

TS
ramadoni123
4
Angga terus merontah, saat Aisyah hendak mengobatinya. Namun, Aisyah tetap bersikeras, "diam, om, diobati orang malah marah, diam, diam om," reflek Aisyah membentak Angga. Sontak pak Aryo terbengong dibuatnya, sedangkan Angga reflek menatap lekat wajah Aisyah yang sibuk mengobati lukanya.
"Kamu! Auh," celetuk Angga hendak marah pada Aisyah.
"Maaf, om, aku tak sengaja, maaf ya, lagian om kenapa bisa begini?" jelas Aisyah tidak enak.
Angga hanya diam dan tersenyum melihat perlakuan Aisyah. Bu Heti siuman, "auh, aduh, Angga," lirih suara bu Heti yang baru sadar dari pingsan.
"Alhamdulillah, ibu dah sadar. Om Angga tidak apa-apa kok bu," Aisyah tersenyum menenangkan bu Heti.
"Angga, sekarang ayah tanya! Kenapa kamu bisa babak belur begini?" tanya pak Aryo dengan suara meninggi.
"Angga, ibu khawatir nak, kamu ada masalah apa di luar?" cercah bu Heti.
"Maafin, Angga. Yah, bu!" Angga meminta maaf sembari menahan sakit luka.
"Om, ke--napa?" Aisyah bertanya takut pada Angga.
"Bukan urusanmu!" bentak Angga.
"Angga!" bentak pak Aryo dan bu Heti bersamaan.
"Maaf, maafin ya Om," Aisyah terkejut dan tertunduk.
Angga dipapah pak Aryo dan bu Heti serta Aisyah ke kamarnya, setelah berada di kamar, Angga direbahkan dengan perlahan.
"Lain kali, jangan sok jagoan lagi, kamu udah hampir buat ibu jantungan," cercah bu Heti.
"Anak bandel ini, dibilangin gak pernah dengar, sih Heni mana ada di kondisi dia seperti ini," pak Aryo marah dan sangat kesal pada Angga.
Angga hanya tertunduk dan menahan sakit setiap lukanya, Angga digebuk preman saat menolong Heni yang lagi diganggu, ya laki-laki mana yang tak tergiur kalo melihat wanita pakai baju pendek dan menjiplak badan.
Pak Aryo dan bu Heti keluar dari kamar Angga, Aisyah masih sibuk mengompres luka Angga, "aku keluar dulu ya om, nanti kesini lagi," Aisyah hendak keluar saat melihat pak Aryo dan bu Heti keluar.
"Tunggu dulu, kamu bersihin dulu nih luka!" perintah Angga pada Aisyah dengan rasa kesal.
Aisyah menghentikan langkah dan membalikkan badan dengan penuh takut, sekilas Aisyah menoleh ke arah pintu kamar. "Ba--ik, om!" Aisyah gemetar memandang wajah Angga majikannya.
"Ya, cepetan!" bentak Angga kesal pada Aisyah.
Dengan rasa takut, Aisyah pelan-pelan obati luka memar Aisyah, "om, lain kali, hati-hati," celetuk Aisyah sembari fokus membersihkan luka.
"Ya, auh, pelan-pelan!" jawab Angga kesal sembari kesakitan.
Malam telah larut, Aisyah masih masih mengobati luka Angga, rasa ngantuk berperang dengan Aisyah, "kamu, kalo ngantuk, tidur aja," perintah Angga sembari menahan sakit.
"Om, nanti butuh apa-apa bagaimana?" tanya Aisyah sembari menahan kantuk.
"Tidur dikamar ku," celetuk Angga.
"Hah? Gak om, Aisyah bukan perempuan seperti itu!" Aisyah ketakutan sembari menjauh dari Angga.
Sontak Angga menepuk jidatnya dan menggeleng tertawa, "eh, bocah, kau kira aku tertarik padamu?" Angga tertawa.
Sontak Aisyah malu dan segera mencari tikar untuk tidur. Aisyah menjadi salah tingkah, "astaghfirullah, kenapa aku berpikir seperti ini Ya Allah?" batin Aisyah dengan malu menundukkan wajah.
"Eh, ngapain tidur dibawah? Kamu tidur disini!" celetuk Angga sembari hendak menghampiri Aisyah, baru berapa langkah berjalan Angga hampir terjatuh, "Om, awas!" reflek Aisyah memeluk tubuh kekar Angga.
Tatapan lekat terjadi beberapa saat antara Angga dan Aisyah, "om, om tidur di tempat tidur, aku di tikar lesehan om, kenapa om bangun? entar jatuh," cercah Aisyah pada Angga yang masih menatap lekat wajah Aisyah. Aisyah malu saat Angga menatap dirinya.
"Aku ini cowok, masak tega lihat cewek tidur ditikar lesehan!" celetuk Angga memandang Aisyah. Aisyah hanya menunduk.
"Ba--ik, om," jawab Aisyah terbata-bata.
Angga dan Aisyah bertukar tempat tidur, seketika Aisyah ingat, bahwa sudah lama Aisyah tidak menghubungi Hendro temannya, sama hal dengan orang tuanya juga lama tak menghubungi dirinya.
"Apa kabar ya bang Hendro? Dah lama aku gak buka hp!" celetuk Aisyah sembari membuka aplikasi Whatsapp-nya.
Ternyata, ada 10 pesan tidak dibalasnya, "astaghfirullah, banyak sekali, maaf bang Hendro, maaf," lirih Aisyah berkata sembari membuka chat pesan dari Hendro.
Aisyah lalu mengetikkan pesan respon, namun cuma ceklis satu, beberapa lama Aisyah menunggu namun tak kunjung Hendro aktif, Aisyah melirik sekilas Angga yang pura-pura tidur memperhatikannya.
"Lanjut tidur aja lha, besok mungkin sudah dibalas. Ya Allah semoga om Angga cepat sembuh," Aisyah menutup handphone dan melihat Angga dengan tatapan sedih, seketika Angga yang mendengarnya merasa sedih.
"Perasaan apa ini?" batin Angga bertanya-tanya.
Malam panjang telah berlalu menjadi pagi yang indah, Angga terbangun dari tidurnya dengan badan yang cukup enak kan, "Emmm, huah," Angga merenggangkan badan sembari menatap tempat tidur yang Aisyah tiduri, tapi Aisyah sudah tidak ada.
"Kemana tuh anak? pagi-pagi dah ngilang!" celetuk Angga sembari mencari handuk. Setelah dapat handuknya, Angga keluar kamar menuju kamar mandi yang sebelah dapur.
Aisyah sibuk menyiapkan sarapan sembari menunggu chat dari Hendro yang tak kunjung dibalas, walaupun sudah centang dua.
"Aisyah!" panggil Angga.
"Ya, om, but--!" ucapan Aisyah terpotong. Saat Aisyah berbalik badan, seketika menjerit terkejut melihat Angga yang memakai celana boxer dan tidak pakai baju cuma ada handuk yang tergantung di leher Angga, Aisyah takut melihat badan Angga yang sixpack.
"Lha. Loh kenapa teriak-teriak, Aisyah!" bentak Angga.
Tak lama itu, bu Heti datang, "ada apa ribut-ribut ini?" tanya bu Heti tak mengerti.
"Ini, bu, Aisyah teriak-teriak saat lihat aku!" celetuk Angga yang mulai kesal.
Cukup singkat untuk bu Heti memahami ketakutan Aisyah. Sekilas bu Heti melirik Angga dan Aisyah secara berganti pandang. Aisyah menutup wajah tak dipedulikannya telpon yang notifikasinya berdering terus.
"Angga, wajar Aisyah takut, dia ini masih polos dan wanita baik-baik. Kamu itu harusnya sopan, masak ketemu cewek kayak gini penampilan!" jelas bu Heti sembari menatap lekat putranya itu.
"Lha, Angga gak aneh-aneh, Heni aja lihat Angga gini, biasa aja!" celetuk Angga sewot.
"Heni dan Aisyah berbeda, lagian kamu masih aja dengan tu cewek. Kamu sadar nak, kalo Heni memang terbaik dan mencintaimu, kenapa dia membiarkan kau digebukin tanpa berusaha cari pertolongan?" bu Heti sudah naik darah.
Angga kesal dan berlalu ke kamar mandi dengan wajah kesal, "Aisyah, maafin anak ibu ya, setelah siapkan ini. Kamu boleh istirahat, nanti ibu yang panggil kalo ada pekerjaan lain," bu Heti menatap Aisyah yang masih syok.
"Maafkan saya bu, bukan bermaksud untuk membuat keributan, sejujurnya Aisyah sangat berterimakasih dapat bekerja dirumah keluarga ibu," celetuk Aisyah memandang sendu bu Heti.
Sontak bu Heti memeluk erat tubuh Aisyah, "tidak apa-apa Aisyah! anggaplah kami keluargamu sendiri ya, nak." Bu Heti berusaha meyakinkan Aisyah, bahwa Aisyah tidak sendirian.
Saat Angga sudah keluar dari kamar mandi, Angga menatap tajam ke arah Aisyah, Aisyah hanya menunduk. Pak Aryo turun untuk sarapan.
" Selamat pagi, wah enak nih!" celetuk pak Aryo sembari menyantap sarapan.
"Kalo Aisyah yang bikin, pasti enak pak," celetuk bu Heti tersenyum pada Aisyah, Aisyah hanya menunduk tersenyum malu.
Saat sedang menikmati hidangan diruang makan, tiba-tiba ada suara keributan dari ruang depan, Aisyah beserta bu Heti dan pak Aryo terkejut mendengarnya.
"Pak, keributan apalagi itu?" bu Heti ketakutan.
Aisyah dan pak Aryo langsung berlarian menuju ruang depan, terlihat Angga sangat marah dan membalikkan semua kursi di depan seorang wanita yang terlihat begitu egoisnya.
"Cukup, apa-apaan ini?" bentak pak Aryo.
"Lihat pak, lihat! Perempuan ini datang, dia mengaku pacarnya Angga, tapi rela meninggalkan aku yang hampir mati malam tadi," bentak Angga dengan amarah yang tak terkendalikan.
"Kau Heni ternyata, puas kamu udah buat anak saya hampir mati, puas!" bentak bu Heti tak kalah marahnya.
"Aku bisa jelasin tante, Angga plis sayang, dengar penjelasan aku dulu," Heni tampak biasa saja dalam berkata tanpa menunjukkan iba sedikitpun.
"Cukup, sekarang kamu pergi, atau saya laporkan kamu ke polisi," bentak bu Heti sedangkan pak Aryo menatap marah Heni, Aisyah hanya menunduk ketakutan.
"Sekarang tidak ada lagi yang perlu dijelaskan, kita putus, sekarang pergi!" bentak Angga pada Heni.
"Sayang, kamu kok gitu, owh jangan-jangan karena ada pembantu sialan ini!" bentak Heni sembari menunjuk pada Aisyah, Aisyah makin ketakutan dan tak berani menatap wajah siapapun saat itu.
Plak! Plak!
Dua tamparan mendarat di pipi tirus Heni, "jaga sikap!" ucap seseorang yang membuat semua anggota keluarga terkejut, keluarga Aryo menjadi terkejut dengan kehadiran wanita yang sama sekali tak dikenal dan begitu marah pada Heni.
Bu Heti merangkul Aisyah, "jangan takut nak," bisik bu Heti yang hanya direspon anggukan oleh Aisyah.
Wanita itu berulang kali menampar Heni yang tak berkutik, "tolong, jangan ulangi lagi, kalo tidak kuhabisi kau!" bentak wanita yang datang dengan tiba-tiba.
"Dan kau mas, lebih baik kau dengan gadis itu, daripada dengan gadis ini, dia pelakor," Jelas wanita itu dengan marah sembari mengarah ke Angga.
Angga terkejut dan semua yang ada sangat terkejut, Heni kelagapan di buatnya.
Hari itu sungguh menegangkan menyaksikan pertengkaran hebat yang terjadi dan secara tak sengaja membongkar rahasia besar Heni, Angga menatap tajam Heni, "sudah aku bilang, Angga jangan pernah dekat dengan wanita yang dari pakaian saja gak tahu sopan," bentak bu Heti di depan wajah Heni.
Namun Heni, tetap tenang dan merasa tidak bersalah, hanya Tuhan yang tahu apa yang direncanakan Heni pada Angga.
0
845
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan