ASAL GAMBAR

Memang sih tidak semua orang itu suka menulis.  Ada yang suka sekali terhadap penulisan, ada yang dijadikan pekerjaan sementara karena tidak ada aktivitas dan bisa menjalankan media emosi yang dituangkan dalam coretan tangan, entah itu bentuknya puisi maupun cerita.  Semuanya akan terekam ketat dalam dunia digital.
Membuat tulisan sebaiknya diperhatikan dan mengandung nilai-nilai norma yang mendidik, jangan sampai menyalahkan fungsi yang kurang baik, akan berakibat punahnya generasi mileneal atas adopsi yang ia baca secara terus-menerus.
Luangkan untuk menulis hal kebaikan  menjunjung tinggi moral manusia dan memperhatikan dunia literasi sebagai asumsi pemindahan nalar, hidangan Sehari-hari.

Luapan emosi biasanya sulit dikontrol akibat hilangnya ingat sadar untuk menghargai teman maupun lawan.  Ucapannya secara langsung tercipta yang terkandang melalaikan hak-hak penghargaan setiap insannya.
Oleh karena itu, mari kita membuat tulisan yang bermoral dan berkualitas untuk pemicu kebaikan  menumbuhkan motivasi dan pancaran energi positif.

Membuat puisi terutama dalam pembahasan kali ini. Karena puisi itu mudah tanpa adanya tekanan dan paksaan.  Namun,  untuk melatih ketekunan harus ada paksaan untuk membuat tulisan yang berupa puisi.  Memang sih,  puisi dan cerita itu tidak begitu jauh.  Asalkan mau belajar lebih dalam lagi, banyak teknik dan banyak cara dalam penulisan.  Sebaiknya pelajari satu persatu agar memori otak mudah menerima informasi terbaru.  Jangan pernah memaksa untuk mempelajari sekacara bersama.  Harus ada tahapan dan berjenjang.  Kalau masalah puisi 1 halaman sudah bisa dikatakan puisi, nah kalau cerita minim tiga sampai tujuh halaman, baru bisa dikatakan cerita atau cerpen.

Penulis mau menggiring pembaca untuk lebih fokus ke dunia persajakaan atau penulisan puitis dalam berkata-kata.
Pembuatan puisi sangat sederhana, asalkan mau membaca dengan rajin hasil Karya-karyanya orang lain. Dari situlah kita bisa menabung kata, menambah wawasan yang tadinya sempit menjadi lebar, selebar dahi untuk memahami tulisan  :-).  Paksakan untuk membaca, walaupun keadaan sibuk sekali,  waktu jam istirahat,  waktu Ashar (Jam 3-Jam 5 sore), waktu magrib, waktu isa dan waktu menjalang tidur.
Kunci utama ialah paksaan untuk membayar rasa malas yang mengandung dan selalu bersemayam.

Puisi itu curahan hati yang membelit, jadinya perlu dituangkan dalam tulisan,  agar emosi yang dimiliki mudah disalurkan  dengan persajakan.

Puisi pun memiliki tema,  judul isi dan penutupan.  Semuanya harus singkron.  Tidak boleh temannya Rindu,  Judulnya Selingkuh.  Jadi puisi tersebut kurang berbobot.  Sebaiknya harus diperhatikan antara Tema,  Judul, Isi Puisi ( dari awal sampai terakhir).  Bisa menggunakan cara seperti ini; Bait 1 itu awalan untuk menceritakan sebuah permasalahan atau kejadian,  Bait 2 itu masih membahas cerita tersebut (untuk memperkuat isinya)  Bait 3 bisa langsung penutup, juga bisa menungkan emosi  dalam puisi dan Bait terakhir itu penutupan penyampaian akhir yang perlu ditutup dengan makna indah, kesedihan, kesenangan atau kehancuran hati.

Intinya seringlah berlatih membuat puisi dengan cara memperhatikan gaya penulisan pengarang lain.  Karena jenis puisi itu luas, gaya penulisannya pun macam-macam.

Jangan pernah menertawain karya orang lain, karena teori, gaya penulisan dan penyampaiannya beragam.