TS
marwangroove920
Kumpulan Puisi Ambyar (1)
Halo sahabat narjil, hidup memang selalu seimbang. Setiap hal pasti di ciptakan berpasangan dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Begitu juga perihal asmara, dalam dinamikanya tentu saja ada bahagia dan ada kecewa di dalamnya. Nah, bagi anda generasi rebahan yang hatinya mudah retak (eh retak kayak kaca aja yaa hehe), kali ini kami akan menyajikan beberapa puisi patah hati (istilah jaman sekarang ambyar) yang mungkin bisa menerjemahkan perasaan anda saat ini. Pada episode bagian pertama ini, kami akan membagikan 5 puisi super galau untuk anda, selamat membaca !!!
Sajak Adinda
Retak itu semenjana memula, menunggu sentuhan untuk hempas menjadi keping-keping acak. Maukah kau merajutnya lagi adinda? Tanyaku di suatu pagi, saat embun mengalir di sela-sela ranting pohon salak.
Kita Tak Fana
Kita tak fana
Hanya saja keabadian itu kita definisikan sendiri
Hilang dan datang biarlah lalu lalang
Agar kenikmatan bersua lagi
Kelak kita resapi dengan saksama
Perkara Sepi
keintimanku dengan sepi bukan disebabkan oleh hasrat menyendiri, atau menjauh dari riuh-riuh ramai. (Lagi-lagi) itulah caraku menjajal kesabaran. Pada hal-hal yang membuat sebal dan bebal, terpaksa kudiamkan dulu dan hening adalah sahabatku yang paling karib.
Bayang Imaji
Sebab bayanganmu yang kulihat saat memejam adalah naluri untuk menyimpan harap. Masih disini merekah wangi tak pudar harumnya aromamu. Meski tali yang kusimpul tempo hari telah berderai berantakan, namun perjumpaan kali kedua masih ada di imaji.
Aku dan Secarik Kertas
Aku dan kata-kata yang tertuang di secarik kertas usang adalah sahabat. Kami sama-sama menjalani yang tak seharusnya, memaksa senyum diatas puing-puing keadaan yang berantakan oleh kerasnya arus ketidakberuntungan.
Sekian dulu untuk episode kali ini. Nantikan tulisan-tulisan kami selanjutnya dan kunjungi terus blog kami. Terima kasih 🙏
Sila kunjungi blog pribadi saya dengan klik link berikut https://penamarjinal.blogspot.com/20...rtama.html?m=1
Sajak Adinda
Retak itu semenjana memula, menunggu sentuhan untuk hempas menjadi keping-keping acak. Maukah kau merajutnya lagi adinda? Tanyaku di suatu pagi, saat embun mengalir di sela-sela ranting pohon salak.
Kita Tak Fana
Kita tak fana
Hanya saja keabadian itu kita definisikan sendiri
Hilang dan datang biarlah lalu lalang
Agar kenikmatan bersua lagi
Kelak kita resapi dengan saksama
Perkara Sepi
keintimanku dengan sepi bukan disebabkan oleh hasrat menyendiri, atau menjauh dari riuh-riuh ramai. (Lagi-lagi) itulah caraku menjajal kesabaran. Pada hal-hal yang membuat sebal dan bebal, terpaksa kudiamkan dulu dan hening adalah sahabatku yang paling karib.
Bayang Imaji
Sebab bayanganmu yang kulihat saat memejam adalah naluri untuk menyimpan harap. Masih disini merekah wangi tak pudar harumnya aromamu. Meski tali yang kusimpul tempo hari telah berderai berantakan, namun perjumpaan kali kedua masih ada di imaji.
Aku dan Secarik Kertas
Aku dan kata-kata yang tertuang di secarik kertas usang adalah sahabat. Kami sama-sama menjalani yang tak seharusnya, memaksa senyum diatas puing-puing keadaan yang berantakan oleh kerasnya arus ketidakberuntungan.
Sekian dulu untuk episode kali ini. Nantikan tulisan-tulisan kami selanjutnya dan kunjungi terus blog kami. Terima kasih 🙏
Sila kunjungi blog pribadi saya dengan klik link berikut https://penamarjinal.blogspot.com/20...rtama.html?m=1
0
298
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan