Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

harbisindoAvatar border
TS
harbisindo
Gen Z Negara Berkembang Tak Yakin Klaim Keberlanjutan Perusahaan
Gen Z Negara Berkembang Tak Yakin Klaim Keberlanjutan Perusahaan

Bisnis, JAKARTA – Generasi Z dan konsumen milenial di negara-negara berkembang lainnya lebih sadar lingkungan, lebih cenderung membeli produk berkelanjutan, dan lebih tak memercayai klaim keberlanjutan perusahaan daripada rekan mereka di negara maju, menurut laporan Credit Suisse Research Institute.

Survei terhadap 10.000 konsumen muda di 10 negara menunjukkan peluang signifikan dalam industri makanan, mode, perjalanan, pariwisata, dan perumahan bagi perusahaan yang menawarkan produk yang sesuai dengan nilai mereka, dan risiko bagi mereka yang tidak menawarkan produk.

Gen Z, yakni mereka yang lahir pada rentang waktu 1997 hingga 2012, dan milenial, kelahiran 1980-an hingga 2000-an, menyumbang sekitar 54% dari populasi global dan 48% dari pengeluaran konsumen, dan diprediksi meningkat menjadi 68% pada 2040, menurut laporan tersebut.

“Yang sangat penting dalam hal ini adalah peran konsumen muda yang sedang berkembang, mengingat potensi peningkatan daya beli di seluruh dunia yang sedang berkembang dan fakta bahwa, secara demografis, negara-negara berkembang lebih condong ke konsumen yang lebih muda,” tulis laporan itu.

Survei tersebut juga menemukan lebih banyak dukungan di antara Gen Z dan milenial di negara berkembang untuk peraturan pemerintah tentang produk yang tidak berkelanjutan atau untuk melarang mereka sama sekali dari pasar.

Eugene Klerk, kepala penelitian ESG (Environmental, Social, dan Governance) & Tematik Global Credit Suisse, mengatakan melalui email bahwa survei itu tidak langsung menjawab mengapa konsumen Gen Z dan milenial di negara berkembang lebih berpikiran berkelanjutan daripada di negara maju. Namun, dia mengatakan perubahan iklim mungkin menjelaskan perbedaan sikap.

Dia menyebutkan onsumen di pasar negara berkembang mungkin lebih terpapar dampak pemanasan global dibandingkan dengan mereka yang bermukim di negara-negara maju, yang mungkin menjelaskan mengapa mereka lebih terlibat dalam mencari solusi.

“Alasan lain mungkin karena konsumen yang lebih muda di negara maju memiliki gaya hidup yang kurang berkelanjutan dibandingkan dengan konsumen di negara berkembang,” papar Klerk sebagaimana ditulis Bisnis.com yang mengutip Bloomberg.

Sementara itu, perusahaan riset Nielsen menyurvei konsumen muda di lima negara berkembang (Brasil, China, India, Meksiko, Afrika Selatan) dan di lima negara maju (Prancis, Jerman, Swiss, Inggris, Amerika Serikat).

Survei itu menemukan 65% hingga 90% responden di 10 negara memiliki “tingkat kecemasan yang tinggi” tentang isu-isu yang berkaitan dengan keberlanjutan. Sekitar 75% dari mereka yang khawatir tentang lingkungan mengatakan berniat untuk hidup lebih berkelanjutan dengan membelanjakan lebih banyak untuk hal-hal seperti panel surya dan mobil listrik sambil menghindari makanan cepat saji dan daging.

Survei tersebut juga menemukan bahwa 80% konsumen muda berniat membeli produk berkelanjutan sebanyak mungkin, sementara di China dan India, lebih dari 15% responden mengatakan bahwa semua pembelian mereka sekarang adalah untuk barang yang dibuat secara berkelanjutan.

Dalam kabar baik bagi pembuat mobil yang secara bertahap menghentikan kendaraan berbahan bakar fosil, 63% Gen Z dan milenium berharap untuk memiliki mobil listrik listrik atau hibrida. Di China, lebih dari setengah responden mengatakan mereka sudah memiliki kendaraan seperti itu.
 
Mayoritas konsumen muda di negara maju mengatakan mereka tidak berencana membatasi penerbangan, sedangkan mayoritas di negara berkembang berharap meminimalkan waktu yang dihabiskan di pesawat.

Survei menemukan bahwa Gen Z dan milenium memandang pernyataan perusahaan tentang keberlanjutan dengan kecurigaan, dengan 63% mengatakan bahwa mereka tidak mempercayai klaim tersebut. Sekitar 60% responden di India, Brasil, Afrika Selatan, Meksiko, dan AS percaya bahwa kompensasi manajemen harus dikaitkan dengan keberlanjutan produk perusahaan.




Diubah oleh harbisindo 04-02-2022 07:44
0
454
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan