Kita akan membahas lagi kemiskinan dari sudut pandang yang lain, terutama di negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam. Nah, untuk yang belum membaca Part 1 silahkan klik disini

Kenapa kita bahas hal tersebut? Ini tak lepas dari negara kita saat ini, bahkan ucapan dari mantan Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK).



Sangat menarik bukan untuk membahas hal ini, bahkan diucapkan salah satu orang yang luas ilmunya dan pernah menjadi pejabat tinggi negeri ini. Sebenarnya apa masalahnya?

Kalau mau jujur, Islam dan miskin itu tidak terkait. Bahkan Nabi Muhammad sendiri adalah seorang saudagar kaya raya, reputasinya dalam berdagang juga diakui banyak orang. Jadi bukan termasuk orang yang hidupnya susah, namun hidupnya penuh suri tauladan dalam bentuk kesederhanaan.



Ceramah ini menandakan Nabi sangat kaya

Begitu juga dengan sahabat-sahabat beliau rata-rata juga orang yang sangat kaya, hanya Ali Bin Abi Thalib yang hidupnya memang masuk kategori miskin bila dibandingkan dengan sahabat yang lain, namun tidak juga hidup menggelandang apalagi hingga mengemis.

Sebab semiskinnya Ali, saat menimang Sayyidah Fatimah , putri Rasulullah SAW , beliau bisa menyerahkan mahar sebesar 400 dirham. Kalau kategori miskin di negeri ini nikahnya pakai biaya utang, malah jadi beban dimasa mendatang.

Dari cerita diatas, terbukti ada yang salah dengan apa yang terjadi saat ini ketika kemiskinan diderita umat Islam, bahkan mereka yang berada di Timur Tengah dengan kekayaan berlimpah itu hasil dari sumber daya alam, kalau sumber itu sudah habis maka apa yang akan terjadi?

Karena di dalam Qur'an ayat yang paling panjang itu adalah masalah ekonomi,





Maka doktrin-doktrin awal datangnya Islam, menjadikan banyak orang yang kaya raya. Sebab saat itu dihapuskannya secara perlahan sifat Jahiliah atau kebodohan, karena sekali lagi kebodohan saudara kembar kemiskinan.



Kalau tadi contoh sahabat nabi, sekarang kalau kita lihat Imam Mahzab yang tidak begitu kaya hanya Imam Ahmad bin Hanbal, karena beliau ngotot tidak mau kaya.



Karena Abu Hanifah bisa dibilang kaya raya di kota Baghdad, walau banyak berderma tapi kekayaannya tetap melimpah. Karena Abu Hanifah yang dikenal juga Imam Hanafi dikenal sebagai seorang pedagang yang ulung.



Atau agan bisa cek Iman-imam besar yang cukup terpandang di dunia Islam, lihat biografinya, dan lihat kekayaannya. Seperti Imam al Ghazali, Imam Ibnu Taimiyah, Imam Bukhari atau siapapun itu mereka orang-orang yang memiliki akses atas kekayaan.

Jadi jangan heran kalau dulu banyak diantara mereka membuka pengajian, mereka yang membayar murid-muridnya. Kalau saat ini terbalik, padahal tradisi Islam kuno ulama-ulama itu yang membayar para muridnya. Hal itu juga mengakar kuat di bumi nusantara hingga 1950an masih ada hal yang seperti itu, biar enak ane kutip dari media.





Jadi ini sebenarnya tradisi pondok pesantren, dahulu ulama-ulama yang punya tanah luas, mereka tergerak untuk memberdayakan asetnya untuk kemaslahatan orang banyak sambil belajar agama, dan murid-murid itu mengelola hasil kebun, hasil ternak untuk keperluan mereka sendiri. Jadi belajar agamanya gratis, bahkan diberikan pekerjaan dan diberikan pendapatan dari hasil bumi.

Maka tak heran ketika muncul PKI di Indonesia sangat memusuhi para kiyai dan dianggap feodal, kiyai dianggap sebagai tujuh setan desa. Dianggap punya kekayaan lalu mengeksploitasi orang lain. Padahal bukan begitu, tetapi kiyai-kiyai ini sangat kaya raya dan membayar murid-muridnya untuk mengelola aset yang dia miliki. Itu cara kerja pondok pesantren di masa lalu.

****

Melihat cerita diatas, dari doktrin, panduan agama dan banyak kebijakan agar menjadi kaya, bahkan diterapkan oleh ulama besar dimasa lampau. Kenapa zaman sekarang ini seperti yang diucapkan Jusuf Kalla, yaitu mereka menjadi "miskin".



Jadi ada beberapa masalah yang membuat mereka menjadi seperti sekarang,

Yang pertama, banyak dari mereka saat ini agama hanya dijadikan tameng atas kesalahan, kelemahan atau kekalahannya.

Contoh simple, ada adzan terlalu keras, maka mereka akan mengatakan salah sendiri kenapa rumahnya dekat masjid!

Jadi bila ditanya kenapa orang Islam miskin? Karena kita mencari akhirat! Uang itu gak akan dibawa mati, tetap amal yang diutamakan. Jadi untuk apa harus kaya!

Padahal mau beramal gimana kalau dalam keadaan miskin, apalagi kelaparan?



Nah, pikiran seperti ini adalah sebuah pikiran yang merudapaksa agama. Jadi agama hanya dijadikan alat bahwa dirinya tidak bersalah.

Jadi pemikiran seperti ini jelas bukan dari pemikiran ajaran Islam, kalau itu memang ajaran Islam maka dari nabi, sahabat, ulama, kiyai itu semuanya miskin. Karena faktanya mereka semua kaya raya.





Faktanya umat Islam sekarang mengemis untuk memewahkan masjid! Dan ini tidak bisa kita tutup mata, walau banyak perdebatan dalam melakukan hal tersebut, karena dimasa sekarang ini diperbolehkan.

Padahal kalau mau berfikir secara logis, hal yang haram dilakukan untuk kegiatan yang haram. Jadi pola pikir masyarakat muslim ini seakan dibalik.





Biasanya ketika ane sampaikan seperti ini, maka TS yang disalahkan bukan mengintropeksi diri. Mereka malah akan menyalahkan orang yang ingin memperbaiki keadaan.

Bahkan dicap zindiq, kafir, liberal, sekuler, dan semacamnya. Jadi inilah masalah kedua dalam umat Islam dimasa modern, bila ada kritik mereka akan marah.

Padahal kalau mau jujur nih,



Jadi generasi Islam sekarang semakin menjauh dari generasi awal Islam. Ini disebabkan karena tidak mempunyai ilmu dalam beragama, maka kebodohan pangkal dari kemiskinan.

Karena pembahasan sudah panjang nanti kita lanjut lagi di lain waktu, bagaimana? Setuju aja lah ya...

Sambungannya di Part 3

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, bila ada kritik silahkan disampaikan dan semoga thread ini bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2022
referensi : klik, klik, klik, klik
Pic : google