Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

XinHua.NewsAvatar border
TS
XinHua.News
Kisah Sunter, 'Dibuang' Ciputra Lalu Dipungut Agung Podomoro
Sunter Jakarta Utara hari ini adalah daerah yang ramai dengan perumahan, perdagangan hingga pusat industri mobil. Dua ratus tahun silam, ketika pemerintah kolonial Hindia Belanda berkuasa, daerah ini adalah daerah yang sunyi, masih terhitung pinggiran Jakarta. Sunter ada masa lalu juga sempat dicap sebagai tempat 'jin buang anak'.

Seratus limapuhuh tahun silam, Sunter daerah sepi. Ridwan Saidi dalam Jakarta dari Majakatera hingga VOC (2019:56) menceritakan bahwa sekitar 1850, di Bendungan Dempet Sunter, ada kisah seorang bernama Siti Ariah dari Kampung Sawah dirudapaksa dan dibunuh oleh orang jahat.

Lebih dari seratus tahun silam, sekitar tahun 1915, daerah Sunter pernah menjadi lapangan tembak untuk latihan serdadu kolonial. Menurut Rochmah Subroto dalam Oerip Soemohardjo: Letjen jenderal TNI 22 Pebruari 1893 - Nopember 1948 (1973:42), kerbau liar sering berkeliaran di daerah itu.


Ketika Jenderal Soeharto baru saja menjadi Presiden Indonesia pada akhir 1960-an, dalam rencana pembangunan nasional, Sunter tak hendak dijadikan daerah ramai.
Sunter dan beberapa daerah lain di sekitarnya (seperti Kelapa Gading dan Cilincing), menurut buku Pelita I Jakarta Utara, 1 April 1969-31 Maret 1974 (1974) hendak dijadikan daerah pertanian.

Nasib daerah Sunter berubah setelah 1973, ketika perusahaan milik Thong Sit Lim alias Anton Haliman (1926-1999) membangun kawasan perumahan Sunter Agung Podomoro.



Sam Setyautama dalam Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia (2008:431) menyebut kawasan yang dibangun adalah lahan seluas 300 hektare di Sunter di bawah bendera PT Agung Podomoro.

Perusahaan Anton Haliman itu berdiri pada 1973. Selain di Sunter, Anton Haliman juga pernah punya proyek di Senayan City lewat PT Indofica. Anton Haliman, menurut Sam Setyautama, membantu ibunya berdagang sejak muda setelahnya ayahnya dibunuh tentara Jepang.

Setelah berdagang sandang pangan, pada 1964 Anton mulai berbisnis bahan bangunan dan jadi pemborong. Pada 1968 dia membeli 1,5 lahan di Kebayoran Lama dan makin serius di bidang real estate. Setelah Sunter sukses, bisnis Agung Podomoro melebar di bawah anaknya Trihatma Haliman.
Ciputra, seperti dicatat Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Long dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016), pernah ditawari menggarap Sunter oleh Djuhar Sutanto dan Liem Sioe Liong.

"Sunter tidak bagus," kata Ciputra. Kala itu Ciputra merasa Pondok Indah lebih mantap untuk digarap. Liem dkk sepakat Ciputra tak menggarap Sunter dan tetap mendanai Pondok Indah. Tanpa Ciputra, Sunter akhirnya berkembang di tangan Agung Podomoro.
[url]https://www.cnbcindonesia.com/news/20220202093713-4-312185/kisah-sunter-dibuang-ciputra-lalu-dipungut-agung-podomoro [/url]


kisah gan

meooongAvatar border
muhamad.hanif.2Avatar border
samuel.tirtaAvatar border
samuel.tirta dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.1K
12
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan