Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

StyleviaAvatar border
TS
Stylevia
Aiden Einas : Mengubah Kebiasaan
Malam Harinya 

Malam hari yang dingin dengan rintik hujan yang syahdu membawa sebuah perasaan yang berlalu dalam benak seorang Aiden, hujan membawa kerinduan dan kehampaan yang luar biasa bagi mereka yang merasakan hujan dengan mendalam, lika-liku seorang manusia dapat  dipikirkan kembali, kesalahan yang dialami dapat di evaluasi kembali namun, kehancuran hati yang lalu tidak bisa diubah lagi. 

Di balkon atas kamar kosnya ia sedang berdiri dengan memegang secangkir kopi panas sambil memandangi jendela yang sedang dibasahi oleh rintik hujan sendunya. seraya berpikir "mengapa mudah sekali bagi seseorang untuk mengulang kebiasaan-kebiasaan buruk dan sulit sekali membentuk kebiasaan-kebiasaan baik?" termasuk gua yang selalu melakukan hal bodoh dalam hidupnya. 

Tidak lama Chakra yang menjadi sahabat satu-satunya bahkan teman pertama dalam hidupnya sejak masih kecil datang dengan wajah mengantuk sambil menggenggam satu batang rokoknya.

"Kenapa cuma diliatin aja jendelanya? gak sekalian loncat kesana?"

"Lu pernah gak sih, berpikir bahwa kebiasaan baik yang pernah lu alami, yang berawal dari ketulusan hati lu untuk melakukannya dan menjadikan diri lu sebagai motivasi di dalamnya itu hanya sesaat dan tidak berlaku untuk hari berikutnya?" Aiden menengok perlahan ke arah Chakra
.

"Apaan sih anjir, tiba tiba nanyain hal gitu." Jawab Chakra sambil menghisap rokoknya.

"....." Aiden hanya melihat Chakra tanpa berkata sepatah katapun.

"Iyaaiyaa, gua paham. tapi contohnya tuh kaya
apa sih?" Tanya Chakra sedikit mengerti dengan wajah tidak pedulinya.

"Kebiasaan baik lu seperti, berolahraga setiap pagi, menulis buku catatan yang lu lakukan pada hari itu, membaca buku yang lu suka, bahkan kebiasaan dengan wacana lu bakal berenti ngerokok?"

Chakra terdiam dan hanya bisa mengisap rokoknya.

"Hal yang tadi gua sebutkan adalah sesuatu yang menyenangkan selama sehari, dua hari, maupun satu minggu, tapi setelah itu menjadi sesuatu yang mengganggu untuk diri lu sendiri."

"Tapi yaa walaupun begitu, kebiasaan itu terkesan melekat untuk selamanya. terutama kebiasaan-kebiasaan yang tidak diinginkan. bahkan kebiasaan tidak sehat seperti seringnya makan makanan berminyak, meminum soda terlalu banyak, terlalu sering bermain game, dan bahkan merokok seperti yang lagi lu lakukan sekarang ini, bisa terasa mustahil untuk dihilangkan."

"Den, stop. lama lama gua bukannya berenti ngerokok malah nambah se slop nih rokok nih." Chakra menghisap rokoknya lagi dan berniat untuk tidur dikamarnya melanjutkan tidurnya kembali.

"Mending tidur, besok kita ke kampus pagi kan ketemu pak Kawis, disitu lu terserah lah mau ngomong apa. okee den?"

"Bener juga." akhirnya mereka kembali ke kamarnya masing-masing untuk tidur dengan hujan yang masih rintik dari luar membawa kenyamanannya.

Keesokan harinya di Halaman Gedung A Universitas Haylen

Mereka berjalan menyusuri jalan luas menuju Gedung A untuk bertemu dengan Pak Kawis membahas tentang penelitian yang akan di lakukan Pak Kawis. Namun, saat berada di Halaman Gedung A Universitas Haylen, hal yang biasa dilakukan di kampus tersebut adalah senioritas yang dilakukan kepada adik adik tingkatnya. Itu adalah kebiasaan yang cukup lumrah disini, bahkan di lingkungan kampus itu sendiri.

"Pada gila ya mereka, bales dendam jadi alasannya pasti tuh." Ucap Chakra sambil menengok ke arah mereka yang sedang duduk sambil memegangi gayung putih berisi air di atas kepalanya.

"Ubah coba kebiasaan itu." jawab Aiden.

"Gimana caranya? Kampus seperti udah gapeduli lagi kayanya, berpikir dia juga sama seperti itu dulu, atau gimana gua gatau lah."

"Mengubah kebiasaan menjadi sulit karena kita berusaha mengubah sesuati tapi salah sasaran dan kita berusaha mengubah kebiasaan dengan cara yang keliru." Lirih Aiden.

"Intinya mengubah kebiasaan seperti itu gabisa dilakuin secara singkatkan? yang ada gua bakal di gebukin balik anjir den."

"Gua pengen sih sesekali liat lu digebukin gitu. Bikin story banyak yang react kali yaa." sembari memikirkan hal itu beneran terjadi.

"Bocah sawan emang."

Mereka lalu memasuki gedung A dan bertemu dengan pak Kawis untuk membahas penelitian yang akan dilakukannya dan memberikan tugas yang cukup membuat mereka lelah, namun berpikir bahwa awal bulan harus membayar sewa kosan, mereka siap melakukannya seperti perjuangan lelaki akan wanita yang ingin ia dapatkan. Di sela-sela pembicaraan Pak Kawis menatap ke jendela dan memerhatikan tingkah laku seorang mahasiswa yang menghamburkan tempat sampah ke arah taman bersih sehabis dibersihkan itu. Pak Kawis sempat berpikir di tempat yang memiliki reputasi terbaik ini terdapat kebiasaan buruk untuk dijadikan contoh atau bahkan menjadikannya salah satu universitas dengan reputasi terbaik. Pak Kawis lalu kembali kepada duo laki tersebut dan memberikan minum kepada mereka berdua.

"Silahkan diminum. Di kosan kalian gaada air kan?" Tanya Pak Kawis dengan senyumnya yang ngeselin.

"Kita memang miskin, tapi gasampe air minum aja gaada pak." Jawab Chakra sambil meminum air tersebut. Aiden hanya melihat teman bodohnya itu dengan rasa dongkol pada dirinya.

"Bagaimana perasaan kalian melihat lingkungan kampus yang tidak kondusif dan terlihat seperti para preman pasar berkumpul disini?" Tanya pak Kawis tiba-tiba.

"Tidak merasakan kenyamanan adalah hal yang pasti pak, semua orang merasa terganggu, meskipun hanya oknum pihak kampus tidak berani untuk memberikan sankis tegas terhadap mereka." Jawab Chakra.

"Sebenarnya kampus telah memberikan sebuah sanksi terhadap mereka, bahkan mengancam untuk membekukan himpunan mereka yang terlibat dalam tindakan tersebut, tapi realita tidak seindah apa yang dipikirkan, sebagian dari orang tua mereka adalah investor untuk kampus ini, kampus dengan reputasi terbaik ini dibangun atas kontribusi mereka, semua kenyamanan yang kalian rasakan disini, semua tidak terlepas dari peran investor tersebut, ceritanya panjang jika dijelaskan semua, tapi yang jelas para dosen yang kontra terkait dengan hal itu akan memperjuangkannya hingga kampus ini menjadi kampus terbaik reputasinya dan juga lingkungannya." Ucap Pak Kawis sambil terlihat kecewa terkait kebijakan tidak tegas dari pihak kampus.

"Semuanya bisa diubah dengan kebiasaan yang diubah juga pak, mereka melakukan itu karena ia suka dan merasa berkuasa, atau bahkan merasa tertekan dirumahnya hingga terbawa sampai ke kampus untuk melampiaskan amarahnya, mereka bangga melakukan itu, maka mereka semakin termotivasi untuk mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang terkait dengannya. Ketika kebanggan itu ikut berperan, maka mereka akan berjuang mati-matian untuk mempertahankan kebiasaan itu." Tambah Aiden. Chakra melihatnya seperti Sherlock Holmes yang sedang mengkritisi sesuatu untuk mendapatkan sebuah ide yang hebat.

"Tapi siapa yang ingin menyakinkan itu semua." Ucap Aiden seperti tidak peduli lagi dengan apa yang sedang dibahas. Chakra menghela nafas dan berpikir bahwa Aiden tetap manusia yang tidak ingin berpikir lebih jika tidak dipaksakan.

"Itu benar, tapi mungkin mereka memulai suatu kebiasaan karena motivasi, namun satu-satunya alasan mereka mempertahankannya karena itu bagian dari identitas mereka. Sesuatu yang membuat mereka bertahan sejauh ini ialah karena itu merupakan bagian dari identitas mereka. Seseorang bisa saja menghentikan mereka, tapi jika mereka tidak mengubah keyakinan di balik perilaku yang dapat menghentikan kebiasaan buruk tersebut, terasa sulit untuk mempertahankannya dalam jangka panjang." Jawab Pak Kawis sambil melihat jam di tanganya.

"Nampaknya kita sudahi terlebih dahulu pertemuan kita hari ini, semoga kalian bisa mengerjakan apa yang saya berikan dengan baik ya!" Ucap Pak Kawis sambil berdiri.

"Baik pak, serakan saja kepada kami." Jawab Chakra dengan menyakinkan.

"Semoga kalian bisa menjadi contoh terbaik bagi mahasiswa dan mahasiswi disini, bukan berarti kalian harus sempurna dalam banyak hal, setidaknya kalian memiliki adab yang baik bagi sesama." Pak Kawis pun tersenyum layaknya Justin Bieber zaman dulu.

"Kata-katanya membuat laron ngumpul dan mati secara bersamaan disini." Ucap Chakra lirih.

"Ada yang ingin kamu sampaikan Chakra-kun?" Tanya Pak Kawis.

"Tidak pak, cukup."

"Baguslah, yasudah saya kembali keruangan saya dulu ya." Pak Kawis lalu kembali masuk ke ruangannya dengan membawa berkas berkas tebal tadi.

"Ternyata dosen yang lu banggain adalah wibu den." ucap Chakra ditempat yang sama tanpa bergerak sedikit pun.

"Koreksi, beliau tidak layak untuk dibanggakan." Ucap Aiden dengan tubuh yang kaku.

"Udah ayoo ah cabut." Chakra menarik Aiden lalu pergi dari tempat tersebut. 

Mereka melihat bahwa lingkungan yang ada di kampus ini tidak baik-baik saja dan merasa bahwa perubahan ini harus dilakukan untuk keberlangsungan lingkungan kampus yang baik untuk angkatan berikutnya nanti, atau dengan memanfaatkan nama baik kampus ini untuk kepentingan mereka yang tidak jelas ingin dibawa ke arah mana atau dengan maksud apa, perjuangan mereka akan dilanjutkan, meskipun banyak permasalahan yang akan datang dan perbuatan apa saja yang akan menghalangi mereka, itu akan menjadi motivasi bagi dirinya setidaknya pendidikan harus dihadirkan sesuai dengan jati diri dari pendidikan tersebut. 

Tidak hanya fasilitas yang penting, lingkungan yang baik antara dosen dan mahasiswa harus terjalin dengan baik, begitupun lingkungan antar sesama manusia tanpa memandang derajat dari mahasiswa tersebut karena pelajar, pada hakikatnya harus memiliki kesamaan dalam hal apapun tanpa mengarah kepada keburukan dan ketidak adilan yang ditimpanya.

Aiden Einas : Mengubah Kebiasaan (Short Story Edition) - Selesai




bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
461
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan