Kaskus

Entertainment

vizum78Avatar border
TS
vizum78
Mudah Memprovokasi, Mudah Terprovokasi Dan Sulitnya Meminta Maap Bila Ternyata Salah.
Mudah Memprovokasi, Mudah Terprovokasi Dan Sulitnya Meminta Maap Bila Ternyata Salah.

Kasus desa Wadas....

Kasus ini sangat heboh di dunia maya dalam kurun waktu beberapa hari ini.
Berita-berita di media berseliweran dari berbagai sisi terceritakan.

Beberapa oknum langsung tarik gas berkomentar pedas kepada aparat keamanan disana.
Namun perlahan kemudian mulai kasus ini jelas alur ceritanya.
Bahkan beberapa anggota DPR turun ke lapangan tuk melihat kondisi real di lapangan.
Soal yang ini ane salut ke desmond dkk yang cek dan ricek ke lapangan.
Di dalam istilah agama ane, itu namanya tabayyun.Mudah Memprovokasi, Mudah Terprovokasi Dan Sulitnya Meminta Maap Bila Ternyata Salah.

Di masyarakat, yaaa mungkin bukan hanya di Indonesia saja yang beginian bisa terjadi.
Sifat mudah terprovokasi, mudah mencaci, mudah memprovokasi dan mudah melupakan bila ternyata yang mereka baca atau liat hanya dari sebuah kursi di suatu ruangan di rumahnya ataupun di kantornya ternyata misinformasi.

Misinformasi adalah informasi yang memang tidak benar atau tidak akurat, namun orang yang menyebarkannya berkeyakinan bahwa informasi tersebut sahih dan dapat dipercaya.



Ane mencatat sudah banyak kasus semodel beginian sering terjadi di tengah masyarakat.
Padahal dunia sekarang ini semakin canggih teknologinya.
Semakin mudah mendapatkan informasi yang terpercaya.
Namun faktanya kadang punya handphone yang smart tapi yang punya justru tidak smart.

Kasus pemukulan seorang wanita aktifis, kasus dana haji, kasus soal keberangkatan haji yang di tunda dan sebagainya.
Akhirnya setelah terang benderang, kehebohan beberapa kasus tersebut dan beberapa oknum tersebut salah.

Apakah mereka sudah meminta maap kepada yang mereka tuduh dan masyarakat yang termakan ucapan mereka.
Hingga saat ini belum pernah ane dengar dan baca di media berita.

Lucunya lagi, beberapa oknum tersebut bukannya kapok dan lebih bijak melihat kasus yang mungkin sedang terjadi.
Mereka kembali melontarkan komentar yang tendesius lagi tanpa di bareng cek dan ricek kembali kebenaran kasus tersebut.

Terkadang pandangan mata kita sendiri bisa menipu pikiran kita sendiri.
Ingat kebenaranmu belum tentu jadi kebenaran sesungguhnya.emoticon-Cool


Contoh cerita...

Suatu hari si fulan melihat donwori berjalan di depannya sembari bawa arit.
Beberapa jam kemudian, si fulan mendengar bahwa donwori telah melakukan aksi kekerasan menggunakan aritnya pada donjuan.

Mendengar kabar tersebut si fulan yang kebetulan lagi nongkrong di warung kopi langsung bercerita bahwa sebelumnya dia melihat bahwa donwori membawa arit.
Dia curiga bahwa donwori memang ingin menyerang donjuan saat itu kepada orang-orang yang sedang nongkrong di warung kopi tersebut.

Faktanya..

Donwori membawa arit tersebut untuk membersihkan rerumputan di kebunnya.
Sesampainya disana ternyata si donjuan sedang merusak tanaman di kebunnya.
Terjadilah percekcokan di antara mereka.
Hingga akhirnya peristiwa itu terjadi.

Dari contoh kisah di atas tersebut, bisa di simpulkan bahwa terkadang pandangan mata kita bisa menipu pikiran kita.
Taruhlah itu manusiawi.
Namun karena sudah berbicara di ruang publik dan ternyata salah.
Sebagai manusia yang manusiawi harusnya si fulan meminta maap dong kepada donwori dan orang-orang yang ada di warung kopi tersebut.
Akibat tidak cek dan ricek terlebih dahulu duduk perkara sebenarnya.

Namun kenyataaannya oknum-oknum tersebut hingga kini tidak sama sekali terdengar pernah meminta maap.
Perkataan orang-orang tersebut sangat berbeda jauh kualitasnya dengan si fulan yang notabene hanya sipil biasa tanpa punya daya magnet yang kuat bagi seisi kampungnya.

Berbanding terbalik dengan oknum-oknum di real life ini.
Mereka di tengah masyarakat mempunyai status sosial yang sangat di hormati dan terpercaya.

Namun mereka juga manusia yang sangat manusiawi berbuat kesalahan.

Terasa beratkah meminta maap atas kesalahan yang mereka buat karena misinformasi?.

Mengapa sebagian mereka masih tetap eksis di jalan yang salah.
Sebagian mereka ini bak pentol korek.
Sedikit di gesek langsung keluar api.
Langsung berkomentar pedas, seolah-olah dah merasa paling benar perkataannya.
Faktanya justru sebagian dari mereka ini adalah kaum duduk manis alias hanya mendapat informasi dari membaca dan sharean handai taulannya.
Namun berkicau bak seorang prajurit yang ada di garis depan pertempuran.
Bila ternyata salah, mereka justru pura-pura tidak tau-tau akan apa yang mereka ucapkan.
Mudah Memprovokasi, Mudah Terprovokasi Dan Sulitnya Meminta Maap Bila Ternyata Salah.
Lucunya lagi sebagian dari mereka ini luwes keilmuaannya.
Sekolah hingga jenjang pendidikan hampir puncaknya sebuah pendidikan normalnya.

Sungguh membagongkan sekelompok orang-orang ini.
Usia dah dewasa, sekolah dah sangat tinggi.
Eh mudah banget terprovokasi, lalu memprovokasi kemudian menuding keras.
Hingga ternyata itu salah, tapi kata meminta maap tidak sedikitpun terucap dari bibir mereka kepada publik.
Pura-pura tidak tau atau merasa diri dah benar.

Bahkan bila ada kesempatan, mereka kembali ke pola awal.
Mudah di provokasi, mudah memprovokasi dan mudah lupa bila salah.

Meminta maap mungkin terlalu berat kalimatnya demi menjaga status sosialnya dia.
Padahal meminta maap adalah sebuah prilaku yang mulia.
Bila kita sudah menjadi manusia yang manusiawi, berjiwa dan berotak normalnya manusia biasa.Mudah Memprovokasi, Mudah Terprovokasi Dan Sulitnya Meminta Maap Bila Ternyata Salah.
Diubah oleh vizum78 11-02-2022 02:03
jlampAvatar border
whizzmanAvatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.6K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan