wafafarhaAvatar border
TS
wafafarha
KISAH TENTANG SEORANG SUAMI YANG MENYEMBUNYIKAN SESUATU DI RUMAHNYA
CERITA bagian awalnya bisa dibaca DI SINI


"Ya, udah aku datangin Mas Zidan dulu. Nanti kalau sudah bicara dengan Mas Yusuf baru aku kasih tahu rencana selanjutnya."

Indah mengangguk. Merasa sudah cukup bicara, Hanna pun berjalan turun ke lantai satu.

Kaki wanita ayu itu menjejak satu anak tangga ke anak tangga lain untuk mencapai keberadaan sang kakak.

Baru saja selesai menuruni anak-anak tangga itu sembari mengedarkan pandang, Hanna melihat Zidan tengah berbincang dengan sang mama. Kali ini tak ada sosok Subakhi, lantaran pria itu harus ke kantor mengurus pekerjaan. Sementara Zidan seperti biasa, pekerjaannya yang lebih sering terjun ke lapangan langsung, membuatnya tidak terikat waktu, seperti pekerja lain yang terikat jam kerja kantor.

"Mas!" panggil Hanna mendekat pada kakaknya itu.

Zidan dan sang mama sontak menoleh mendengar suara Hanna.

"Ya?" Zidan menyahut, kini fokusnya beralih dari ibunya ke adiknya.

Tadi, pria itu tengah menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, kenapa Yusuf yang sebelumnya membuat kesalahan, malah boleh menginap. Bahkan terkesan dibela oleh Zidan. Sekarang semua sudah jelas, hingga wanita paruh baya itu tak lagi cemas, kalau-kalau Hanna memperjuangkan pria yang salah. Meski sebelumnya dia sempat sangat kecewa, Hanna diam-diam berhubungan dengan Yusuf.

"Ada apa, Na? Kamu sudah enakan?" tanya Zidan melihat Hanna yang menutup kepalanya dengan handuk tipis. Melipat handuk tersebut dan menggelungnya menutup rambut, hingga bagian lukanya yang masih tertutup perban terlihat.

"Udah, Mas. Gak sakit. Udah berhari-hari juga." Hanna mengentengkan rasa sakitnya. Meski terasa nyeri. Ah, bahkan nyeri itu tak sebanding dengan sikap Yusuf saat mendiamkannya.

"Ck. Baru juga sehari. Jangan bilang kamu ngomong gitu karena mau kabur ke rumah Yusuf." Kakak lelaki Hanna itu menebak apa yang ada di kepala adiknya.

"Tau aja. Yang penting kan aku gak papa."

"Ck. Dasar keras kepala! Jangan pergi sebelum benar-benar sembuh!" Zidan menekan suaranya.

"Dengarkan ucapan Masmu, Na!" pinta ibunya lembut.

"Iya, Ma. Kalau aku merasa sakit dan tak bisa menahannya aku tidak akan ke mana-mana selain mencari kesembuhan."

"Hem, bagus." Wanita paruh baya itu menyahut cepat.

Hanna tersenyum. Padahal obat yang dia maksud adalah Yusuf. Seseorang yang ia perlukan untuk menyembuhkan rasa sesak di dadanya.

"Kamu ada apa cari, Mas?" tanya Zidan kemudian.

"Aku hanya ingin tahu, Mas sama Mas Yusuf pergi ke mana malam itu."

"Em. Soal itu ...." Tampak di wajah Zidan gurat ragu. Takut jika dia menceritakan ada sesuatu di rumah sakit yang dikunjunginya dengan Yusuf, Hanna akan nekad datang ke sana.

Melihat bagaimana malam di mana Hanna celaka, wanita itu pasti ke sana tanpa tujuan. Dan Yusuf bilang, Hanna merasa dibutuhkan oleh gadis bernama Adelia. Adiknya itu pasti bersikeras menolongnya, mengingat bagaimana keras kepala dan mudah luluh si Hanna pada kondisi lemah orang lain.

Dahi Hanna berkerut. Ia merasa Zidan tak mau berterus terang dan menyembunyikan ini darinya.

"Ada apa?"

"Gini, Na. Bukan aku tak mau bercerita. Tapi, Yusuf bilang akan menjelaskan semua padamu begitu hatinya tenang. Tunggulah sehari-hari lagi, kamu perlu tahu bahwa sebagian laki-laki memerlukan waktu untuk sembunyi." Zidan meyakinkan.

Hanna mendesah. Pantas saja, tak ada satupun pesan yang dibalas dan panggilan yang selalu diabaikan.

"Jadi aku harus menunggu?"

"Ya. Kenapa? Tak sabar? Ck. Dasar." Zidan geleng-geleng. Lelaki itu berjalan pergi sebelum Hanna bersikap bar-bar dan memaksanya mengaku dengan berbagai cara.

________________

Merasa lelah dengan kejadian hari ini, Eksha menyerahkan pekerjaan yang belum selesai kepada pegawainya untuk diteruskan. Sementara dia memilih pulang. Beristirahat dan berbagi cerita pada sang istri mengenai Alex, dengan begitu beban di kepalanya akan berkurang.

Sampai di rumah pria itu disambut oleh kepala pelayan yang usianya jauh di atasnya. Risa tak sembarangan memilih pekerja untuk masuk ke dalam rumahnya, terutama kepala pelayan yang bisa masuk hampir semua area rumah. Wanita yang berpikir bijak itu, memilih perempuan yang tak lagi menarik hati seorang pria seperti suaminya.

Walau tampak dingin dan selama ini Eksha telah membuktikan kesetiaan sebagai seorang suami, pria itu tetaplah manusia biasa. Bisa saja dalam kondisi tertentu akan tergoda jika terus berada di dekat perempuan muda.

Namun, bukan berarti tak ada pelayan muda di rumah mewahnya. Kekuatan muda mereka tetap dibutuhkan untuk banyak pekerjaan, hanya saja Risa membatasi gerak mereka.

"Istri saya ada, Bi?" tanya Eksha pada perempuan yang membukakan pintu untuknya.

"Keluar, Tuan."

"Hem?" Dahi Eksha berkerut.

Apa Risa nekad menemui Yusuf seperti yang dikatakan tadi pagi? Padahal Eksha belum menjawab ketika istrinya itu meminta izin, tapi telepon keburu terputus. Eksha tak memanggilnya lagi, karena kedatangan Alex dan harus mengurusnya.

Pria itu mendesah. Firasatnya tak enak untuk sekarang. Terakhir kali dia tengah berseteru dengan Yusuf, apa mungkin pemuda itu mau menerima Risa?

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tawar sang pelayan, karena merasa pria itu membutuhkan istrinya sekarang.

"Oh, nggak, Bi. Makasih." Eksha berjalan menajuh, meninggalkan wanita tua tapu tampak energik itu begitu saja.

Langkah Eksha langsung menuju kamar berganti pakaian lebih dulu. Usai dengan itu, ia pun berniat menghubungi sang istri, karena juga penasaran apa jawaban Yusuf?

Namun, baru akan mengambil ponsel, benda pipih itu lebih dulu berdering. Tak membuang waktu, Eksha mengambilnya. Seseorang yang dia pikir itu adalah Risa, rupanya orang lain yang menghubungi.

"Ya, halo," sapanya pada orang di ujung telepon.

"Saya sudah di depan, Tuan." Seorang pria menjawab.

"Di depan?"

"Ya, di depan rumah Tuan, karena saat ke kantor, pegawai Tuan bilang Anda tidak berada di tempat."

"Oya, tunggu aku akan turun sekarang."

Tak membuang waktu pria berusia hampir setengah abad itu bergegas, karena yang datang adalah orang yang membawa berita penting untuknya, dan sejauh ini semua yang diselidikinya tepat sasaran.

Namun, saat akan menuruni tangga, langkahnya terhenti. Melihat wanita yang dicintainya tampak menangis berjalan ke arahnya. Risa bahkan terkesan tak memperhatikan langkahnya, Eksha sampai takut bagaimana kalau wanita yang mengenakan heelsnya itu jatuh.

"Mi, ada apa?" tanya Eksha begitu sang istri sudah berada di depannya.

Risa mengusap kasar jejak air mata di pipi, untuk kemudian berusaha menjawab pertanyaan dari suaminya.

"Dia meminta mami pergi, Pi," jawabnya, terdengar suara cairan yang dihirup dari hidung lantaran menangis sejak tadi.

Eksha mendesah. Lalu mengusap pelan pundak istrinya. Pria itu sudah menduga ini yang akan terjadi.

"Sudah, Mi. Sabar. Segala sesuatu perlu proses. Istirahatlah. Biar aku yang mengurus sisanya." Eksha mengucap dengan tenang, meski ada gemuruh dalam dadanya.

Ia tak mau istrinya semakin stres karena perlakuan Yusuf padanya. Bisa ia rasakan sakit yang sama, bagaimana ketika telah lama mengupayakan banyak hal, untuk bertemu anaknya, dan begitu mereka bertemu Dareen malah menolaknya.

Risa mengangguk, dan melanjutkan langkahnya ke kamar. Begitu juga Eksha yang kemudian melangkah menemui tamu yang sudah menunggu.

Sampai di depan, pria itu pun meminta tamunya masuk untuk bisa bicara dengan nyaman.

"Saya menemukan hal baru." Pria itu menyodorkan sebuah foto.

"Ya?" Eksha pun meraihnya. Dan memperhatikan foto dua pria tengah berbicara serius di depan sebuah bangsal.

"Saya sudah menemukan keberadaan Nona Adelia. Rupanya dia ada di rumah sakit itu dnegan mengganti namanya. Abella Dinara. Tuan Yusuf tampak akrab dengan dokter ini, malah menurut info. Sebelum kejadian gadis bernama Adelia masuk rumah sakit, dia sering mampir ke rumah Tuan Yusuf."

"Kenapa wajah pria ini tak asing?" Dahi Eksha berkerut-kerut.

"Dia berasal dari panti asuhan yang sama dengan Yusuf, Tuan."

"Sebentar, aku melihatnya di hotel tepat malam Adelia menghilang."

"Ya?"

Eksha menggeleng karena ragu. Apa ingatannya sudah memburuk?

"Em. Begini saja, kalau dia terlibat aku yakin semua jejaknya hilang dari CCTV hotel. Jadi ... aku ingin kamu menyelidiki pria ini dari CCTV bangunan terdekat. Apa dia benar masuk hotel tersebut di malam yang sama?!"

Eksha mengucap serius. Jangan sampai orang yang paling dekat dengan Yusuf ternyata adalah pelaku kejahatan yang selama ini dicarinya.

Misi Eksha telah selesai untuk menemukan Dareen, dan kali ini sebelum dia dapat pengakuan sebagai orang tua kandungnya, yang bisa dilakukan adalah melindunginya. Meski pria dengan nama asli Dareen itu tidak menyadari keberadaannya.

***


Teman-teman, Agan-agan semua, cerita ni telah menjadi ebook di Play Store, cari saja judul RAHASIA DI RUMAH SUAMIKU
Diubah oleh wafafarha 25-01-2022 13:05
herry8900Avatar border
herry8900 memberi reputasi
2
1.4K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan