Kaskus

Entertainment

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Fenomena! Rintihan Di Balik Gemerlapnya Jakarta International Stadium
Fenomena! Rintihan Di Balik Gemerlapnya Jakarta International Stadium

Fenomena! Rintihan Di Balik Gemerlapnya Jakarta International Stadium

Jakarta International Stadium, ikon baru kota Jakarta dan simbol filosofis kekhasan Betawi, akan segera rampung di bangun. Masyarakat penggila bola kota Jakarta, khususnya Jakarta bagian Utara, tak lama lagi akan menikmati hasil pembangunan ini dan klub bola kebanggan ibukota, Persija Jakarta akan bermarkas di sini. Stadion yang di klaim sebagai salah satu bukti nyata keberhasilan gubernur DKI, Anis Rasyid Baswedan ini rencananya akan di resmikan pada April 2022 mendatang. Kemegahan, mimpi soal reputasi dan pesan-pesan manis yang menjajikan sejuta untung dari stadion berstandar FIFA ini. Namun, apakah proyek JIS sudah sesuai dengan pesan-pesan manis itu dan sudah memerdekakan warga sekitar termasuk mereka masyarakat Betawi asli? Berikut ulasan selengkapnya!

Masyarakat kampung Bambuan yang merasakan langsung dampak dari pembangunan stadion Internasional Jakarta ini, adalah masyarakat yang sudah puluhan tahun mendiami lokasi ini. Mereka semua harus merasakan kehilangan akibat penggusuran untuk pekerjaan proyek JIS. Sebagai contoh, Tim Asumsi dalam Chanel Youtube Asumsi, menayangkan liputannya yang menggambarkan kondisi warga yang sangat memprihatinkan.

Pak Ayong misalnya, warga asli kampung Bambuan, orang Betawi asli. Beliau adalah salah satu warga yang sudah sangat lama mendiami kampung Bambuan. Pak Ayong mulai tinggal dan bermukim di kampung Bambuan sejak tahun 1981 dan menyaksikan banyak sekali perubahan yang signifikan terjadi akibat arus pembangunan ibukota yang tidak bisa di hindari. " Ya kita protes lah. Masak gituan (Stadion JIS) di bikinin warganya sengsara. Gitu aja intinya " Jelas pak Ayong. Pak Ayong juga menjelaskan tentang kondisi kampung bambu dahulu. " Di sini dulu banyak bambu, selalu ada tukang bambu, jadi di namakan kampung Bambuan. Cuman pindah-pindah. Dulu pernah gusuran di dalam situ di BMW akhirnya kita di sini udah lama, sebelum 2005 juga udah ada di sini sebenarnya. Kenangan kita udah lupa semua deh tuh. Di sini orang kerjaannya macam-macam, serabutan, kuli lah pokoknya " Ungkap lelaki paruh baya ini.

Lain lagi Basaruddin, warga kampung Bambuan lainnya, seorang perantau dari Makassar, Sulawesi Selatan yang oleh masyarakat sekitar di panggil "Daeng" ini. Dia sejak tahun 1967 telah tinggal dan menetap di Tanjung Priok dan sejak kecil telah bekerja di pelabuhan Tanjung Priok sebagai pemulung yang mengumpulkan plastik. Dia kemudian pindah ke kampung Bambuan sejak tahun 2005. Dengan adanya penggusuran untuk proyek JIS tersebut, nasib Basaruddin dan kepala keluarga lain di sana menjadi tidak pasti. Dia sudah berupaya mencari keadilan dengan mengadukan nasibnya ke berbagai pihak diantaranya PT KAI dan Jakpro yang menjadi pelaksana proyek pembangunan JIS, namun sampai saat ini belum ada satu mendapatkan jawaban akan kepastian nasib mereka kedepannya. Dia melanjutkan, bahwa pihak Pemerintah Kelurahan juga sempat datang untuk memeriksa dan memberikan tanda berupa nomor-nomor kepada setiap bangunan yang berdiri di sana. Namun, menurut penuturan Basaruddin, mereka tidak pernah mendapat penjelasan untuk apa hal tersebut di lakukan dan mereka hanya di suruh untuk menandatangi surat yang isinya tidak mereka ketahui. " Jelasin dong buat rakyat kecil ini mau kemana larinya, jangan bikin orang susah. Tapi sampai saat ini, masih bungkam semua pak, belum jelas sama sekali bang" tukas Basaruddin.

Sejak beberapa bulan belakangan, kampung Bambu juga kedatangan sejumlah warga pindahan dari kampung Bayam yang lebih dulu di gusur oleh proyek pembangunan stadion. Kampung Bayam terletak di kelurahan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara dan menurut data Jakpro ada 642 kepala keluarga tinggal di lahan seluas satu hektar itu. Ratusan kepala keluarga meninggalkan kampung Bayam sejak penggusuran yang di mulai Agustus 2020 lalu. Mereka lalu menyebar ke berbagai tempat, termasuk menyeberang ke kampung Bambu. Jakpro kemudian memberi santunan sebesar Rp. 28 juta - Rp. 40 juta untuk warga dengan kepemilikan bangunan, sementara yang berstatus kontrakan hanya di bayar Rp. 4 juta - Rp. 6 juta setiap kepala keluarga dan di berikan secara bertahap. Hingga pertengahan 2021, tinggal tersisa 50 kepala keluarga yang bertahan, yang mana mereka adalah kelompok Agrowisata Edutainment, kampung Bayam Madani. Proses betonisasi ini di rasakan sangat berat bagi mereka yang menggantungkan hidupnya dari bertani. Salah satu warga yang sangat merasakan dampak dari pembangunan ini adalah ibu Kasdiyah.

Nasib ibu Kasdiyah bisa di bilang yang paling memprihatinkan di antara warga lainnya. Dia adalah penduduk awal kampung Bayam yang sudah tinggal di sana sejak tahun 1985 saat kondisi daerah tersebut masih hutan lebat. Dia mengalami dua kali penggusuran sejak saat pertama kali tinggal di sana dan menyebabkan dia kehilangan lokasi untuk tempat tinggal dan akhirnya memutuskan untuk mengontrak. Ibu Kasdiyah menjalani aktivitas sehari-hari dengan menanam bayam, beternak kambing dan membuat kolam ikan yang hasilnya di bagi-bagi untuk para tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dia harus menjalani profesi sebagai pemulung dan berdagang. Kondisi kehidupannya kemudian berubah drastis saat penggusuran untuk proyek JIS berlangsung. Sungguh malang, ibu Kasdiyah hanya mendapatkan ganti rugi sebesar Rp. 6 juta saja dan untuk tanaman yang di tanam di bekas lahan pertaniannya, dia tidak mendapatkan penggantian sama sekali. " Saya nggak nuntut tanah, nuntut keringat saya gak di bayar. Cuman asli kontrakan, 6 juta (Rupiah), udah nggak ada lagi" ungkapnya. Uang tersebut habis di gunakan untuk biaya sekolah anaknya yang baru lulus STM dan hanya tinggal tersisa 1 juta Rupiah saja untuk simpanan. Sementara di sisi lain, ibu Kasdiyah harus membayar utang-utangnya yang sudah lama menunggak dan harus berjuang untuk kelangsungan hidupnya selanjutnya.
Dari gambaran di atas, jelaslah bahwa pembangunan Jakarta Internationa Stadium yang megah dan menjanjikan banyak hal yang mendukung pertumbuhan ekonomi warga Jakarta itu, ternyata di rasakan sebaliknya oleh masyarakat sekitar. Memang, dalam proses pembangunan akan ada pihak-pihak tertentu yang akan merasakan dampak negatifnya. Dan yang paling besar mendapatkan andil tersebut sayangnya, adalah (lagi-lagi) masyarakat kecil pinggiran yang tidak berdaya melawan arus kemajuan kota Jakarta yang entah untuk siapa manfaatnya.

(====)

Sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Stadio...sional_Jakarta
marwangroove920Avatar border
marwangroove920 memberi reputasi
1
1K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan