pada akhir musim kemarau, saat sumber air sudah mulai mengering, karena memang ritual ini bertujuan untuk meminta hujan. Si pembawa boneka cowongan haruslah perempuan dewasa atau lanjut usia, yang sebelumnya telah melakukan rangkaian tirakat puasa. Jumlah perempuan yang membawa boneka cowongan tidak ditentukan, tergantung ada berapa orang yang telah siap menjalani ritual ini.
Konon, ritual itu untuk memanggil bidadari yang akan merasuk ke boneka Cowongan setelah diberi sesajen dan dinyanyikan tembang yang ditujukan pada Sang Penguasa sebagai doa agar hujan segera turun.
Walaupun tata cara ritual Cowongan berbeda pada setiap daerah tersebut, tapi tujuannya adalah sama, yaitu upacara ritual untuk memanggil hujan dengan perantara Dewi Sri, dewi padi lambang kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan.
Source
Quote:
NINI THOWONG
Hampir serupa dengan jelangkung dan cingcowong ataupun cowongan, boneka nini thowong atau nini thowok ini dibuat dari siwur atau gayung dari batok kelapa sebagai kepalanya, dan untuk badannya digunakan icir atau bubu perangkap ikan yang terbuat dari anyaman bambu. Keseluruhan boneka dibalut dengan pakaian adat berupa kain, kebaya, selendang sampur dan stagen.
Bagian wajah dicat warna putih dan dilukis hingga menjadi wajah gadis cantik, karena memang permainan dari Jogja ini melambangkan sosok gadis yang sangat cantik. Nini berarti gadis muda, dan thowong adalah penggambaran wajah dan seluruh tubuh yang berwarna putih.
Sebagai aksesoris di bagian kepala digunakan bunga sebagai penghias, dan bunga-bunga ini diambil dari kuburan. Sekilas, boneka nini thowong terlihat biasa saja, tapi sebenarnya memiliki nuansa mistis yang kental dan mengerikan.
Boneka Nini Thowong
Seperti jelangkung, permainan ini juga dipimpin oleh orang yang disebut pawang. Dan sebelum permainan dimulai, maka boneka nini thowong ini akan dibawa ke kuburan, lalu dilakukan ritual pembakaran kemenyan, pemberian sesajen dan pembacaan mantra. Sesajennya berupa kembang, minyak wangi, kemenyan, uang logam, dan pisang raja.
Setelah ritual pemanggilan di kuburan itu, maka biasanya makhluk gaib akan mengisi boneka itu. Barulah kemudian boneka nini thowong akan digendong dan diarak kembali ke lokasi yang akan digunakan untuk memainkannya sambil dinyanyikan tembang boyong. "Ayo mupu bocah bajang rambute abang arang"(Mari memelihara anak kerdil yang rambutnya merah dan jarang). Begitulah sepenggal lirik tembang bojong tadi
Sampai di lokasi permainan, sudah tersedia sesajen sama seperti yang tadi dipakai ritual di kuburan, ditambah seperangkat alat musik tradisional berupa gamelan sebagai iringan musik. Butuh empat atau lima orang perempuan untuk memegang boneka ini dibagian bawah atau kakinya. Kemudian sang dalang membaca mantra pemanggil makhluk halus.

Ritual nini Thowong
Lalu alat musikpun mulai dimainkan, dan boneka nini thowong akan bergerak sendiri tak terkendali, seakan menari mengikuti irama musik yang mengiringi. Lagu-lagu pengiring yang biasanya dimainkan adalah lagu boyong, lagu bageya, dan ilir-ilir.
Sebenarnya boneka nini thowong sudah ada sejak zaman Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senapati, dan waktu itu disebut Tothok Kerot, tothok sendiri mempunyai arti batok kelapa yang keras, mengacu kepada bahan yang digunakan untuk pembuatan boneka ini.
Pada jaman dulu, ritual nini thowong ini adalah semacam upacara ritual untuk memanggil hujan, pengobatan, pesugihan, atau mencari barang yang hilang. Namun, seiring perkembangan jaman, ritual nini thowong sekarang ini telah bergeser menjadi suatu pertunjukan karya seni dan tarian yang tentunya masih sarat akan unsur magis.
Source 1 - Source2
Bagian wajah dicat warna putih dan dilukis hingga menjadi wajah gadis cantik, karena memang permainan dari Jogja ini melambangkan sosok gadis yang sangat cantik. Nini berarti gadis muda, dan thowong adalah penggambaran wajah dan seluruh tubuh yang berwarna putih.
Sebagai aksesoris di bagian kepala digunakan bunga sebagai penghias, dan bunga-bunga ini diambil dari kuburan. Sekilas, boneka nini thowong terlihat biasa saja, tapi sebenarnya memiliki nuansa mistis yang kental dan mengerikan.
Konten Sensitif

Boneka Nini Thowong
Seperti jelangkung, permainan ini juga dipimpin oleh orang yang disebut pawang. Dan sebelum permainan dimulai, maka boneka nini thowong ini akan dibawa ke kuburan, lalu dilakukan ritual pembakaran kemenyan, pemberian sesajen dan pembacaan mantra. Sesajennya berupa kembang, minyak wangi, kemenyan, uang logam, dan pisang raja.
Setelah ritual pemanggilan di kuburan itu, maka biasanya makhluk gaib akan mengisi boneka itu. Barulah kemudian boneka nini thowong akan digendong dan diarak kembali ke lokasi yang akan digunakan untuk memainkannya sambil dinyanyikan tembang boyong. "Ayo mupu bocah bajang rambute abang arang"(Mari memelihara anak kerdil yang rambutnya merah dan jarang). Begitulah sepenggal lirik tembang bojong tadi
Sampai di lokasi permainan, sudah tersedia sesajen sama seperti yang tadi dipakai ritual di kuburan, ditambah seperangkat alat musik tradisional berupa gamelan sebagai iringan musik. Butuh empat atau lima orang perempuan untuk memegang boneka ini dibagian bawah atau kakinya. Kemudian sang dalang membaca mantra pemanggil makhluk halus.

Ritual nini Thowong
Lalu alat musikpun mulai dimainkan, dan boneka nini thowong akan bergerak sendiri tak terkendali, seakan menari mengikuti irama musik yang mengiringi. Lagu-lagu pengiring yang biasanya dimainkan adalah lagu boyong, lagu bageya, dan ilir-ilir.
Sebenarnya boneka nini thowong sudah ada sejak zaman Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senapati, dan waktu itu disebut Tothok Kerot, tothok sendiri mempunyai arti batok kelapa yang keras, mengacu kepada bahan yang digunakan untuk pembuatan boneka ini.
Pada jaman dulu, ritual nini thowong ini adalah semacam upacara ritual untuk memanggil hujan, pengobatan, pesugihan, atau mencari barang yang hilang. Namun, seiring perkembangan jaman, ritual nini thowong sekarang ini telah bergeser menjadi suatu pertunjukan karya seni dan tarian yang tentunya masih sarat akan unsur magis.
Source 1 - Source2
Quote:
BAMBU GILA
Permainan ini berasal dari Maluku, dan oleh masyarakat setempat disebut sebagai Buluh Gilaatau Bara Suwen. Berbeda dengan jelangkung ataupun nini thowong, ritual Bambu Gila tidak memakai media boneka, tapi memakai potongan bambu utuh. Permainan dipimpin oleh seorang pawang dan dibutuhkan minimal tujuh orang untuk memegang bambu.

Bambu Gila
Syarat dalam ritual permainan ini adalah menyiapkan sebatang bambu suanggi utuh yang memiliki panjang sekitar 2,5 meter dengan diameter sekitar 8 sentimeter. Proses memilih dan memotong bambu tidak sembarangan, sang pawang harus meminta izin terlebih dahulu pada roh yang menghuni hutan tersebut.
Setelah permintaan ijin dilakukan, masih harus dilanjutkan dengan suatu upacara ritual khusus untuk pemotongan oleh yang dipimpin Tetua. Baru kemudian bambu dipotong, dibersihkan dan dicuci dengan minyak kelapa, kemudian dihiasi dengan kain pada setiap ujungnya.
Selesai dengan semua ritual pemotongan, maka bambu akan dibawa ke tempat memainkannya. Butuh minimal tujuh orang untuk memegang bambu itu, dan jumlah pemegang harus ganjil, mulai dari tujuh, sembilan atau sebelas orang dan seterusnya. Masih harus ada syarat lain yaitu alat-alat musik tradisional Maluku seperti tifa, genderang dan gong, sebagai musik yang mengiringi ritual Bambu Gila.
Sang pawang akan membakar kemenyan di dalam batok kelapa, asap kemenyan ini akan dihembuskan ke arah bambu tadi. Kadang sang pawang juga menggunakan jahe yang dikunyah dan disemburkan ke bambu tadi. Kemenyan dan jahe ini berfungsi sebagai 'undangan' pada makhluk gaib agar datang dan menempati bambu. Sambil membakar kemenyan dan mengunyah jahe, sang pawang membaca mantra:
Mantra bait kedua diucapkan kalau sang pawang beragama muslim, dan kalau sang pawang beragama lain, maka mantra pada bait kedua akan diubah sesuai dengan agama keyakinan sang pawang. Setelah mengucapkan mantra itu, maka sang pawang akan meneriakkan mantra sebanyak tiga kali :
Mantra diulang sampai tiga kali, alat musik pun dimainkan, saat itulah bambu yang dipegang minimal tujuh orang itu akan bergerak sendiri tanpa terkendali. Seakan ada suatu kekuatan dahsyat yang menggerakkannya, bahkan kadang tujuh orang yang memeganginya pun tidak kuat menahan bambu yang memberontak sangat kuat itu.

Ritual Bambu Gila
Gerakan bambu mengikuti irama musik, semakin cepat alunan musik, makin cepat dan kuat pula gerakan bambu itu. Atraksi Bambu Gila baru akan berakhir dengan jatuh pingsannya para pemain di arena pertunjukan. Kekuatan mistis Bambu Gila juga tidak akan hilang begitu saja sebelum diberi makan api melalui kertas yang dibakar oleh sang pawang dan didekatkan pada bambu tadi.
Zaman dulu, ritual Bambu Gila digunakan dalam acara pemindahan dan penarikan kapal, agar proses pemindahan kapal itu jadi lebih mudah. Selain itu, pada masa peperangan, Bambu Gila digunakan untuk melawan musuh. Masyarakat Maluku juga menjadikan Bambu Gila sebagai bagian spiritual.
Kini, Bambu Gila dimainkan dalam upacara adat seperti pernikahan, selain dalam pertunjukan, sebagai atraksi untuk menarik turis. Bambu Gila saat ini merupakan sebuah kesenian tradisional warisan nenek moyang yang masih mengandung unsur mistis.
Source 1- Source 2

Bambu Gila
Syarat dalam ritual permainan ini adalah menyiapkan sebatang bambu suanggi utuh yang memiliki panjang sekitar 2,5 meter dengan diameter sekitar 8 sentimeter. Proses memilih dan memotong bambu tidak sembarangan, sang pawang harus meminta izin terlebih dahulu pada roh yang menghuni hutan tersebut.
Setelah permintaan ijin dilakukan, masih harus dilanjutkan dengan suatu upacara ritual khusus untuk pemotongan oleh yang dipimpin Tetua. Baru kemudian bambu dipotong, dibersihkan dan dicuci dengan minyak kelapa, kemudian dihiasi dengan kain pada setiap ujungnya.
Selesai dengan semua ritual pemotongan, maka bambu akan dibawa ke tempat memainkannya. Butuh minimal tujuh orang untuk memegang bambu itu, dan jumlah pemegang harus ganjil, mulai dari tujuh, sembilan atau sebelas orang dan seterusnya. Masih harus ada syarat lain yaitu alat-alat musik tradisional Maluku seperti tifa, genderang dan gong, sebagai musik yang mengiringi ritual Bambu Gila.
Sang pawang akan membakar kemenyan di dalam batok kelapa, asap kemenyan ini akan dihembuskan ke arah bambu tadi. Kadang sang pawang juga menggunakan jahe yang dikunyah dan disemburkan ke bambu tadi. Kemenyan dan jahe ini berfungsi sebagai 'undangan' pada makhluk gaib agar datang dan menempati bambu. Sambil membakar kemenyan dan mengunyah jahe, sang pawang membaca mantra:
Au Upu Mateane, Au Wupu Tuhinane
(kalian leluhur laki-laki dan perempuan)
Imoi lou Imoi Laha
(pergilah ke arah laut dan darat)
Imi Apa Jin-Jin 150 Malaikat
(panggilah jin-jin 150 malaikat)
Ale Imi Bantu You
(kalian mari membantu saya)
Berkat La Ila Hailala
(Berkat Allah)
Berkat Muhammad Razul Allah
(Berkat Muhammad Rasul Allah)
Berkat Upu Acan Bisa Mustajab
(Berkat Penguasa Bambu gila)
(kalian leluhur laki-laki dan perempuan)
Imoi lou Imoi Laha
(pergilah ke arah laut dan darat)
Imi Apa Jin-Jin 150 Malaikat
(panggilah jin-jin 150 malaikat)
Ale Imi Bantu You
(kalian mari membantu saya)
Berkat La Ila Hailala
(Berkat Allah)
Berkat Muhammad Razul Allah
(Berkat Muhammad Rasul Allah)
Berkat Upu Acan Bisa Mustajab
(Berkat Penguasa Bambu gila)
Mantra bait kedua diucapkan kalau sang pawang beragama muslim, dan kalau sang pawang beragama lain, maka mantra pada bait kedua akan diubah sesuai dengan agama keyakinan sang pawang. Setelah mengucapkan mantra itu, maka sang pawang akan meneriakkan mantra sebanyak tiga kali :
Ute Mamanu Imi Mamanu!
(bambu gila orang gila!)
(bambu gila orang gila!)
Mantra diulang sampai tiga kali, alat musik pun dimainkan, saat itulah bambu yang dipegang minimal tujuh orang itu akan bergerak sendiri tanpa terkendali. Seakan ada suatu kekuatan dahsyat yang menggerakkannya, bahkan kadang tujuh orang yang memeganginya pun tidak kuat menahan bambu yang memberontak sangat kuat itu.

Ritual Bambu Gila
Gerakan bambu mengikuti irama musik, semakin cepat alunan musik, makin cepat dan kuat pula gerakan bambu itu. Atraksi Bambu Gila baru akan berakhir dengan jatuh pingsannya para pemain di arena pertunjukan. Kekuatan mistis Bambu Gila juga tidak akan hilang begitu saja sebelum diberi makan api melalui kertas yang dibakar oleh sang pawang dan didekatkan pada bambu tadi.
Zaman dulu, ritual Bambu Gila digunakan dalam acara pemindahan dan penarikan kapal, agar proses pemindahan kapal itu jadi lebih mudah. Selain itu, pada masa peperangan, Bambu Gila digunakan untuk melawan musuh. Masyarakat Maluku juga menjadikan Bambu Gila sebagai bagian spiritual.
Kini, Bambu Gila dimainkan dalam upacara adat seperti pernikahan, selain dalam pertunjukan, sebagai atraksi untuk menarik turis. Bambu Gila saat ini merupakan sebuah kesenian tradisional warisan nenek moyang yang masih mengandung unsur mistis.
Source 1- Source 2
Semua permainan di atas adalah warisan turun temurun. Bukan sisi magis dan mistisnya yang mau ditonjolkan disini, tapi semua permainan tersebut adalah tradisi yang sarat akan karya seni dan petuah, warisan sejak jaman dulu yang sudah mulai pudar, hingga perlu dilestarikan agar tidak hilang dari tradisi kita.
Demikian, sedikit permainan yang melibatkan makhluk gaib yang berhasil TS rangkum. Sebenarnya masih ada banyak lagi permainan seperti di atas yang tentunya tidak bisa dibahas satu persatu disini. Jika di daerah agan dan sista ada permainan semacam ini, maka berbagi cerita dengan menulis komen di bawah tentunya akan menambah wawasan bagi kita semua. Sekian dan terima kasih..






david.smkds1061 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
11.2K
Kutip
159
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan