Meet me again.....

Trit rada sensitif ini tapi demi kebaikan, ane coba membahasnya dengan bahasan yang umum-umum saja.



Mungkin sudah lama berita-berita model ginian beredar di masyarakat.
Mungkin di agama lain juga sering terjadi.
Nggak perlu di banding-bandingkanlah.
Karena apa yang terjadi itu sama-sama perbuatan laknat yang di lakukan manusia tak bermoral.

Namun ane khusus membahas soal yang menyangkut dunia pendidikan agama di lingkup agama yang ane anut.

Baru-baru ini juga, Bangsa Indonesia di hebohkan pula dengan satu kasus kekerasan seksual terhadap santriwatinya.
Sang pelaku yang berkedok sebagai pengajar melakukan perbuatan sangat biadab kepada beberapa muridnya.

Perlu di ingat, bahwa sekolah agama yang baik maupun terbaik jumlahnya sangat banyak di banding yang buruk.
Namun bukan berarti diam-diam saja.
Justru ini menurut ane adalah alarm bahaya bagi semuanya yang berkepentingan terhadap nasib penerus bangsa ini dan penerus agama yang ane cintai ini.

Jangan bermain-main dengan kalimat menutup aib, karena ini bukanlah hal yang harus di tutupi.
Ini aib malah harus di berantas hingga akarnya agar tidak terjadi lagi kasus-kasus tidak bermoral ini terjadi di lingkungan pendidikan soal moral dan kebaikan.

Yang sudah terjadi, biarlah berlalu.
Namun bukan berarti tanpa action.
Kementerian agama harus bergerak cepat tuk mencegah praktik-praktik amoral ini menimpa generasi muda bangsa ini ke depannya.

Buat regulasi super ketat atas pendirian sekolah agama serta mekanisme pengawasan yang tersistem dan terlaksana dengan baik.
Para ormas agama senior di bangsa ini juga harus turun tangan.
Ikut membantu pemerintah dalam rangka pengawasan terhadap keamanan generasi muda bangsa ini, yang juga generasi penerus agama yang sama-sama kita muliakan.
Jangan pula sibuk saat ada kejadian trus lupa.
Eh ada kejadian sibuk lagi.
Ini namanya pembiaran kerusakan terjadi.

Generasi muda adalah calon pemegang tongkat estafet selanjutnya.
Di tangan merekalah, bangsa ini tetap bertahan ke depannya.
Di tangan merekalah, agama ini terus berkembang menebar kebaikan ajaran agama.
Lindungi dan awasi mereka dalam menimba ilmu.
Ingat, ini kasus tidak bisa di anggap sepele dengan menilai jumlah korbannya.
Satu korban bisa melahirkan korban-korban lainnya.
Bak bola salju yang awalnya bola kecil namun bisa menjadi besar dalam sekejab.

Mereka datang niatnya tuk belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Namun ketika mereka salah memilih sekolah.
Akibatnya cukup fatal.
Terjadilah praktik-praktik asusila di tempat yang mereka kira bisa membuat dirinya menjadi manusia yang lebih baik. Namun niat baik mereka malah di rusak oleh oknum pengajar disana.

Yang perempuan bisa rusak masa depannya bila tak mampu bangkit.
Yang laki-laki bisa menjadi reborn predator seperti pelaku homoseksual.

Hati-hati dan jangan anggap sepele.
Perkara ini bisa menjadi perkara snow ball.
Perkara ini solusinya bukan pada bidang penghukum pelakunya.
Tapi lebih di titik beratkan kepada pengawasan dan perawatan.
Pengawasan rutin dengan mekanisme terstruktur harus ada.

Bukankah di setiap jengkal bangsa ini. selalu ada ormas agama senior yang berdiri?.

Bukankah Kementerian Agama ada di setiap kota?.

Buka ruang komunikasi kepada masyarakat.
Ruang komunikasi dari ormas agama senior, menurut ane lebih efektif di banding ruang komunikasi kepada aparat hukum tuk langkah awal.
Para korban beserta orang tuanya bisa lebih tenang menghadapi problem mereka.
Sebelum membawanya ke pihak aparat hukum.
Setidaknya kondisi psikologinya lebih tenang karena mendapat siraman rohani nya.
Agar peristiwa-peristiwa biadap ini bisa di minimalisasi seminimal mungkin.
Ruang komunikasi publik ini sangat penting menyempurnakan metode pengawasan.

Setiap sekolah agama harusnya tidak mudah berdiri.
Ada regulasi yang super ketat dan wajib di taati bila ingin mendirikan sekolah agama.
Tujuan baik belum tentu pelaksanaannya juga baik.
Fakta sudah membuktikan walaupun ini skala kecil saja.
Namun skala kecil ini sudah merusak generasi muda tersebut.

Jangan terlalu sibuk dengan kasus-kasus ucapan tergolong penistaan agama.
Sementara di suatu tempat kerusakan telah terjadi di sekolah agama sendiri.
Penistaan hanyalah berujung hinaan dengan tingkat kerusakan yang kebanyakan minim impactnya ke agama sendiri.
Namun kerusakan moral yang di lakukan oleh oknum-oknum bejat berjubah agama ini, impactnya sangat besar kepada agama sendiri.

Para tokoh agama sesekali jadilah pendengar bukan di dengarkan.
Tujuannya agar bisa lebih objektif melihat realita yang ada.

Sekolah agama jangan terlalu berlebihan di eksklusifkan.
Perlu balance juga dalam bersikap.
Karena penghuni disana adalah manusia.
Manusia itu ada yang baik, separuh baik, separuh buruk dan paling buruk.
Sekolah agama ini, mau agama apapun adalah sekolah yang kelak membuat murid-muridnya lebih bermoral dalam kehidupan kedepannya.

So...!!

Mari di jaga dan dirawat sekolah-sekolah agama ini dari anasir-anasir buruk yang masih mengancam kehidupan disana.
Kata-kata kutukan tidaklah bermanfaat tapi pengawasan secara simultan yang harus di lakukan oleh seluruh mereka yang berkepentingan dan mempunyai kapasitas di hal ini.

Jangan biarkan lagi terjadi kain putih tanpa noda berubah menjadi kain hitam penuh noda.

So....!!

Dengan seringnya peristiwa ini terjadi...!!

What's Next to protect young generation....?