Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aksadaruAvatar border
TS
aksadaru
EPISODE "LELUHUR KERAJAAN PURBA" - PERTEMUAN YANG DIGARISKAN - ABAH DAMAR (CHAPTER 2)
Sampai akhirnya aku dibuat kaget dengan pernyataan abah "Nak Aksa sudah di tunggu leluhur, kalau sudah ketemu harinya saya antar". Ngeblank seketika dan tak bisa berkata-kata.

Aku cukup lama terdiam di hening malam, Abah juga masih asik dengan tembakau di tanganya. Perlahan ku beranikan diri bertanya
Aksa : Maaf Abah, saya belum mengerti maksudnya. Takut salah mengartikan.

Abah : Nak Aksa, Abah tau bagaimana sulitnya hidup Nak Aksa. Dari pancaran aura yang sedikit redup sudah terlihat, tetapi ada satu energi khusus di dalam tubuhmu yang menandakan mas aska itu keturunan orang suci.

Aksa : (masih juga terdiam )

Abah : Semalam abah kedatangan tamu, namanya Eyang Dananjaya. Tak perlu abah jelaskan manusia atau bukan to? Peristiwa seperti ini pasti sering Nak Aksa alami.
Beliau utusan dari leluhurmu, abah taksir era jamannya sangat tua, bahkan lebih dari wangsa sanjaya. Beliau hanya menyampaikan pesan bahwa waktu perjanjian telah tiba, dampingi anak ini ke tempat penyucian jiwa dan raga di malam purnama.

Aksa : Maaf Abah, untuk hal-hal seperti ini memang saya gak begitu kaget, tetapi apa yang di sampaikan abah dan baliau Eyang Dananjaya rasanya terlalu berlebihan kalau yang dimaksud adalah saya. Terlebih ada kalimat perjanjian dan penyucian jiwa. Saya ini belum pernah melakoni hal-hal spirtual yang dalam, saya hanya sekedar belajar saja Abah. Maaf apa mungkin ini kesalah pahaman saja?

Abah : Nak Aksa, leluhur tidak akan salah memilih keturunannya. Mengenai maksud dari pesan Eyang akan Abah sampaikan sambil berjalan, pada intinya takdir baikmu sudah mulai terbuka mulai hari ini. Kabut gelap sudah tersibak dan ketentuan Tuhan memang telah terjadi. Abah memang diminta untuk mendampingimu, kalau nak Aska percaya dengan abah insyaallah abah akan menuntun sebisa Abah.

Aksa : (Rasanya hati dan jiwaku berkecamuk hebat malam itu. Aku tak tau harus bersikap seperti apa sedangkan ini peristiwa yang sungguh mengagetkanku. Terlebih aku baru saja bertemu abah Damar dan akupun baru saja menapaki kehidupan baruku bersama keluarga kecil di daerah baru ini).
Abah, sejujurnya pertama kali bertemu Abah dan Ibu sekar memang ada rasa hangat seperti rindu dengan keluarga. Kemudian muncul peristiwa ini, saya yakin ini bukan kebetulan, hanya saja saya masih terlalu dini untuk memutuskan segalanya. Dalam hati kecil, saya merasa percaya untuk do bimbing abah, di sisi lain saya mash harus memikirkan keluarga.

Abah : Segala sudah di atur sedemikian rupa oleh sang takdir nak Aksa, kau tak perlu risau dengan semua itu. Ini kabar baik dan justru akan sangat berpengaruh positif untuk istri dan anakmu kelak. Abah juga menjamin, dalam perjalanan mu nanti tidak akan mengganggu kehidupan keluarga kecilmu. Sampaikan apa adanya kepada istrimu, abah yakin istrimu akan menerima dengan tulus.

Aksa : saya lega kalau abah berkata seperti itu, rasanya hal berat tadi mulai terurai perlahan. Mohon di bimbing abah.

Abah : Semampu Abah Nak Aksa.

Malam semakin larut, aku membantu abah menutup warkop dan lekas istirahat.

Selang sehari, sepulang menjemput istriku kusampaikan apa yang terjadi kemarin malam. Akupun tak mau nantinya justru membebani istriku, karena memang anak kami masih butuh extra pengawasan.
Yang membuatku kaget, istriku seakan paham situasi yang ku alami saat ini. Ia tak marah ataupun kecewa, ia hanya berpesan jangan sampai ini justru membuatku terforsir dan lalai dengan keluarga. Lega rasanya istriku berkata seperti itu, aki jadi lebih semangat untuk meningkatkan usaha online ini sebelum nanti mencari kerja di perusahaan sekitar.

Hari demi hari berganti minggu, seperti biasa di malam jumat ku kirimkan doa untuk keluarga dan leluhur sehabis shalat maghrib. Entah mengapa di tengah dzikir rasa kantuk membabi buta, namun tetap kulanjutkan. Dari arah depan rasanya seperti ada cahaya menghampiri dan anehnya waktu seperti berjalan lambat. Semakin dekat mataku terbelalak sinarnya, namun mulai redup bersamaan dengan suara halus yang menyapa.

" Ngger, Cucuku dari kesekian generasi .. sudah tiba masanya kau tau sejatinya dirimu. Purnama hampir sempurna, panjatkan doa kepada Sang Hyang Tunggal untuk kemudahan dalam pertemuan dan penyucian Jiwamu. Ikuti kata hatimu dan percaya kepada Utusanku di dunia ini, Damar Sang penerang (Abah Damar)."

Kemudian suara perlahan hilang bersamaan dengan cahaya hangat yang tak lagi menyilaukan.

Tak kuasa menahan rasa kantuk dan Lekas ku sudahi dzikirku. Kesesokan harinya setelah shalat subuh aku teringat peristiwa semalam yang ku kira mimpi, hatiku mendadak berdebar dan lekasi ku temui Abah Damar untuk mencari tau jawaban.

Sampai di rumah abah aku langsung di kagetkan dengan pemandangan yang tak seperti biasanya, ternyata Abah dan Ibu Sekar sudah menunggu di ruang tamu dengan senyum hangatnya
kemudian..

Lanjut chapter 3

eni050885Avatar border
rinandyaAvatar border
sormin180Avatar border
sormin180 dan 17 lainnya memberi reputasi
18
3.5K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan