Kaskus

Entertainment

NegaraTerbaruAvatar border
TS
NegaraTerbaru
Polemik Wayang Dibayangi Konflik Etno-Reliji Sunda dan Jawa
Spoiler for Ilustrasi wayang golek:


Spoiler for Video:



Indonesia adalah negara dengan 1.128 suku yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau. Keberagaman ini menjadikan Indonesia salah satu negara dengan budaya paling kaya. Namun di sisi lain, keberagaman juga dapat memicu konflik bila tak dijembatani dengan baik.

Tentu kita semua ingat dengan Tragedi Sampit, Konflik Maluku, atau Konflik 1998. Konflik yang tak hanya menelan korban materi namun juga menghilangkan nyawa. Semuanya adalah konflik yang bersumber karena perbedaan budaya.

Oleh karena itu, agar konflik budaya seperti itu tidak terjadi lagi, maka pemerintah harus bisa menjembatani. Jangan sampai konflik horizontal kembali menimpa. Apalagi jika konflik tersebut berkaitan dengan budaya dua suku besar di Indonesia, yakni Jawa dan Sunda.

Tapi yang terjadi justru kebalikannya. Pemerintah, aparat, beserta kelompok ‘pro keragaman’ seolah-olah menginginkan konflik itu terjadi. Seolah-olah, entah karena kekurangan wawasan, mereka malah mendorong agar konflik horizontal antara suku Jawa dan Sunda terjadi.

Semuanya sebenarnya bermula dari hal sepele, yakni seorang ustaz bernama Khalid Basalamah yang mengutarakan pendapatnya di suatu forum tentang wayang. Menurut Khalid Basalamah berdasarkan pengetahuannya, wayang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Seandainya ada dalang yang ingin tobat maka ia menyarankan agar memusnahkan wayang-wayangnya itu.

Dari sini kita bisa simpulkan bahwa Basalamah tidak pernah memaksa seseorang untuk berhenti menggeluti wayang. Itulah mengapa ia menyampaikan klarifikasi sekaligus permohonan maaf atas pernyataannya tentang wayang itu.

Tapi pendapat Basalamah tentang wayang malah diserang beberapa pihak terutama oleh pihak ‘pro keragaman’ sejenis Eko Kuntadhi dan kelompok BuzzeRp-nya. Adapun Eko menyebut Khalid sebagai penceramah aliran wahabi yang kerap mengharamkan sesuatu. Termasuk budaya lokal.

Tak hanya kelompok BuzzeRp, sekelas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pun ikut merespon ceramah Khalid Basalamah soal wayang. Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris menyebut, Ustaz Khalid sebagai Ustad Wahabi.

Dia mengatakan, ceramah seperti yang disampaikan Ustaz Khalid perlu dibantah dengan dali-dalil Alquran. Irfan kemudian menyindir Ustaz Khalid. Dia mengatakan bahwa apakah perlu wayang dibuat menyerupai seseorang yang Islami, seperti berjenggot dan bergamis.

“Apakah wayang-wayang itu harus tampil dengan ustad Wahabi sehingga tidak dibakar lagi. Buat wayang yang pakai jenggot, buat wayang yang hangus jidatnya, buat wayang yang pakai cingkrang agar mereka bisa bersahabat,” sindir Irfan.

Irfan mengatakan bahwa wayang ada dasar dalilnya. Sehingga para Wali Songo menjadikannya sebagai sarana dakwah untuk menyiarkan Islam di Nusantara.

Khalid Basalamah bahkan dipolisikan. Diketahui walau sudah menyampaikan klarifikasi sekaligus permohonan maaf atas ceramahnya tentang wayang, Khalid Basalamah tetap dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh Sandy Tumiwa. Laporan itu secara resmi tercatat tanggal 17 Februari lalu.

Banyak pihak yang menyayangkan pelaporan Ustaz Khalid ke Bareskrim Polri. Salah satunya datang dari tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Umar Sadat Hasibuan atau Gus Umar. Lewat akun twitternya, Gus Umar mengunggah potongan video ceramah KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha tentang wayang.

Sebagai informasi, Gus Baha merupakan salah satu dari calon Ketua Umum NU pada Muktamar NU tahun lalu.

Dalam video berdurasi 2 menit 20 detik, Gus Baha mengungkap fakta mengejutkan tentang wayang. Menurut Gus Baha, ternyata wayang sudah diharamkan sejak jaman Wali Songo.

Gus Baha menjelaskan bahwa Sunan Giri menyatakan bahwa wayang haram. Pada zaman itu, belum ada wayang kulit, yang ada hanya wayang tenghul yang berbentuk patung menyerupai makhluk hidup.

“Sunan Kalijaga itu saking inginnya berdakwah, sampai membuat wayang thengul, itu wayang berbentuk orang. Sunan Giri tidak terima, haram hukumnya membuat patung. Kalau membuat patung, nanti di akhirat disuruh berikan nyawa,” kata Gus Baha.

Gus Baha mengatakan, pada awal masuk Islam di Nusantara, hanya ada wayang teghul yang dilarang dalam Islam sebab berbentuk patung. Saat itu, Sunan Kalijaga agak tidak tahu hukum Islam karena ia merupakan mantan preman yang jadi wali. Akhirnya percekcokan itu ditengahi oleh Sunan Kudus yang lebih alim.

Wayang lantas ditipiskan menjadi wayang kulit. Sebab jika rata seperti kulit, sudah tidak memungkinkan untuk diisi nyawa lagi.

Sumber : Pikiran Rakyat[Laporkan Ustadz Khalid ke Polisi atas Ceramah Wayang, Sandy Tumiwa Perlu Dengar Ceramah Gus Baha]
Sumber : Fajar [Khalid Basalamah Bilang Wayang Dilarang dalam Islam, Eko Kuntadhi: Penceramah Wahabi Ini Selalu Sudutkan Budaya Lokal]
Sumber : Fajar [Ustaz Khalid Basalamah Haramkan Wayang, BNPT: Apakah Wayang Harus Tampil Pakai Jenggot dan Jidat Hangus]

Dari paparan ceramah Gus Baha, maka kita ketahui bahwa Sunan Giri yang hidup pada tahun 1442 masehi atau hampir 300 tahun sebelum gerakan Wahabi muncul di Arab Saudi pada abad ke-18, sudah mengharamkan wayang berbentuk patung (wayang teghul). Gus Baha menjelaskan perdebatan soal wayang teghul haram dengan Sunan Kalijaga sehingga melahirkan wayang kulit yang diperbolehkan.

Lantas bagaimana dengan Wayang Golek yang berbentuk manusia utuh? Ceramah Gus Baha membuka mata kita semua bahwa dari sisi historis masuknya Islam ke Indonesia, khususnya jika merujuk posisi Sunan Giri, maka dapat dimaknai wayang golek yang lekat dengan budaya Sunda merupakan budaya yang haram, sedangkan wayang kulit yang lekat dengan budaya Jawa adalah budaya yang tidak haram.

Lebih uniknya lagi, Gus Baha menjelaskan bahwa Sunan Kalijaga agak tidak tahu hukum (Islam) soal wayang Teghul/Golek karena merupakan mantan preman jadi wali. Dengan kata lain, Gus Baha sedang mengatakan : BuzzeRp berlagak preman tak tahu hukum agama Islam, sok tahu dengan pernyataan mereka soal ajaran Wahabi teroris melabeli wayang haram. Padahal Sunan Giri yang lahir sekitar 300 tahun sebelum kemunculan Gerakan Wahabi sudah mengharamkan wayang yang berwujud patung, atau di masa kini dapat diklasifikasikan sebagai Wayang Golek.

Di sinilah mengapa polemik terkait wayang ini harus disikapi dengan bijak oleh pemerintah maupun aparat. Jika polemik ini terus berkembang, yang ada hanya akan menghasilkan konflik horizontal terkait budaya antara suku Jawa dengan suku Sunda. Di mana seyogyanya berdasarkan hukum Islam yang dipaparkan Gus Baha dengan merujuk pada Sunan Giri, wayang kulit khas Jawa dibolehkan dalam Islam, sementara wayang golek milik suku Sunda yang berbentuk patung manusia adalah haram.

Jika Khalid Basalamah yang tidak pernah menyatakan wayang sebagai haram lalu dipolisikan, maka Gus Baha pun bisa saja dipolisikan oleh suku Sunda. Padahal, polemik wayang ini seharusnya tetap berada di ruang diskusi, diskursus, dan dialog publik, bukan masuk ranah hukum.

Buktinya, tidak banyak yang tahu kalau Sunan Giri bahkan sudah mengharamkan wayang berwujud patung 3 abad sebelum Wahabi lahir. Bahkan, banyak yang jumawa dan over konfidens menyatakan wayang digunakan walisongo untuk menyebarkan Islam di Indonesia, tanpa mengetahui adanya historis pengharaman wayang patung sebagai pemicu lahirnya wayang kulit

Artinya, ada kekeliruan fatal dari mereka yang mengkritisi dan terburu-buru mempolisikan Khalid Basalamah. Bukankah situasi ini seharusnya menjadi ruang kontemplasi dan introspeksi bagi semua pihak?

Bibit-bibit konflik seperti inilah yang agaknya tidak dipikirkan oleh pemerintah dan aparat dalam mempersoalkan ceramah Khalid Basalamah soal wayang. Jika model kriminalisasi opini seperti ini yang dikedepankan, maka hanya persoalan waktu hingga pemerintah dan aparat terjebak dalam situasi saling melapor, dimana Khalid Basalamah bisa memidanakan Gus Miftah, kemudian suku Sunda bisa memidanakan Gus Baha. Skenario terburuknya, akan menghasilkan konflik horizontal antara pemilik budaya Wayang Golek (Sunda) yang diklasifikasikan haram, dengan pemilik budaya Wayang Kulit (Jawa) yang diklasifikasikan tidak haram.

Semuanya terjadi karena BuzzeRp yang sotoy dan keliru namun enggan introspeksi, apalagi minta maaf, ditambah blunder Bareskrim Polri dan BNPT yang terburu-buru menghakimi bukan dengan fakta, melainkan menghakimi dengan opini yang keliru pula.

Celaka Tiga Belas.



Diubah oleh NegaraTerbaru 23-02-2022 21:50
hendrixakbarAvatar border
ayuritmalinaAvatar border
j0rjiAvatar border
j0rji dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.2K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan