Kaskus

Entertainment

albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Habib Ja'far Yang Humanis dan Seruan "Jihad Algoritmatik" Nya
Habib Ja'far Yang Humanis dan Seruan "Jihad Algoritmatik" Nya

Habib Ja'far Yang Humanis dan Seruan "Jihad Algoritmatik" Nya

Habib Husein Ja'far Al Haddar, demikian nama lengkapnya adalah seorang da'i sekaligus habaib muda asal Bondowoso, Jawa Timur yang terkenal humanis dan moderat dalam menyampaikan syiar Islam. Selain penampilannya yang melawan streotype kalangan "Habib" pada umumnya, metode dakwah yang dia gunakan juga termasuk dalam kategori tidak populer di kalangan para pendakwah dan ulama Islam. Betapa tidak, selain segmentasi dakwahnya yang lebih menyasar kepada kaum milenial dan generasi kekian, dia juga memilih platform media sosial dan podcast sebagai sarana dalam mempopulerkan dan memberikan pemahaman yang benar terhadap Islam. Tidak hanya sampai di situ, bahkan teman-teman sepergaulannya pun kebanyakan bukan dari kalangan ulama atau intelekual Islam, tetapi lebih banyak dengan kalangan selebritis, konten kreator sampai Stand Up Komedian atau Komik yang mana hal tersebut tentu saja mengundang kontroversi bagi khalayak ramai, utamanya para netizen. Sebut saja Onad, Coki Pardede, Tretan Muslim, Dedy Corbuzier sampai Pendeta Yerry Patinasarani adalah sederet nama-nama yang sering menghiasi setiap podcast ataupun konten-konten Youtube nya. Bahkan saking humanisnya, dia membuat sebuah chanel edukasi tentang Islam di platform Youtube dengan nama Pemuda Tersesat, yang mana konten tersebut membahas seputar pertanyaan para netizen yang di gelari pemuda tersesat tentang Islam yang tidak mungkin di tanyakan dalam majelis resmi seperti di mesjid atau dalam ceramah-ceramah yang mainstream.

Dalam sebuah kesempatan wawancara bersama Gita Wirjawan, dalam acara podcast bernama Endgame yang di tayangkan oleh chanel Youtube Gita Wirjawan, Habib Ja'far menyampaikan gagasannya mengenai "Jihad Algoritmatik" dalam dunia teknologi.

Menurutnya, di awal-awal kemunculan teknologi informasi, ada harapan ruang digital itu akan menjadi ruang publik yang baru dan sehat di mana orang dapat berbicara dan di berikan ruang yang luas untuk menyampaikan pikiran dan pendapatnya mengenai semua hal tanpa ada tekanan apapun oleh pihak manapun. Namun ternyata pada kenyataannya, setidaknya dalam 10 tahun terakhir ini, kita di hadapkan pada kondisi yang tidak semestinya yang di harapkan. Ruang publik digital misalnya, besar di arahkan oleh para buzzer, bahkan yang lebih moderat oleh Key Opinion Leader (KOL), yakni mereka yang sengaja di pesan oleh beberapa orang atau kelompok, baik itu kelompok bisnis, politik atau agama yang kemudian menggiring opini untuk meyakini kebenaran suatu kelompok tersebut sehingga pembicaraan menjadi tidak lagi sangat natural dan itu adalah suatu ancaman.

Sebagai contoh, lanjutnya lagi, pernah ada seorang ayah yang tidak percaya terhadap adanya wabah Virus Covid 19 hanya karena sebuah tayangan yang di dapatkannya dari media sosial dan anaknya mati-matian menyadarkan ayahnya bahwa itu hoaks tetapi ayahnya tetap saja pada pendiriannya dan lebih dari itu sang ayah bahkan tidak percaya pada vaksin Covid 19 sehingga saat dia sakit karena terpapar Virus Corona akhirnya berakhir dengan meninggal dunia. Ini adalah salah satu contoh bahwa sekarang ini pembicaraan di media sosial menjadi tidak sehat dan toksiknya di mana-mana. Pada akhirnya, saat ini kita di hadapkan pada satu pertanyaan, akan lanjut bermedia sosial atau tidak?. Kalau tidak, akan ada banyak kerugian yang harus kita bayar dan kalau iya, bagaimana polanya?. Itu akan menjadi pertanyaan sekaligus pilihan yang memiliki konsukensinya masing-masing. Ini adalah tantangan bagi kita generasi saat ini, yang mana kita harus menyadari bahwa kita telah beralih dari dunia cetak dan analog ke dunia digital yang begitu cepat.

Tentang jihad algoritmatik yang di tawarkan oleh Habib Ja'far, beliau menggarisbawahi soal kondisi yang sedang terjadi pada sebagian besar publik digital saat ini yaitu tunduk pada algoritma digital, khususnya media sosial yang sudah ada. Bahkan pada titik yang ekstrim, apa yang kemudian di kritik dalam filsafat teknologi yang biasanya mengacu pada karl Marx, bagaimana modernisme secara umum, yang salah satu produk terbarunya adalah digitalisasi ini, mengalineasi manusia dari dirinya sendiri.

Sebagai contoh, lanjut dia, kritik yang besar itu adalah kepada aplikasi TikTok karena betul-betul membuat dunia menjadi absurd tetapi Habib Ja'far tidak mengindarinya bahkan ikut masuk ke dalamnya. Dia melihat, setelah beberapa bulan menjadi TikToker, bahwa ada banyak konten-konten positif di sana tetapi kemudian menjadi tidak populer karena tidak di support secara algoritmatik oleh mereka. Sebaliknya konten-konten yang deskruktif dan tidak edukatif tetapi bersedia mengikuti aturan mereka menjadi populer dan tersupport dengan baik. Untuk melawan fenomena ini, Habib Ja'far berpendapat harus di akali dengan memasukan konten-konten edukatif sesering dan sebanyak mungkin tetapi tunduk pada algoritma yang di bangun oleh platform. Misalnya, mereka punya sound tertentu atau punya sesuatu yang sedang viral dan sedang mereka support, maka kita harus masuk ke dalamnya dengan muatan konten yang terdapat nilai-nilai positif di dalamnya.

" Misalnya, pernah kita videokan diri kita dalam keadaan yang belum rapi, kemudian di taruh kameranya, di injak (di tutup) gitu, kemudian di ambil lagi udah rapi. Nah itu, ketika kita pakai sound (yang sedang di support oleh algoritma TikTok) itu, kemungkinan viralnya tinggi. Akhirnya saya bikin. Saya dalam keadaan (lagi mau sholat), saya bilang, kalau lagi sholat pakaiannya biasa saja, Kemudian di injak (di tutup dan muncul lagi dengan pakaian rapi), kalau lagi ketemu pacar pakaiannya keren. Tuhan mu itu pacarmu atau Tuhan yang maha kuasa itu" jelas Habib seraya menirukan gerak sedang membuat konten TikTok.

Habib Ja'far melanjutkan, bahwa saat ini yang harus di lakukan adalah bukan menyalahkan algoritma atau bahkan menjauhi media sosial, tetapi hal paling bijak yang harus di lakukan adalah berdamai dengan algoritma dalam pengertian memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan konten-konten yang edukatif dan positif, tetapi menyesuaikan dengan pola dan perkembangan yang sudah ada.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Husein...27far_Al_Hadar

marwangroove920Avatar border
marwangroove920 memberi reputasi
1
743
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan