Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Hai, Apa Kabar (Sajak Monolog #4)
Hai, Apa Kabar (Sajak Monolog #4)



Hai, apa kabar...
Hujan deras malam ini tak pernah mau berhenti.
Dia mengguyur, tak mau lepas dari gerak daun-daun basah yang melambai. Lalu ku bangunkan badan, bergerak bangkit dari peraduan. Dingin memang, tapi tak ku hirau. Deras itu kemudian berubah rintik. Pekik petir langit sesekali menyambar, mencairkan kekakuan malam yang lekat dengan lekang. Begitulah, ku deskripsikan rinci suasananya.

Hai, apa kabar....
Sudah beberapa masa terlewat, tanpa sepatah kata yang keluar dari kedua mulut kita, yang dulu seakan tak pernah mau berhenti berkata-kata. Aku tahu rasanya terlalu dini jika saat ini kuanggap kau melupakan semua hal yang sudah sama-sama kita bangun dulu.
Juga terlalu naif jika aku berpikir semua akan selesai tanpa akhir yang baik. Sebab aku percaya, meski tinggal sedikit saja, namun asa itu masih ada.
Meski sulit ku gambarkan suasana batinmu saat ini yang mungkin sudah mulai pulih, sudah mulai beralih.

Hai, apa kabar...
Sesulit pertama kali memintamu untuk bersama, keadaan itu kini sama. Kendati waktu merobohkan dinding-dinding kokoh yang berusaha ku bangun dengan susah payah, aku percaya masih ada sisa-sisa tenaga untuk membuatku bangkit. Mungkin ini kegilaan, atau dorongan emosi sesaat saja. Bahwa aku khilaf, iya. Memang benar. Tapi tak bisakah sejanak kita menepikan ego untuk sebuah renungan kecil. Tak perlu melakukan apapun, hanya merenung saja. Sudah cukup.

Hai, apa kabar...
Tanpa bermaksud merendakan harkat dan martabatku, tapi jujur aku rindu. Bukan untuk memelukmu lagi seperti dulu. Atau mengecup keningmu yang basah oleh keringat di tiap waktu. Tenang saja, aku mulai kuat berbicara dengan bayang-bayangmu, bayang-bayang masa lalu kita. Saat badai kencang itu belum datang, saat masa depan masih luas terbentang. Aku tak bermaksud mengajakmu bernostalgia dengan romantisme silam yang manis itu, aku rasa saat itu terlalu banyak delusi yang kita cipta bersama. Dan lucunya, aku mengamini sesuatu yang tak sepantasnya ku amini. Sesuatu yang bukan Tuhan maksudkan untuk aku, tapi untuk seseorang yang entah siapa pun itu, aku juga tak mengerti.

Hai, apa kabar...
Kesepian di hening-hening malam itu, sakit menghujam. Ku kira kau adalah rumah besar yang hendak ku tuju jika letih menyapa dan saat pulang menjelang. Ku kira kau adalah pelangi yang bakal mengakhiri guruh dan awan hitam yang melangit. Ku kira kau alasan untuk tersenyum selebar dunia meski keringat membasahiku sebab perjuangan untuk naik mencapai puncak yang lebih tinggi. Ternyata itu fatamorgana yang semu. Aku lalai mengatur rasa, hanya terpikat pada asa yang hanya berujung putus asa. Harapanku setinggi awan itu senantiasa ku haturkan pada tiap bulir-bulir air mata yang makin deras menyapu kedua belah pipiku. Lirih aku bersimpuh, luruh aku membiru.

Hai, apa kabar...
Entah esok Tuhan masih mengijinkan ku melihat matahari atau tidak, ku harap masa depanmu nanti secerah langit sehabis pelangi, sesejuk udara saat fajar baru menyingsing, seluas samudra yang mengambang jauh dan semurni bulir-bulir hujan yang turun malam ini. Segala tentangmu yang tersimpan di benakku hanyalah keindahan dan keunikan. Sesosok manusia rumit yang tak pernah bisa ku pecahkan teka-teki nya.

(====) (====) (====)
marwangroove920Avatar border
bukhoriganAvatar border
spay21Avatar border
spay21 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
736
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan